Wednesday, June 9, 2010
Bandung, BNP2TKI (8/6) - Sulitnya perawat Indonesia untuk bisa lolos tes perawat nasional yang diselenggarakan oleh pemerintah Jepang telah mendorong pemerintah negeri sakura itu untuk menyertakan lembaga pemberi bea siswanya, The Association Overseas Technical Scholarship (AOTS) membantu kesiapan intelektual para perawat dan care giver Indonesia.
“Kami apresiasi dengan kehadiran para perawat Indonesia. Karena itu kami ingin mereka berhasil,” ucap Kojiro Shiojiri, Duta Besar Jepang untuk Indonesia kepada bnp2tki.goi.id usai menghadiri acara pembukaan The Economic Partnership Aggreement (EPA) Training Program for Indonesian “Kangoshi”(Nurse) and Kaigofukushihsi” (Caregiver) Candidates di Kampus UPI, Bandung, Selasa (8/6).

Menurut Kojiro meski pemerintah Jepang masih terus melakukan upaya pemulihan akibat krisis ekonomi global, namun kebutuhan akan perawat dan care giver dari Indonesia diakuinya masih terus dipertahankan.
“Tahun 2010 ini, kami membutuhkan sebanyak 117 orang perawat dari Indonesia,” paparnya.
Kojiro memahami bahwa meski pemerintah Indonesia mengingikan penempatan 1.000 orang perawat, sesuai dengan hasil kesepakatan antara Jepang-Indonesia (IJEPA) yang ditandatangani kedua pemimpin Negara, namun dia juga meminta agar Indonesia memahami kesulitan Jepang menghadapi krisis ekonomi di dalam negeri.
Ketika ditanya tentang kuota 1.000 orang perawat hasil kesepakatan IJEPA itu, Kojiro membantah bahwa jumlah 1.000 orang itu merupakan kuota. Menurut dia, jumlah total 677 TKI perawat itu merupakan objective goal yang bisa yang dilakukan pemerintah Jepang saat ini.
“Saya mengharapkan krisis bisa berlalu dan banyak perawat Indonesia bisa bekerja ke Jepang. Kami menyukai mereka “ imbuh Kojiro seraya menilai perawat Indonesia selama ini bekerja dengan penuh tanggungjawab, berdedikasi tinggi dan disiplin.
Kojiro menambahkan, ke depan trend kebutuhan perawat orang tua (care giver) akan lebih tinggi dibandingkan perawat. Tingginya usia orang tua di Jepang mengakibatkan permintaan akan perawat selalu tinggi.
“Kami terus memerlukan perawat Indonesia. Baru setelah 5 (5) tahun, kami akan mengevaluasi program ini,” pungkasnya (zul)
Sumber : BNP2TKI.Com
“Kami apresiasi dengan kehadiran para perawat Indonesia. Karena itu kami ingin mereka berhasil,” ucap Kojiro Shiojiri, Duta Besar Jepang untuk Indonesia kepada bnp2tki.goi.id usai menghadiri acara pembukaan The Economic Partnership Aggreement (EPA) Training Program for Indonesian “Kangoshi”(Nurse) and Kaigofukushihsi” (Caregiver) Candidates di Kampus UPI, Bandung, Selasa (8/6).

Menurut Kojiro meski pemerintah Jepang masih terus melakukan upaya pemulihan akibat krisis ekonomi global, namun kebutuhan akan perawat dan care giver dari Indonesia diakuinya masih terus dipertahankan.
“Tahun 2010 ini, kami membutuhkan sebanyak 117 orang perawat dari Indonesia,” paparnya.
Kojiro memahami bahwa meski pemerintah Indonesia mengingikan penempatan 1.000 orang perawat, sesuai dengan hasil kesepakatan antara Jepang-Indonesia (IJEPA) yang ditandatangani kedua pemimpin Negara, namun dia juga meminta agar Indonesia memahami kesulitan Jepang menghadapi krisis ekonomi di dalam negeri.
Ketika ditanya tentang kuota 1.000 orang perawat hasil kesepakatan IJEPA itu, Kojiro membantah bahwa jumlah 1.000 orang itu merupakan kuota. Menurut dia, jumlah total 677 TKI perawat itu merupakan objective goal yang bisa yang dilakukan pemerintah Jepang saat ini.
“Saya mengharapkan krisis bisa berlalu dan banyak perawat Indonesia bisa bekerja ke Jepang. Kami menyukai mereka “ imbuh Kojiro seraya menilai perawat Indonesia selama ini bekerja dengan penuh tanggungjawab, berdedikasi tinggi dan disiplin.
Kojiro menambahkan, ke depan trend kebutuhan perawat orang tua (care giver) akan lebih tinggi dibandingkan perawat. Tingginya usia orang tua di Jepang mengakibatkan permintaan akan perawat selalu tinggi.
“Kami terus memerlukan perawat Indonesia. Baru setelah 5 (5) tahun, kami akan mengevaluasi program ini,” pungkasnya (zul)
Sumber : BNP2TKI.Com
Labels: TKI