<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d2107064986175153332\x26blogName\x3dIndonesian+National+Nurses+Associatio...\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLUE\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://inna-k.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttps://inna-k.blogspot.com/\x26vt\x3d-3270315149446403483', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>
Indonesian National Nurses Association in Kuwait (INNA-K)


Sambutan Ketua INNA-K Periode 2012 - 2017
Selamat datang di website Indonesian National Nurses Association in Kuwait (INNA-K).
INNA-K terbentuk pada tanggal 11 Mei 2006 dengan kepengurusan yang tersebar di beberapa region negara Kuwait. Persatuan Perawat Indonesia di Kuwait sebelumnya telah terhimpun dalam satu wadah organisasi yang bernama APIK (Assosiasi Perawat Indonesia di Kuwait) sejak tahun 1994, Berdasarkan musyawarah bersama yang dihadiri oleh kepengurusan organisasi periode 2006 - 2008 dan perwakilan anggota dari masing-masing region, Maka APIK berganti dengan nama INNA-K.

Website ini dibentuk dengan tujuan sebagai media informasi dan komunikasi melalui berbagi informasi dan berkomunikasi sesama Perawat tentang profile Perawat, Keperawatan dan Kesehatan dengan komunitas Keperawatan dan masyarakat luas, baik dalam lingkup Kuwait maupun International. Semoga kunjungan Anda bermanfaat dan dapat mengkomunikasikan informasi yang didapat pada rekan sejawat maupun masyarakat luas nantinya.

Atas nama Ketua Organisasi INNA/PPNI cabang Kuwait periode 2012 - 2017, Saya mengucapkan terima kasih atas kunjungannya. Website ini jauh dari kesempurnaannya, saran dan komentar Anda untuk kesempurnaannya merupakan kontribusi yang berharga bagi kami. Website ini adalah milik kita bersama, untuk itu diharapkan kepada Anda untuk membantu menyebarluaskan website ini kepada rekan sejawat dan masyarakat luas. Selamat bertugas! Semoga menjadi amal ibadah kita semua.

    Hormat Kami,

    Zulkifli Abdullah Usin, SKM
Wednesday, July 30, 2008
Oleh : dedi_hasan@yahoo.com

Bagi sebagian masyarakat Indonesia "Profesi Keperawatan" bukanlah merupakan profesi yang membanggakan, dapat dikatakan kurang diminati. Menjadi Perawat bukan prioritas pilihan hidup, Mungkin kita masih ingat dengan iklan populer yang selalu di tayangkan di media TV menceritakan angan anak-anak yang mengatakan "aku ingin jadi Dokter, aku ingin jadi Pilot atau aku ingin jadi Insinyur" namun tidak ada pernyataan aku ingin jadi Perawat.

Sebenarnya tidak perlu Kita bertanya kepada orang lain mengapa mereka enggan dan tidak menjadikan profesi Keperawatan sebagai prioritas pilihan hidup, alangkah bijaknya apabila kita bertanya kepada diri sendiri. Ketika baru saja lulus dari sekolah menengah lanjutan atas, apakah pilihan memasuki akademi Keperawatan telah menjadi prioritas pertama kita??? Mungkin hanya berapa persen saja yang punya pilihan seperti itu, akan tetapi kebanyakan teman –teman kita termasuk saya sendiri merupakan pilihan kedua, ketiga, pilihan orang tua atau bahkan pilihan terakhir karena sudah tidak keterima kemana-mana.

Ada real anekdot yang cukup menggelikan, kenapa saya sebut “real anekdot” karena benar-benar ceita ini terjadi. Teman saya dipaksa orang tuanya untuk kuliah di Akademi Keperawatan, dengan alasan mengikuti jejak kakanya yang telah lama lulus di Akper dan hidupnya sudah berhasil sejahtera jadi Mantri di kampungnya sendiri. Akan tetapi teman saya ini tidak mau dan tidak berminat untuk jadi Perawat dan Dia lebih suka ke Tekhnik sipil ITB, celakanya jadwal ujian di Akper lebih dulu daripada di UMPTN.

Dari perdebatan yang panjang dan sengit sekali antara orang tua dan anak, dimana masing–masing menginginkan pendapat mereka diikuti. Pada akhirnya teman saya ini mengikuti arahan orang tuanya dengan satu syarat Dia di perbolehkan mengikuti UMPTN juga. Kebetulan waktu ujian Akper lebih awal dari UMPTN, sehingga beliau mengikuti ujian AKPER yang kemudian diikuti juga dengan mengikuti ujian UMPTN. Persaingan di Akper berselisih 1:10 dimana dari 400 orang pendaftar dan yang diterima 40 orang, Hal tersebut terbilang cukup ketat dikarenakan Akper negeri. Sementara itu di UMPTN 1:25 jauh lebih sulit.

Dilihat dari angka persaingan diatas, tentunya sedikit kita bisa menduga bahwa peluangnya masuk Akper lebih besar dibandingkan lulus test UMPTN nya. Namun justru Teman saya lulus UMPTN sedangkan ujian Akper Dia gagal lulus, belakangan diketahui bahwa teman saya ini bercerita ternyata beliau menjawab soal-soal pada waktu ujian di Akper itu sengaja memilih jawaban yang salah. Konsentrasinya hanya berfokus pada UMPTN, sehingga dia benar-benar menggunakan kemampuanya untuk menjawab soal–soal dengan tepat.

Dari anekdot nyata tersebut Kita bisa mengambil pelajaran, ternyata pilihan menjadi profesi Keperawatan sebagian besar bagi masyarakat indonesia adalah bukan merupakan pilihan hidup atau bukan pilihan yang diminati.

Pertanyaan mendasar yang terbersit adalah mengapa pilihan untuk menjalankan profesi Keperawatan bukan sesuatu yang membanggakan/bukan profesi yang diminati ??? atau dengan kata lain kenapa kebanyakan orang lebih memilih profesi lainya ketimbang profesi keperawatan??? Ini merupakan sesuatu yang perlu kita cermati dan analisa kalau bisa memberikan solusinya karena bagaimana pun kita yang telah menjadi dan menekuni insane keperawatan mempunyai sedikit banyak tanggung jawab untuk mencarikan solusi sehingga menjadikan profesi ini maju dan berkembang seperti profesi-profesi lainya.

Menurut hemat saya, paling tidak ada beberapa alasan kenapa orang merasa enggan memasuki dunia profesi keperawatan antara lain adalah :
  1. Tingkat kesejahteraan yang relative rendah, bahkan kalau boleh dibilang sangat rendah, seperti kita ketahui teman-teman sejawat kita yang banyak bekerja di rumah sakit dan pusat-pusat pelayanan kesehatan masyarakat di daerah-daerah mereka hanya berpendapatan yang relative minim, dan bagi perawat yang mendapatkan pekerjaan sebagai “Perawat bantu” mereka mendapatkan gaji yang sangat-sangat minim atau tidak layak sama sekali
  2. Jenis pekerjaan yang relative berat jika dibanding dengan profesi-profesi lainya, selain kebanyakan jadwal kerja yang di shift dan aktivitas yang selalu dihadapkan dengan pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Hal ini memerlukan tingkat kesabaran dan ketelitian lebih, dimana yang kita sevis adalah manusia, unik dan bersifat komprehensif.
  3. Tingkat penghargaan dari masyarakat secara umum belum begitu tinggi berbeda dengan di Negara-negara maju lainya dimana masyarakat umum sangat menghargai dan menghormati sekali dengan profesik eperawatan ini, dan saya kira ini juga merupakan tantangan tersendiri bagi insane keperawatan untuk membuktikan bahwa profesi ini bernilai tinggi dan sejajar dengan profesi-profesi lainya.

Terlepas dari cerita diatas dan opini yang berkembang di masyarakat Indonesia tentang profesi Keperawatan, barangkali ada sesuatu yang perlu kita cermati dan resapi secara mendalam terutama tentang keberadaan kita di negeri Kuwait ini sebagai insan keperawatan indonesia yang mana harus diakui senang ataupun tidak, ternyata kita sangat-sangat menikmati profesi keperwatan dan bekerja disini, paling tidak banyak sesuatu yang telah kita dapatkan karena kita bekerja disini, perantaranya karena kita sebagai perawat.

Cobalah kita sedikit renungkan, gaji yang didapat disini jauh lebih besar dari teman-teman sejawat yang bekerja di negera kita dengan tingkat level pendidikan yang sama, atau bahkan lebih tinggi. Kemudahan untuk menjalankan Ibadah haji dan Umrah bagi saudara kita yang muslim, dengan biaya relative murah dan usia kita yang masih muda-muda, adakah teman kita yang sudah menjalankan ibadah haji disana?

Sedikit banyak kita telah berperan membantu mengubah tingkat pendidikan, kesejahteraan keluarga, saudara, bahkan teman dan handai taulan kita. Banyak sekali teman-teman kita disini yang menjadi tulang punggung keluarganya, membiayai pendidikan adik-adiknya, memberikan modal untuk bisnis-bisnis saudaranya, membantu tetangganya yang kesempitan ekonomi, bahkan sebagian teman kita telah mampu menciptakan lapangan kerja dengan berhasil mendirikan UKM –UKM.bukankah ini sesuatu yang harus kita syukuri…!

Dan yang paling merenyuh hati, ketika pulang cuti (annual leave) tersirat di wajah orang tua kita, rasa bangga atas anaknya yang telah mandiri bahkan mampu membantu sesamanya.

Tidakkah kita mensyukurinya..!!! wallahu'alam bishowab.

Labels:


Baca Selengkapnya...
 
posted by inna-k at 5:24 AM | 2 comments ShareThis
Assalamu'álaikum Wr.Wb

Kami ucapkan selamat dan sukses kepada teman-teman calon mahasiswa Fakultas Ilmu Keperwatan yang telah lulus, dan bagi yang belum beruntung masih banyak kesempatan di tahun-tahun mendatang.

Semoga sukses kelulusan ini, menjadi langkah awal yang baik untuk menuju masa depan yang lebih maju.


Wassalam.

Tim E-learning INNA-K

Baca Selengkapnya...
 
posted by inna-k at 5:14 AM | 0 comments ShareThis
Assalamu’alakum Wr.Wb

Sehubungan dengan pemberangkatan saudara Eko Priyanto ke Jakarta pada hari kamis lalu, tanggal 24 juli 2008, untuk mengurusi masalah verifikasi Ijazah yang mana sampai saat ini belum ada kejelasanya, maka dengan ini segenap pengurus INNA-K memohon kepada rekan-rekan sekalian untuk turut serta mendo’akanya semoga beliau di beri kemudahan dan kelancaran dalam menjalankan tugasnya, sehingga semua permasalahan verifikasi Ijazah dapat terselesaikan dengan baik.

Do’a rekan-rekan sekalian sangat berharga bagi kami sebagai bentuk dukungan yang tidak ternilai harganya.

Wassalamu’alaikum wr.wb.


Hormat kami,

Tim verifikasi Ijazah

Labels:


Baca Selengkapnya...
 
posted by inna-k at 5:07 AM | 1 comments ShareThis
Saturday, July 26, 2008
Ujian seleksi calon mahasiswa kelas khusus Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjajaran Bandung telah di laksanakan beberapa hari lalu, tepatnya tanggal 19 juli 2008 di KBRI Kuwait. Seperti kita ketahui bahwasanya tahun ajaran 2008 - 2009 Fakultas Ilmu Keperawatan UNPAD bekerjasama dengan INNA-K membuka program e-learning bagi para Perawat Indonesia yang bekerja di Kuwait dalam upaya memberikan kesempatan kepada mereka untuk dapat melanjutkan jenjang pendidikannya sambil bekerja.


Selain mereka yang bekerja di Department Kesehatan Kuwait atau swasta, Konon distance learning ini juga terbuka bagi rekan-rekan Perawat di Qatar yang berminat mengikuti program yang diadakan pihak INNA-K dan UNPAD ini.


Ujian yang di ikuti oleh tidak kurang dari 33 orang ini dimulai tepat pukul 4 sore waktu setempat. Adapuan tim pengawas ujian ini terdiri dari 4 orang , mereka adalah Prof.Urip sebagai dosen dari Fakultas Psikologi UNPAD, Prof. Hussaen sebagai Pembantu Rektor 1, serta Dekan dan Pembantu Dekan yaitu Helwiyah Ropi S.Kp.MCPN dan ibu Yanti S.Kp.M.Nm.


"Materi yang diujikan adalah materi test potensi akademik, dimana hampir substansi materi adalah kemampuan dasar analisis seseorang, logika berfikir, kecepatan mengambil keputusan yang mana hal ini berkaitan dengan sempitnya waktu yang tersedia”, kata seorang peserta yang tidak mau disebutkan namanya.

Hasil ujian sudah bisa di akses di website Unpad pada pada hari minggu, tanggal 27 juli ini, dengan memasukan nomer peserta. Silahkan log in di website unpad.ac.id.

Labels:


Baca Selengkapnya...
 
posted by inna-k at 3:52 AM | 1 comments ShareThis
Thursday, July 17, 2008
Sesuai dengan AD/ART PPNI Pusat pasal 4 dan 5, hak dan kewajiban anggota PPNI/INNA adalah sebagai berikut:

  • Hak Anggota
  1. Anggota berhak untuk mengajukan pendapat, usul atau pertanyaan baik lisan maupun tertulis kepada pengurus INNA-K / PPNI, mengikuti seluruh kegiatan organisasi, memilih dan dipilih sesuai jenjang kepengurusan organisasi.

  2. Setiap anggota berhak mendapatkan kesempatan menambah atau mengembangkan ilmu dan keterampilan keperawatan yang diselenggarakan organisasi sesuai program dan kemampuan organisasi serta memenuhi persyaratan

  3. Setiap anggota berhak mendapatkan perlindungan dan pembelaan dalam melaksanakan tugas organisasi dan profesi, apabila memenuhi:

    a. Ketentuan organisasi
    b. AD/ART
    c. Kode Etik Keperawatan Indonesia
    d. Standar Kompetensi
    e. Standar Praktik
    f. Peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.


  • Kewajiban Anggota
  1. Menjunjung tinggi, mentaati dan mengamalkan Sumpah perawat, Kode Etik Keperawatan Indonesia, Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga dan semua peraturan serta Keputusan PPNI.

  2. Membayar uang pangkal dan iuran bulanan

  3. Menghadiri rapat-rapat atas undangan Pengurus Organisasi

Labels: ,


Baca Selengkapnya...
 
posted by inna-k at 12:20 AM | 0 comments ShareThis
Wednesday, July 16, 2008
Oleh: Syaifoel Hardy

Pada tanggal 2 Juli 2008 yang lalu, Corporate Nurse Qatar Petroleum (QP) mengedarkan informasi lewat email ke seluruh Chief Nurses QP, yang bunyinya: “I am thinking of requesting a recruitment drive from HR. Please could you let me know which nationality of nurses you require!” Pada hari yang sama, Chief Nurse dari Messaieed, menjawab: Hi Debbie - no immediate req from MMC - however (once unfreeze of new positions) Ambulance Nurses - Filipino or Indonesia; and Nurses - Indian, Filipino, or Indonesian.

Kata ‘Indonesian’ di atas, mengacu kepada nurses yang berasal dari Indonesia. Indonesian nurses diakui atau tidak, sudah memberikan image positif di QP, salah satu perusahaan penghasil minyak dan gas bumi terbesar di dunia. Indonesian nurses, mewakili negara Indonesia, telah sanggup mengukir nama harum bangsa, sehingga diminati, dicari dan dibutuhkan partisipasi aktifnya untuk turut membangun negara lain, dalam hal ini Qatar.

Apakah dengan adanya permintaan dan rekomendasi ini, lantas otomatis akan berarti bahwa kualitas Indonesian nurses di ‘atas’ nurses dari negara-negara lain? Jawabannya: Tunggu dulu!

Hanya karena adanya permintaan tersebut, kita tidak bisa secara gegabah mengambil kesimpulan bahwa nurses kita lebih baik dari Malaysia, Singapore, Thailand, Yordania, Romania, USA serta UK yang tidak disebutkan sama sekali. Meski kita boleh berbangga diri, namun itu belum cukup untuk menjawab pertanyaan di atas. Sekedar informasi saja, pengirim email (Corporate Nurse) dan yang menjawab (Chief Nurse), kedua-duanya berasal dari dan berkebangsaan Inggris! Jadi, demand and recommendation itu muncul bukan karena KKN!

Saya pernah berdiskusi dengan salah seorang pengusaha Jeans di Dubai, dari Jakarta yang mengekspor produknya ke kawasan Timur Tengah dan Afrika. Ketika ditanya apakah kualitas barang-barang ekspor ini sama dengan yang dipasarkan di Indonesia? Jawabannya: tidak! Mulai dari bahan mentah, pengolahan hingga pengepakannya. Itu berarti bahwa, barang-barang yang diekspor ini, memiliki nilai dan kandungan mutu yang berbeda dengan yang beredar di dalam negeri.

Indonesian nurses yang bekerja di luar negeri bisa dianalogikan dengan jeans di atas. Mereka memiliki kualitas yang berbeda dibanding dengan kebanyakan barang-barang sejenis yang ‘beredar’ di pasar dalam negeri. Beberapa aspek kelebihan mereka antara lain bahasa, kemampuan adaptasi di tengah masyarakat multi kultural, ketahanan psiko-sosial, serta penguasaan terhadap penggunaan alat-alat tertentu sesuai dengan keahlian dan spesialisasi mereka masing-masing. Itu masih belum terhitung dengan status sebagian mereka sebagai ‘pelajar berprestasi’ selama menempuh pendidikannya di Indonesia. Jadi, permintaan pasar terhadap Indonesian nurses tidak asal ‘comot’.

Lantas bagaimana dengan ratusan ribu nurses yang menyebar di Tanah Air? Apakah mereka kurang atau tidak bermutu?

Nurses adalah buah dari pendidikan nursing. Produk ini dihasilkan setelah melewati proses dari sebuah sistem. Seperti halnya produk-produk lain, meski yang satu ini menyangkut masalah manusia, sebenarnya melalui proses yang ‘sama’. Bagaimana kualitas hasil proses ini bergantung kepada bahan mentah/dasar, model dan mutu mesin-mesin pengelola bahan mentah tersebut, ketrampilan para teknisi perusahaan, sistem pengepakan barang berikut penyalurannya, serta managemen perusahaan.

Tulisan ini berusaha mengupas kebijakan Pemerintah kita dalam berbagai bidang yang sebenarnya menggerogoti profesi nursing. Niat ‘baik’ Pemerintah kita dalam meningkatkan kualitas profesi yang satu ini tidak sebanding dengan jungkir balik dan kinerja nurses di seluruh pelosok Nusantara. Hal ini mengakibatkan Indonesian nurses harus menghadapi berbagai gejolak keterpurukan, mulai dari aspek pendidikan, ekonomi, hukum, sosial dan politik.

  • Pendidikan

  • Pendidikan Nasional bertujuan membentuk manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak dan berbudi mulia, sehat, berilmu, cakap, serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggungjawab terhadap kesejahteraan masyarakat dan tanah air (UU Sisdiknas No.20 Tahun 2003, pasal 4 ayat 1). Selanjutnya, dalam undang-undang yang sama pada Bab VI tentang jalur, jenjang dan jenis pendidikan pasal 15 berbunyi: Jenis pendidikan mencakup pendidikan umum, kejuruan, akademik, profesi, advokasi, keagamaan dan khusus (http://www.inherent-dikti.net).

    Hal tersebut berati bahwa nursing sebagai bagian dari pendidikan profesi, berilmu, berbudi mulia, berakhlak, bertanggungjawab, berketuhanan, sudah semestinya mendapatkan perlakuan serupa dengan profesi-profesi lain dalam perolehan pendidikan ini. Tapi kenyataannya tidak demikian di Indonesia. Fakultas Ilmu Keperawatan baru muncul pada tahun 1985 di Universitas Indonesia (www.fik.ui.edu). Itupun ‘ndompleng’ statusnya pada fakultas lain. Apalagi jika dibandingkan dengan fakultas kedokteran, farmasi, gizi, kesehatan masyarakat, teknik, pertanian, pendidikan dll. Nursing boleh dikata ketinggalan dan ‘ditinggalkan’. Jangankan untuk jenjang pendidikan S2 yang baru muncul awal tahun 1999 (www.fik.ui.ed), hingga saat ini program S1 nya saja masih tersendat-sendat di banyak perguruan tinggi se antero Nusantara. Padahal program kesehatan non-nursing lainnya sudah maju pesat. S1 bagi nursing masih langka dan mewah. Satu contoh saja: lulusan S1 Nursing masih laku keras untuk menjadi dosen di program yang sama. Padahal di jurusan lain, sudah tidak memenuhi syarat!

    Sejarah kerumah-sakitan di Indonesia sudah setua penjajahan itu sendiri. Sejak VOC datang di Indonesia pada abad 15, sejak saat itu pula sebenarnya dunia nursing Indonesia sudah dimulai (www.wikipedia.org). Mustahil sebuah rumah sakit berdiri tanpa nurses. Ironisnya, perbaikan mutunya baru dilirik sesudah 5 abad alias 500 tahun kemudian! Sepertinya kita selama ini sudah cukup puas apabila dalam sektor kesehatan dilayani hanya oleh orang-orang yang pendidikannya rendah. Nurses yang berada di barisan depan sektor kesehatan serta menduduki populasi terbesar di dalamnya tidak mendapatkan perlakukan yang fair dalam perbaikan kualitas pendidikan. Mutu pendidikan kita menurut Human Deveopment Report (UNDP, 2008) berada di urutan 107 dari 155 negara. Jauh dibawah Singapore (25), Filipina (90), Thailand (78), Malaysia (63), Brunei (30). Seolah-olah: becoming nurses, you do not need higher education!

  • Ekonomi

  • Human Development Index (HDI) menyangkut aspek umur harapan hidup, angka melek huruf, perolehan pendidikan serta pendapatan perkapita (www.wikipedia.org). Kita yang berada di urutan 107 itu bisa diartikan bahwa di sektor ekonomi kita masih jauh untuk diklasifikasikan sebagai negara yang bahkan ‘sedang-sedang saja’ secara finansial.

    Gaji nurses di Indonesia rendah. Itu semua orang tahu. Kita tidak perlu membandingkannya dengan negara lain. Kecilnya penghasilan ini bukan hanya lantaran pendidikan mereka juga masih rendah. Sama-sama lulusan se-level D3, gaji nurses berada jauh di bawah jebolan politeknik lain. Apalagi perhotelan, perbankan, elektronik, komputer, listrik, pertanian, kehutanan, fisika dan kimia . Lulusan nursing, yang berurusan hanya dengan manusia, dianggap terlalu mudah serta tidak memberikan sumbangan yang berarti terhadap pertumbuhan dan perkembangan ekonomi yang nyata di negeri ini.

    Penelitian membuktikan bahwa besaran penghasilan erat kaitannya dengan kepuasan kerja (David et al.online, 2004). Penghasilan yang sesuai akan berdampak pula terhadap kualitas pekerjaan. Gaji yang memadai akan meningkatkan motivasi kerja. Kondisi yang kontradiktif berdampak negatif pada banyak nurses di Bumi Pertiwi ini. Akibat rendahnya penghasilan, di samping bekerja, tidak sedikit nurses yang melakukan ‘bisnis’ lainnya. Bagaimana nurses bisa survive di Jakarta jika lulusan S1 digaji Rp 600 ribu, jauh di bawah UMR yang Rp 1.3 juta? (http://ciremai.com/blog/?p=6). Makanya, sambil bekerja, anggota profesi kita ini ada yang mengkeditkan pakaian, barang-barang rumah tangga hingga elektronik. Membuka praktik ilegal, negosiasi bisnis pribadi di tengah-tengah kerja hingga belanja ke pasar padahal jam mengajar, bukan barang langka!

    Kalau kemudian arus nurses kita ke luar negeri tidak bisa dibendung nantinya, inilah salah satu faktor yang melatar-belakanginya. Dalam jangka panjang, fenomena ini bisa berakibat brain drain (The migration of skilled workers out of a country) (www.personal.umich.edu). Negeri ini bakal ditinggalkan oleh nurses yang berkualitas. Bukannya membangun negeri sendiri di sektor kesehatan, tapi mereka ‘bangun’ negara lain. Di dalam negeri, nurses tidak memperoleh penghasilan layak yang membuat mereka secara ekonomi pailit. Ditambah krisis pelonjakan harga barang-barang, kenaikan harga minyak dan gas. Sebuah kebijakan ekonomi yang perlu ditinjau ulang.

  • Hukum

  • Sejauh ini, meski usia nursing di Indonesia setua umur rumah sakit yang berdiri pertama di negeri ini, secara hukum, nursing belum mendapatkan perlindungan yang memadai. Undang-undang Nomer 23 Tahun 1992 Pasal 53 menyebutkan bahwa tenaga kesehatan berhak memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya (http://sjsn.menkokesra.go.id). Dalam pasal yang sama juga disebutkan bahwa tenaga kesehatan berkewajiban mematuhi standard profesi dan menghormati hak pasien. Pasal-pasal tersebut masih diperkuat lagi dengan Keputusan Menkes No.1239/Menkes/SK/XI/2001 tentang Registrasi dan Praktik Perawat (www.depkes.go.id). Namun apa jadinya?

    Tanggal 12 Mei 2008 lalu, tepat bersamaan dengan World Nursing Day, sekitar 10.000 nurses memadati halaman DPR. Lima dari 40 orang delegasi PPNI Kabupaten Wonosobo yang dipimpin ketuanya, Solikhah Wulandari masuk gedung DPR RI yang dikepung ribuan nurses melalui pintu belakang. Mereka diterima oleh dr. Umar Wahid anggota Komisi IX dan KH. Drs. Muchotob Hamzah, MM anggota Komisi X yang sejak awal keberangkatan dari Wonosobo telah menjanjikan untuk bertemu di Senayan (www.inna-ppni.or.id). Mereka berdemo, menuntut direalisasikannya RUU Praktik Keperawatan.

    Pemerintah dan DPR mestinya tidak menutup mata terhadap kontribusi profesi nursing dari sudut pandang hukum dalam membangun kesehatan penduduk negeri ini. Sudah waktunya nurses diperlakukan secara adil sesuai dengan hak-hak profesinya sehingga mereka bisa memberikan sumbangsihnya secara maksimal. Nurses membutuhkan status yang jelas di mata hukum. Bukan hanya dihukum kalau salah saja. Hukum harus menunjukkan hitam di atas putih. Nurses butuh kejelasan mana yang boleh dilakukan dan mana yang tidak. Nurses menghendaki legalisasi penjabaran tugas dan tanggungjawabnya sesuai dengan kode etik nursing.

  • Sosial

  • Angkatan kerja yang menganggur di Indonesia saat ini melebihi standard International Labour Organization (ILO). Menurut ILO, rata-rata pengangguran untuk kawasan Asia Tenggara pada tahun 2005 mencapai 6,1% (www.ilo.law.cornell.edu). Sampai dengan bulan Februari 2008, jumlah penduduk yang menganggur di Indonesia mencapai 9.4 juta (www.bos.go.id). Ini berbahaya. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak tahun 1998 masih terus berlanjut hingga detik ini. Imbasnya meluas ke berbagai sektor, tidak terkecuali kesehatan. Akibatnya menimbulkan multikrisis yang sangat sulit untuk ditanggulangi. Tenaga kerja yang tidak tersalurkan meluas pada semua level pendidikan, termasuk di dalamnya adalah pengangguran dari level pendidikan tinggi, misalnya D3 Nursing juga lulusan S1 Nursing. Saat ini rasio perbandingan jumlah nurses dan penduduk di Indonesia adalah 1:44, sebuah angka yang rendah jika kita bandingkan dengan negara-negara tetangga seperti Malaysia, Thailand dan Filipina (Wati, 2007). Meski jumlah tersebut rendah, namun sepertinya tidak memungkinkan lagi bagi healthcare provider untuk menerima tambahan nurses baru karena besaran beban keuangan. Angka ini akan semakin merosot jika peledakan jumlah penduduk tidak dibarengi jumlah nurses yang memperoleh pekerjaan.

    Bertambahnya jumlah lulusan yang tidak diimbangi dengan kesempatan kerja yang tersedia pula akan menimbulkan dampak sosial yang tidak ringan. Mulai dari perpindahan tenaga profesional yang mestinya terhitung skilled ke non-skilled, hingga peningkatan jumlah kriminalitas yang dikaitkan dengan pengangguran. Itu belum terhitung nanti imbas pasar global, di mana nurses dari negara-negara lain akan memperoleh akses untuk datang dan bekerja di Indonesia. Bukan tidak mungkin terjadi di era globalisasi ini perusahaan-perusahaan asing dan swasta yang berkelas internasional akan membawa nurses dari mancanegara, bukannya memanfaatkan yang ada di Indonesia.


  • Politik

  • Nursing di Indonesia tidak berlebihan jika diperlakukan seperti ‘tong kosong yang nyaring bunyinya’ dalam dunia politik. Besarnya jumlah personel nursing di jajaran Departemen Kesehatan ternyata tidak membuat mereka diperhitungkan. Dalam Struktur Organisasi Kesehatan yang ada, dari Sekretaris Jenderal hingga Staf Ahli Menteri Bidang Mediko Legal,tidak disebutkan sama sekali kata ‘ahli keperawatan’ di dalamnya. Secara politis, nursing di negeri ini ‘ompong’, alias dianggap tidak mampu. Jangankan mengunyah, menggigit pun tidak! Sementara di dalamnya terdapat bidang farmasi, kesehatan lingkungan, gizi serta medik (www. Depkes.go.id).

    Mengapa demikian? Nurses dianggap identik dengan keterbelakangan. Kurang berpendidikan. Usianya masih terlalu muda dibandingkan dengan kolega profesi kesehatan lainnya. Usia S1 nya belum juga genap 25 tahun di negeri ini, sebuah usia yang masih ‘hijau’. Makanya jangan heran jika berbagai predikat ketidak-layakan diletakkan di pundak nurses. Itu ‘lumrah’ lantaran kita tidak memiliki tenaga ahli yang ‘layak’ jadi pemimpin di garis depan. Jumlah doktor dan profesor nursing di negeri kita bisa bisa dihitung dengan jari, yang jabatannya merangkap ke sana-ke mari.

    Kemiskinan akan jumlah tenaga ahli nursing ini sebagai momok utama mengapa kita tidak ‘dipercaya’ untuk memimpin sebuah divisi pun dalam jajaran Depkes. Sampai-sampai, beberapa tahun lalu sebuah rumah sakit di Jatim, saya melihat Kepala Seksi Perawatan pun bukan dijabat oleh nurses! Aneh! Minimnya jumlah pejabat eselon kita di tingkat atas pula yang mengakibatkan lemahnya ‘lobi’ kita ke pemerintah dalam ini DPR. Sehingga segala sesuatu yang terkait dengan nursing, dianggap urgensinya kurang. Kalau sudah begini, bisa diramalkan, bahwa selagi kita tidak meningkatkan jenjang pendidikan se-level dengan kolega kita dari profesi kesehatan lainnya, kita belum dianggap ‘sejajar’ dengan mereka!

  • Kesimpulan

  • Hambatan yang menghadang di depan profesi yang satu ini membentang begitu luas dan merembet ke seluruh lini kehidupan. Dari segi pendidikan, nurses tidak dapat tumbuh subur selain biaya pendidikan yang mahal. Dari segi ekonomi, sudah cukup melarat. Dari segi sosial, terancam pembengkakan pengangguran. Dari segi hukum, tidak memperoleh perlakuan yang semestinya. Dari segi politik, diam membisu.

    Namun kalau dilihat dari pengalaman 30 tahun lalu, saat ini kita sedikit bernafas lega. Waktu itu tidak ada seorangpun kepala sekolah SPK yang dipegang oleh seorang nurse. Kini, 180 derajat berbeda. Sulit dicari direktur Akper/Poltekes yang bukan nurses. Itu berarti, meskipun lambat, perjalanan profesi kita masih bisa berbuah. Akan tetapi hal ini tidak bisa dijadikan tolok ukur sehatnya pertumbuhan dan perkembangan nurses di Indonesia.

    Pembenahan di berbagai segi kehidupan nursing perlu diseriusi terutama aspek politik dan hukum. Inilah tantangan terbesar kita. Kekuatan politik dan hukum ini jika dimiliki nurses, akan mampu mendongkrak status mereka secara otomatis dari keterbelakangan pendidikan, status sosial serta ekonomi. Kita membutuhkan lobi yang kuat di sektor pemerintahan.

    Jika beberapa tahun lalu kita pernah dipimpin oleh Presiden yang hanya lulusan SMA, kenapa kita yang mayoritas jebolan D3 tidak sanggup mempengaruhi anggota DPR yang ijazahnya palsu? (www.kapanlagi.com; www.freelist.org). Jika pendekatan yang demikian pun sulit diwujudkan, kita masih bisa berharap: tunggu sampai ada yang menjadi istri anggota DPR!

    Doha 09 July 2008.

    shardy2@hotmail.com

    Labels:


    Baca Selengkapnya...
     
    posted by inna-k at 3:54 PM | 1 comments ShareThis
    Tuesday, July 15, 2008
    Anak usia di bawah lima tahun (balita) ternyata rentan terkena kanker retina atau retinoblastoma. Gejalanya cukup khas, yaitu mata anak terlihat bercak putih. Jika tersorot oleh cahaya senter, mata anak akan memantulkan cahaya seperti "mata kucing" yang bersinar dalam gelap.

    "Sayangnya, banyak orangtua yang baru sadar setelah kondisi penyakit anaknya sudah pada stadium lanjut. Dan anak sudah kehilangan penglihatannya," kata Ketua III Bidang Pendidikan dan Penyuluhan, Yayasan Kanker Indonesia, Dr Sumarjati Arjoso, SKM dalam acara penyuluhan massal tentang penyakit kanker anak, di Jakarta, belum lama ini.

    Penanganan retinoblastoma pada stadium awal bisa dilakukan melalui radioterapi dan cryoterapi. Pada kondisi seperti itu, masih mungkin anak tak sampai kehilangan bola matanya. Kemoterapi bisa juga dilakukan jika kondisi penyakit masih di stadium awal, guna menyelamatkan bola mata sehingga bisa melihat lagi.


    "Namun, jika sudah masuk stadium akhir, mau tak mau harus dilakukan enukleasi untuk pengangkatan bola mata," katanya.

    Setelah bola mata yang sakit dienyahkan, bukan berarti masalah selesai. Anak harus rajin menggunakan bola mata buatan. Selain itu, anak harus rutin kontrol, setidaknya setiap 2-4 bulan. Hal itu dilakukan supaya diketahui apakah kankernya benar-benar sudah hilang atau belum.

    "Sebab, tidak sedikit yang kemudian malah meluas ke bagian lain," kata mantan Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) sambil menyayangkan bahwa hingga kini, belum ada pencegahan retinoblastoma. Yang ada hanyalah tanggap sejak dini.

    Dr Sumaryati menambahkan, kanker retina mata hingga kini masih menjadi momok yang menakutkan di Indonesia, mengingat penyakit tersebut menempati nomor dua terbanyak setelah kanker darah (leukimia).

    Berdasarkan data Badan kesehatan dunia (World Health Organization = WHO) penderita kanker di dunia tercatat terus meningkat. Kanker pada anak diperkirakan 2-4 persen dari seluruh jumlah kejadian penyakit kanker di seluruh dunia. Di Indonesia terdapat sekitar 9.000 penderita kanker anak.


    Retinoblastoma adalah penyakit yang menyerang pada anak sejak usia 0-5 tahun. Penyebab penyakit itu belum diketahui secara pasti. Berdasarkan penelitian dan pengalaman para dokter, pemicunya faktor genetik atau pengaruh lingkungan seperti sinar radioaktif, kondisi sosial ekonomi, serta infeksi virus.

    "Memang penyebab timbulnya penyakit ini belum diketahui secara pasti, faktor genetik memang menjadi salah satu penyebab timbulnya penyakit ini," ungkap Sumarjati yang juga menjabat sebagai ketua IV Bidang Kesehatan Reproduksi pada Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI).

    Ia menuturkan, gejala yang ditimbulkan retinoblastoma adalah timbulnya bercak putih di bagian tengah mata atau retina. Membuat mata seolah bersinar bila terkena cahaya. Kemudian, kelopak mata turun dan pupil melebar, penglihatan terganggu atau mata menjadi juling. Pada stadium lanjut, bola mata tampak menonjol.

    "Bila terlihat tanda-tanda berupa mata merah, berair, bengkak, meski sudah diberi obat mata tidak mempan juga, atau di waktu gelap, mata si anak seolah bersinar seperti kucing bisa dikatakan bahwa si anak tersebut terindikasi penyakit retinoblastoma," katanya.

    Yang patut diwaspadai, retinoblastoma jika sudah parah tidak hanya menyebabkan kebutaan pada penderita, tetapi juga kehilangan jiwanya.

    "Jika dianjurkan operasi oleh dokter, jangan pernah menunda karena jika tidak dilakukan akan makin parah dan susah untuk diobati penyakitnya," jelasnya.

    Dijelaskan, penanganan dan pengobatan pada penyakit kanker memang bergantung pada stadium. Pengobatan kanker pada anak tidak jauh beda dari pengobatan pada orang dewasa.

    Yang kerap menjadi kendala adalah biaya yang mahal dan minimnya pengetahuan mengenai kanker membuat para pasien yang datang umumnya sudah sampai stadium lanjut.

    "Masalah yang dihadapi para penderita kanker salah satunya adalah masalah biaya. Mahalnya biaya pengobatan sering menjadi kendala," ujar wakil ketua Yayasan Onkologi Anak Indonesia (YOAI), Ir Retno S Soepardji.

    Pengobatan kanker yang tidak hanya dilakukan 3-5 kali membuat beban penderita atau orang di sekelilingnya semakin bertambah. Hal tersebut menjadi salah satu alasan dibentuknya yayasan- yayasan yang bergerak di bidang kanker.

    "Kegiatan yang dilakukan di antaranya membantu biaya pengobatan atau perawatan bagi anak penderita kanker yang tidak mampu. YOAI juga banyak memberikan bantuan penyebaran informasi mengenai kanker," ucap Retno.

    Ditambahkan, jenis-jenis kanker yang banyak ditemukan pada anak selain leukemia (kanker darah) dan retinoblastoma, adalah tumor otak, kanker kelenjar getah bening, neuroblastoma (termasuk golongan kanker saraf), kanker ginjal, kanker jaringan otot, dan kanker tulang.

    "Leukemia merupakan yang tertinggi di antara angka kejadian kanker anak di RSCM, yaitu 30-40 persen. Tapi bila diobati sejak dini, memiliki kemungkinan sembuh 70-100 persen. Sementara untuk penyakit tumor otak, kesembuhannya masih dipertanyakan karena organ otak sangat rawan dan sukar dicapai oleh obat-obatan medis," tutur Retno.

    Strategi pengobatan kanker anak sama dengan kanker pada orang dewasa. Yaitu perpaduan berbagai cara pengobatan seperti operasi, kemoterapi, dan radioterapi. Walau baru sebagian kanker anak yang dapat disembuhkan, tapi hal itu cukup besar bila dibandingkan dengan kanker pada orang dewasa.

    Untuk mencapai kesembuhan, menurut Retno, deteksi dini terhadap adanya kanker dan melakukan penanggulangan secara terpadu sangat penting. Bahkan tidak jarang, diperlukan psikolog juga untuk menangani masalah psikis anak-anak penderita kanker. Harapan sembuh menjadi semakin besar apabila anak penderita kanker melampaui masa hidup sedikitnya lima tahun.

    Ia mengingatkan, penderita kanker sebaiknya tidak dekat-dekat dengan orang lain yang sedang sakit juga, agar penyakitnya tidak bertambah parah. Selain itu penderita kanker harus berhati-hati saat mengkonsumsi vitamin. Vitamin B12 dan asam urat tidak boleh dikonsumsi penderita kanker karena keduanya merangsang tumbuhnya sel.

    "Dikhawatirkan vitamin itu tidak hanya merangsang pertumbuhan sel tubuh yang dibutuhkan, tapi juga pertumbuhan sel-sel kanker. Tapi kalau vitamin A, C, dan suplemen natural seperti daun pepaya dan daun bit boleh dikonsumsi," ujarnya.

    Dalam beberapa kejadian, anak hanya menunjukkan gejala tertentu saja sehingga tidak didiagnosa sebagai penyakit kanker. Misalnya gejala lesu dan pucat, dideteksi sebagai penyakit kekurangan darah, sehingga hanya diberi suplemen penambah darah. Atau gejala demam yang didiagnosa sebagai influenza.

    "Apabila gejala-gejala penyakit yang dialami anak tidak kunjung sembuh juga, sebaiknya dilakukan pemeriksaan darah dan pemeriksaan sumsum tulang. Karena dengan pemeriksaan itu, keberadaan kanker dapat diketahui secara pasti," kata Retno menandaskan. (Tri Wahyuni).

    sumber: suara karya.com

    Labels:


    Baca Selengkapnya...
     
    posted by inna-k at 4:57 PM | 0 comments ShareThis
    Adalah Agus Kristianto, Perawat lulusan Politeknik Kesehatan (Poltekes) Tanjungkarang - Bandar Lampung telah berhasil menembus pasar kerja Amerika Serikat (AS) setelah melewati berbagai tes serta kursus intensif Perawat internasional di Jakarta. Direktur Poltekes Tanjungkarang Sri Indra Trigunarso mengungkapkan hal itu, Senin 14 Juli 2008..

    Selain Agus, puluhan alumnus Politeknik Kesehatan lain di Indonesia kini telah bekerja di Amerika Serikat.

    Ketua DPRD Lampung Indra Karyadi mengungkapkan tenaga para medis harus dapat mengisi kebutuhan pasar kerja di luar negeri.

    "Pengentasan kemiskinan salah satunya dapat diatasi dengan mengirimkan tenaga kerja ke luar negeri", kata Indra.

    Indra menegaskan, tenaga kerja yang diekspor harus siap pakai dan terampil, agar memiliki posisi tawar.(izn).

    Sumber : Pusdiknakes.

    Informasi ini semoga memotivasi rekan-rekan Perawat lainnya yang ingin bekerja di luar negeri, baik mereka yang masih bekerja di dalam negeri terlebih rekan Perawat yang berada di Kuwait dimana telah dilakukan Training NCLEX kerja sama antara INNA-K dan Universitas Malahayati Lampung sebagai upaya menembus pasar kerja Amerika Serikat (AS).

    Labels:


    Baca Selengkapnya...
     
    posted by inna-k at 4:28 PM | 0 comments ShareThis
    Sunday, July 13, 2008
    (TOKYO) - Tantangan terbesar dalam pengiriman perawat dan "care giver" (perawat para jompo) dari Indonesia ke Jepang adalah kemampuan berbahasa Jepang, sehingga perlu mendapat perhatian serius dan pemantauan terus menerus dari kedua belah pihak, baik Jepang dan Indonesia.Demikian kesimpulan yang muncul dalam dialog rutin warga Indonesia yang digelar Konsulat Jenderal RI di Osaka, Selasa, berkaitan dengan berlakunya kerjasama EPA (Economic Partnership Agreement) Indonesia-Jepang hari ini, tanggal 1 Juli.

    Dalam siaran pers KJRI Osaka disebutkan, mulai bulan Juli 2008 ini hingga akhir tahun depan, sebanyak seribu tenaga perawat (400 orang) dan care giver (600 orang) akan dipekerjakan di berbagai rumah sakit dan panti jompo di Jepang.

    Selama enam bulan pertama mereka akan mengikuti kursus bahasa dan kursus-kursus wajib lainnya, untuk kemudian baru disebar ke berbagai tempat pekerjaannya, terutama di kawasan Kansai (Jepang bagian barat).

    "Untuk menguasai bahasa Jepang secara fasih cukup sulit, karena menggunakan tiga jenis karakter yaitu 'kanji', 'hiraga', dan 'katakana'," ujar Elsi Dwi Hapsari, mahasiswa program doktor bidang keperawatan Universitas Kobe.

    Kemampuan komunikasi sehari-hari, katanya, bisa saja dicapai dalam waktu relatif singkat, namun untuk membaca dan menulis, apalagi untuk berkomunikasi membahas suatu penyakit yang sarat dengan istilah teknis, tidak akan mungkin tercapai hanya dalam waktu satu-dua tahun.

    Namun demikian, pandangannya yang ditulis bersama Prof. Dr. Hiroya Matsuo itu juga menyebutkan bahwa Jepang mengakui kompetensi yang dimiliki perawat-perawat Indonesia. saat ini sebanyak 45 persen rumah skait di Jepang bersedia menampung perawat Indonesia.

    Sementara itu, Acting Konsul Jenderal Osaka, Mozes Tandung Lelating mengatakan, persoalan ini perlu mendapatkan perhatian besar dari kedua belah pihak baik Jepang maupun Indonesia, guna mencegah terjadinya persoalan yang lebih besar lagi dikemudian hari.

    "Apalagi pelaksanaan EPA sudah mulai berlaku efektif hari ini, sehingga berbagai pemantauan dan masukan tetap diperlukan untuk mengawal agar kerjasama ini menjadi lebih baik lagi," katanya.

    Setelah bertugas 3-4 tahun, para perawat dan perawat jompo tersebut harus lulus ujian kompetensi keperawatan yang hanya diselenggarakan dalam bahasa Jepang. Kalau gagal akan dipulangkan, namun jika lulus tetap diperkenankan bekerja di Jepang.

    Di Tokyo, implementasi EPA dimulai dengan rapat bersama antara delegasi Indonesia yang dipimpin Menteri Perdagangan Mari Pangestu, dan pihak jepang yang dimotori oleh Menlu Jepang Masahiko Komura.

    Rapat pertama EPA ini menandatangani berbagai standar prosedur dan operasional dari kerjasama EPA, sehingga dalam pelaksanaannya tidak terdapat kesalahan penafsiran, sehingga kelancaran arus barang dan jasa, serta investasi tetap bisa berjalan dengan baik.
    Meksi situasi ekonomi Jepang mengalami "slow down" dan dunia berada dalam bayang-bayang resesi yang meluas, kedua pejabat negara itu tetap optimisi bahwa kerjasama EPA mampu membangkitkan perekonomian kedua belah pihak. (ann) Ref: (Waspada.co.id)

    Labels:


    Baca Selengkapnya...
     
    posted by inna-k at 1:13 PM | 0 comments ShareThis
    Monday, July 7, 2008


    WESTERN UNION REQUIRED INDONESIAN
    COMMUNITY CONSULTANT ASAP

    This is my requirement:
    REQUIRED - INDONESIAN COMMUNITY CONSULTANT for
    Western Union

    Experience in Sales Marketing,
    Young energetic, MALE Candidates with a flair to prove their inner
    talents and like to meet clients introduce our products and services.

    Preferably Commerce graduates and computer literate. Attractive package offered, for immediate employment Interested candidates may apply by
    e-mail or call Vangie 6078484

    Thanks
    VANGIE V. GERNALE
    Sales & Marketing Manager
    ALPHA SOLUTION ADVERTISING CO.
    Mobile : +965 6078484
    Telefax: +965 5757254
    Other email: freestyleofw@yahoo.com

    Labels:


    Baca Selengkapnya...
     
    posted by inna-k at 7:57 AM | 0 comments ShareThis
    Sunday, July 6, 2008
    Permasalahan krusial yang selama bertahun-tahun menimpa sebagian perawat Indonesia di Kuwait tentang verifikasi ijazah mulai ada titik terang setelah ada sebagian perawat perindividu mengurus ke instansi terkait di Indonesia, mulai dari Pusdiknakes ke Kedutaan Kuwait di Jakarta, Foreign Affair sampai akhirnya surat itu harus sampai di tangan pihak Higher Education Kuwait.

    Tidak mudah memang mengurus itu semua, karena urusannya yang G to G bukan goverment to individu, dengan pengorbanan waktu, tenaga dan biaya berhadapan dengan birokrasi di pemerintahan, pelayanan yang tidak ramah, dilempar ke sana sini, ternyata usaha dan jerih payah teman-teman ada hasilnya. Setelah surat itu sampai ke higher education, mereka langsung merespon dengan positif, inilah surat yang kami tunggu-tunggu sekian lama, seolah olah menerima surat sakti yang bisa menyelesaikan akar masalah, teman-teman pun bisa bernafas lega.

    Kenapa harus ada verifikasi ijazah, padahal kita sudah bertahun-tahun kerja menerima gaji, toh kalau mau di check keabsahan ijazah kita kenapa tidak pada ujian seleksi masuk? sehingga tidak membuat masalah di kemudian hari. Setelah diselidiki dan informasi yang diperoleh ada beberapa alasan mengapa Ministry of Health kuwait meminta verifikasi ijazah perawat.

    Salah satunya karena adanya pemalsuan ijazah keperawatan dari negara-negara lain, yang statusnya bukan perawat, bekerja sebagai perawat untuk mengais rejeki di negara kaya minyak ini, sehingga diperlukan screening semua perawat dari berbagai negara untuk di check keabsahannya, berimbaslah ke semua perawat Indonesia, yang belum terverifikasi karena birokrasi yang tidak lancar.

    Terus apa dampaknya bagi perawat yang ijazahnya tidak terverifikasi? Ada sebagian teman-teman bilang bahwa dengan mengurus verifikasi mengorek-ngorek permasalahan yang sudah frozen, tapi respon berbeda juga disampaikan oleh teman-teman di organisasi keperawatan Indonesia di Kuwait, bahwa permasalahan verifikasi ini, seperti bom waktu yang kapan saja bisa meledak kalau ada faktor pemicu sehingga berdampak kesemua orang, sebelum itu terjadi, semaksimal mungkin kita hindari, antisipasi dan selesaikan.

    Efek yang sudah tampak dan terjadi sekarang akibat ijazah yang tidak terverifikasi adalah tidak keluarnya uang pesangon rekan-rekan yang resign dari Kuwait, karena resignation formality yang terhambat di higher education, sebagai jalan pintasnya, mereka, ada yang pinjam ke bank dan lari ke Indonesia dengan anggapan uang pengganti pesangon mereka. Akibat masalah yang menggantung ini banyak pihak yang dirugikan, individu yang tidak menerima pesangon, pihak bank yang nasabahnya kabur bawa uang pinjaman, perekrutan perawat baru dari Indonesia yang terhambat, dan citra masyarakat Indonesia di mata pemerintahan Kuwait tercoreng akibat ulah segelintir warganya yang melanggar hokum.

    Terus langkah apa yang akan dilakukan rekan-rekan perawat sekarang? INNAK, organisasi perawat Indonesia di Kuwait yang sudah menjadi cabang PPNI, telah membentuk tim Verifikasi, tim ini terdiri dari anggota INNAK dari bidang hukum, pihak KBRI Kuwait bidang pensosbud, dibantu oleh PJTKI danPPNI yang punya akses ke Depkes, Deplu serta ke Kedutaan Kuwait. Melihat itikad baik, keseriusan dan keikhlasan teman-teman, dukungan dari sana sini dan prosedur yang sudah terbayang jelas, kami mempunyai harapan baru dan sikap optimis masalah ini bisa terselesaikan.

    Hasil akhir dari pertemuan perawat di KBRI tanggal 29 juni menyimpulkan pihak INNAK melayani pengurusan verifikasi ijazah secara kolektif. Bagi yang berminat untuk mengurus kolektif bisa kontak kesaya atau pengurus INNAK. Mudah-mudahan Allah memberikan kemudahan atas usaha kita semua, insha allah dimana ada kemauan pasti banyak jalan, tapi kalau tidak ada kemauan biasanya banyak alasan.

    Labels:


    Baca Selengkapnya...
     
    posted by inna-k at 5:30 PM | 0 comments ShareThis
    Tuesday, July 1, 2008
    Alhamdulillahi Rabbil alamin..pertemuan dan diskusi untuk mencari solusi permasalahan verifikasi yang di adakan pada tanggal 29 juni kemarin berjalan lancar.yang di hadiri oleh Anggota-anggota INNA-K dari berbagai region dan sebagai nara sumber hadir dr pihak KBRI,dr team verifikasi pak Sulih Hamdani,Eko Priyanto dan juga pengurus-pengurus INNA-K tak ketinggalan ketua INNA-K,serta ibu Yuli dr PT. RIM.
    Pertemuan ini di mulai jam 5 waktu Kuwait,peserta begitu antusias menyimak bahasan demi bahasan dari nara sumber.terlihat dr banyaknya pertanyaan,tanggapan dan saran-saran dari teman-teman yang hadir.
    Adapun kesimpulan akhir yang di sepakati bersama adalah:
    • Untuk perawat angkatan thn 2001 dan seterusnya di anjurkan untuk mengurus ulang higher Education,sehubungan dengan yang mayoritas bermasalah adalah angkatan tahun 2001 hingga sekarang dan untuk angkatan thn 2001 sebelumnya jika sekiranya meragukan masalah higher educationnya bisa ikut serta dalam pengurusan ini.
    • Demi kelancaran proses verifikasi ini semua perawat yang berminta bergabung secara kollektif yang di lakukan oleh INNA-K agar mengisi form yang akan di bagikan oleh koordinator region masing-masing. (INNA-K akan segera mengirim form masing2 region) dan mengumpulkan dalam batas waktu yang telah di tentukan oleh INNA-K sesuai dengan kesepakatan bersama)
    • Sehubungan dengan proses verifikasi yang berbelit belit dan memakan waktu yang lama serta melibatkan beberapa instansi,maka dr pihak INNA-K dan segenap perawat indonesia di kuwait sepakat untuk memungut biaya proses verifikasi sebanyak KD 20 per orang,yang akan di gunakan untuk:Pada semua pihak, INNA-K meminta dukungan dan kerja sama anda semua demi kelancaran proses verifikasi kita semua.bila ada saran,pertanyaan dan tanggapan untuk lebih jelasnya hubungi team verifikasi atau koorditaor region masing-masing atau bisa menulis di blog kita ini.
    Biaya transfortasi bagi yg di tunjuk ole INNA-K yang khusus untuk mengurus verifikasi di indonesia(lebih dr 1 orang)
    • Biaya kelancaran di Instansi2 yang terlibat spt.DEPLU,PUSDIKNAKES,EMBASS Kuwait di Indonesia

    Labels:


    Baca Selengkapnya...
     
    posted by inna-k at 12:54 AM | 1 comments ShareThis



    WWW.SMART-PIN-KUWAIT.BEC.BNI

    Contact Us at email : admin@inna-k.org or Call: +96560739733