Tuesday, February 4, 2014
Hari Kanker Sedunia
Jakarta, Bukan rahasia lagi jika kanker menjadi salah satu penyebab kematian terbesar tak hanya di Indonesia tapi juga di dunia. Prediksi WHO berdasar penelitian 2005, kelak di tahun 2030, jumlah kematian akibat kanker menjadi tiga kali lipat yaitu 17 juta kasus, jumlah kasus baru menjadi 27 juta dari angka awal yaitu 11 juta. Kemudian, jumlah survivor meningkat dari 25 juta menjadi 75 juta orang.
"Kanker itu seperti gunung es, kasus yang muncul di permukaan sedikit padahal di bawahnya banyak sekali masalah yang belum tersentuh. Maka dari itu, harus ada pencegahan kanker yang memiliki pijakan berupa registrasi," tutur dr Drajat R Suardi, SpB(K) Onk dari Perhimpunan Onkologi Indonesia (POI).
Menurutnya, pijakan pencegahan kanker harus dimulai dengan registrasi kanker meskipun diutarakan dr Drajat saat ini masih dilakukan Hospital Based dan belum menyentuh masyarakat. Tapi kini, Kemenkes juga sudah mulai melangkah ke ranah Community Based Medication.
Hal itu disampaikan dr Drajat dalam temu media 'Kanker dan Upaya Pengendaliannya' di kantor Kemenkes, Jl. HR Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan, Selasa (4/2/2014).
Untuk mencegah kanker khususnya di negara berkembang diturutkan dr Drajat masih ada kendala berupa dilema antara lain sumber daya manusia yang terbatas, pengetahuan masyarakat mengenai kanker masih timpang, jumlah penyakit akibat infeksi masih tinggi, dan wilayah jangkauan yang masih luas.
"Maka diperlukan strategi misalnya seperti beberapa waktu lalu saya blusukan ke Sorong, di sana nggak ada patolog. Maka, kita dorong dinas setempat untuk mendidik dua ahli laboratorium sehingga nanti bisa dilakukan pengecekan darah di sana," jelas dr Drajat.
Hal ini menurut dr Drajat perlu dilakukan karena untuk melakukan pencegahan kanker diperlukan diagnosa patologi. Tak hanya itu, kerja sama dari instansi terkait juga dibutuhkan, terutama dari pihak Kementerian Kesehatan yang disebut dr Drajat berperan sebagai director.
Hal ini diamini Direktur Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kemenkes RI Dr Ekowati Rahajeng, SKM, M.Kes yang juga hadir dalam kesempatan tersebut. Eko mengatakan Kemenkes tidak hanya bermitra dengan organisasi profesi saja tapi juga dengan para survivor kanker.
"Survivor bisa jadi seorang juru bicara yang jelas dalam artian mereka bisa jadi contoh nyata bahwa meskipun terkena kanker, kalo bisa tetap menjalani pengobatan dengan baik maka kanker bisa disembuhkan. Begitu pula dengan pentingnya deteksi dini," tutur Eko.
Sumber : DetikHealth.Com
Jakarta, Bukan rahasia lagi jika kanker menjadi salah satu penyebab kematian terbesar tak hanya di Indonesia tapi juga di dunia. Prediksi WHO berdasar penelitian 2005, kelak di tahun 2030, jumlah kematian akibat kanker menjadi tiga kali lipat yaitu 17 juta kasus, jumlah kasus baru menjadi 27 juta dari angka awal yaitu 11 juta. Kemudian, jumlah survivor meningkat dari 25 juta menjadi 75 juta orang.
"Kanker itu seperti gunung es, kasus yang muncul di permukaan sedikit padahal di bawahnya banyak sekali masalah yang belum tersentuh. Maka dari itu, harus ada pencegahan kanker yang memiliki pijakan berupa registrasi," tutur dr Drajat R Suardi, SpB(K) Onk dari Perhimpunan Onkologi Indonesia (POI).
Menurutnya, pijakan pencegahan kanker harus dimulai dengan registrasi kanker meskipun diutarakan dr Drajat saat ini masih dilakukan Hospital Based dan belum menyentuh masyarakat. Tapi kini, Kemenkes juga sudah mulai melangkah ke ranah Community Based Medication.
Hal itu disampaikan dr Drajat dalam temu media 'Kanker dan Upaya Pengendaliannya' di kantor Kemenkes, Jl. HR Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan, Selasa (4/2/2014).
Untuk mencegah kanker khususnya di negara berkembang diturutkan dr Drajat masih ada kendala berupa dilema antara lain sumber daya manusia yang terbatas, pengetahuan masyarakat mengenai kanker masih timpang, jumlah penyakit akibat infeksi masih tinggi, dan wilayah jangkauan yang masih luas.
"Maka diperlukan strategi misalnya seperti beberapa waktu lalu saya blusukan ke Sorong, di sana nggak ada patolog. Maka, kita dorong dinas setempat untuk mendidik dua ahli laboratorium sehingga nanti bisa dilakukan pengecekan darah di sana," jelas dr Drajat.
Hal ini menurut dr Drajat perlu dilakukan karena untuk melakukan pencegahan kanker diperlukan diagnosa patologi. Tak hanya itu, kerja sama dari instansi terkait juga dibutuhkan, terutama dari pihak Kementerian Kesehatan yang disebut dr Drajat berperan sebagai director.
Hal ini diamini Direktur Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kemenkes RI Dr Ekowati Rahajeng, SKM, M.Kes yang juga hadir dalam kesempatan tersebut. Eko mengatakan Kemenkes tidak hanya bermitra dengan organisasi profesi saja tapi juga dengan para survivor kanker.
"Survivor bisa jadi seorang juru bicara yang jelas dalam artian mereka bisa jadi contoh nyata bahwa meskipun terkena kanker, kalo bisa tetap menjalani pengobatan dengan baik maka kanker bisa disembuhkan. Begitu pula dengan pentingnya deteksi dini," tutur Eko.
Sumber : DetikHealth.Com