<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d2107064986175153332\x26blogName\x3dIndonesian+National+Nurses+Associatio...\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLUE\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://inna-k.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttps://inna-k.blogspot.com/\x26vt\x3d-3270315149446403483', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>
Indonesian National Nurses Association in Kuwait (INNA-K)


Sambutan Ketua INNA-K Periode 2012 - 2017
Selamat datang di website Indonesian National Nurses Association in Kuwait (INNA-K).
INNA-K terbentuk pada tanggal 11 Mei 2006 dengan kepengurusan yang tersebar di beberapa region negara Kuwait. Persatuan Perawat Indonesia di Kuwait sebelumnya telah terhimpun dalam satu wadah organisasi yang bernama APIK (Assosiasi Perawat Indonesia di Kuwait) sejak tahun 1994, Berdasarkan musyawarah bersama yang dihadiri oleh kepengurusan organisasi periode 2006 - 2008 dan perwakilan anggota dari masing-masing region, Maka APIK berganti dengan nama INNA-K.

Website ini dibentuk dengan tujuan sebagai media informasi dan komunikasi melalui berbagi informasi dan berkomunikasi sesama Perawat tentang profile Perawat, Keperawatan dan Kesehatan dengan komunitas Keperawatan dan masyarakat luas, baik dalam lingkup Kuwait maupun International. Semoga kunjungan Anda bermanfaat dan dapat mengkomunikasikan informasi yang didapat pada rekan sejawat maupun masyarakat luas nantinya.

Atas nama Ketua Organisasi INNA/PPNI cabang Kuwait periode 2012 - 2017, Saya mengucapkan terima kasih atas kunjungannya. Website ini jauh dari kesempurnaannya, saran dan komentar Anda untuk kesempurnaannya merupakan kontribusi yang berharga bagi kami. Website ini adalah milik kita bersama, untuk itu diharapkan kepada Anda untuk membantu menyebarluaskan website ini kepada rekan sejawat dan masyarakat luas. Selamat bertugas! Semoga menjadi amal ibadah kita semua.

    Hormat Kami,

    Zulkifli Abdullah Usin, SKM
Saturday, August 30, 2008

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Kepada seluruh masayrakat Indonesia di Kuwait

Atas nama Indonesian Nurses Association in Kuwait, kami mengucapkan selamat menjalankan Ibadah Puasa Ramadhan 1429H. Semoga amal Ibadah yang kita jalankan, menghapuskan segala dosa-dosa yang telah kita perbuat. Amiin.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Ketua Inna-k,

Dudih Hidayat, AMd. Kep.

Labels:


Baca Selengkapnya...
 
posted by inna-k at 11:02 AM | 0 comments ShareThis
Thursday, August 28, 2008
MESKI kelihatannya keren, menggunakan kacamata juga lensa kontak kerapkali membuat kita tidak nyaman dan bebas. Kacamata bahkan bisa jadi memperburuk penampilan kita. Sekarang, Anda tak perlu khawatir dengan persoalan ini.

LASIK atau laser in-situ keratomileusis, merupakan jenis prosedur bedah yang menjadi sebuah fenomena jaman ini, karena dapat memperbaiki mata bermasalah seperti rabuh jauh, rabun dekat serta kelainan mata lainnya dalam waktu singkat. Tak heran bila prosedur ini makin diminati karena aman, efektif, cepat sembuh dan rendahnya tingkat kerisihan.

Artikel ini akan memberikan penjelasan mengenai LASIK dan apa saja prinsip dasarnya. Tentunya agar masyarakat tidak lagi ragu dan mengetahui dengan benar apa itu LASIK dan seperti apa prosedurnya.

  • Apakah LASIK itu?

  • LASIK muncul dari pengembangan berbagai teknik bedah refraktif. Intinya, ada 2 tahap proses LASIK. Pertama, membuat bukaan kecil tipis pada kornea dan yang kedua adalah tahap merancang ulang kornea dengan membuang sebuah jaringan di kornea menggunakan laser. Bukaan kornea kemudian ditutup kembali dan direkatkan hingga proses penyembuhan selesai.


    Pengerjaan dasar dari menciptakan bukaan LASIK pada kornea diawali pada tahun 1950-an, ketika ditemukannya microkeratome, sebuah pisau metal mekanikal yang digunakan untuk membuka kornea. Selama bertahun-tahun, microkeratome terus disempurnakan hingga kini, proses pembukaan kornea menjadi aman dan nyaman.

    Penemuan teknologi kedua untuk LASIK muncul pada tahun 1980 dimana ditemukan laser ultraviolet yang dapat menggores suatu jaringan secara tepat tanpa merusak jaringan lain di sekitarnya. Dua tahun kemudian, potensi dan fungsi dari laser ini dalam bidang bedah diumumkan.

  • Bagaimana Cara Kerja LASIK?

  • Kornea memegang peranan penting dalam LASIK karena kornea memegang hampir seluruhnya kekuatan pembiasan pada mata, dimana sumber kekuatan mata yang lain datang dari lensa kristal jernih mata yang alami. Oleh karena itu, memodifikasi bentuk kornea juga berarti merubah status pembiasan pada mata. Inilah prinsip dasar dibalik operasi LASIK serta pembedahan refratif lain pada kornea.

    Untuk mengobati rabun jauh (myopia), bagian tengah kornea digepengkan untuk mengurangi kemampuan pembiasan kornea. Untuk mengobati rabun dekat (hyperopia), bagian kornea dipertajam untuk meningkatkan kemampuan pembiasannya. Untuk mengobati kelainan mata seperti pandangan yang tidak jelas (astigmatism), lekukan kornea yang berjarak 90 derajat dari porosnya dibuat sama dan seimbang.


    Sumber : Kompas.com

    Labels:


    Baca Selengkapnya...
     
    posted by inna-k at 4:47 PM | 0 comments ShareThis
    Sunday, August 24, 2008
    Berikut ini adalah kutipan dari hasil bincang-bincang Pengurus INNA-K dengan Saleh Alwani selaku Direktur PT. Binawan Inti Utama pada saat beliau berkunjung ke Kuwait, tepatnya di Hotel Marriott bulan April lalu. Di karenakan ada berbagai kendala teknis maka baru bisa direlease saat ini. Aslinya wawancara ini sangat panjang, namun hanya beberapa hal yang bisa disampaikan secara umum, disesuaikan dengan kebutuhan public. Berikut adalah petikannya:

  • Pertanyaan dari pengurus INNA-K

  • "Pengiriman Perawat sudah berhenti sejak tahun 2004, kemudian datang lagi tahun 2008 dan jumlah lebih sedikit dibandingkan sebelumnya, kemudian Bapak juga dari tahun 2004, baru sekarang kembali datang ke Kuwait. Ada misi apa Pak Saleh datang ke Kuwait?"

  • Jawaban yang disampaikan Direktur PT. Binawan Group

  • Semenjak 2004 memang Pemerintah Kuwait menghentikan sementara permintaan Perawat dari Indonesia karena mereka meningkatkan persyaratannya, Perawat dari Indonesia yang bisa direkrut oleh Ministry Of Health (MOH) Kuwait harus mempunyai kualifikasi sebagai BN (Bachelorious Of Nursing) yang ada RN-nya.

    Nah, itu kesulitan kita untuk bisa mengisi lowongan atau kesempatan kerja di M.O.H karena kita semua tahu bahwa semua Perawat Indonesia belum memiliki sertifikat RN. Kalau BN-nya sudah ada tapi karena harus BN RN itulah menjadi kendala juga tidak bisa mengisi peluang kerja di Kuwait. Begitulah sejak 2004 permintaan persyaratan Pemerintah Kuwait meningkatkan kepada Perawat Indonesia yang berkeinginan dapat bekerja di MOH Kuwait.

    Tetapi Alhamdulillah, pada tahun 2007 karena kita terus melakukan pendekatan kepada MOH Kuwait, akhirnya Pemerintah Kuwait bisa menurunkan kualifikasinya sehingga bisa menerima juga Perawat lulusan D3. Pada waktu itu mereka meminta 80 orang Perawat D3 dan S1 dari Indonesia untuk kebutuhan sepesialisasi ambulance nurse emergency, Saya tentunya sangat bersemangat sekali untuk memenuhi permintaan itu dengan sebaik-baiknya dan pada waktu dilakukan tes oleh Delegasi Kementerian Kesehatan Kuwait di Indonesia yaitu di Jakarta di Kampus Binawan.

    Waktu itu test bisa meluluskan 82 orang dari permintaan 80 yang mereka minta, sayangnya waktu itu Perawat spesialis emergency ambulance yang bisa diikutkan dalam seleksi itu hanya sekitar 120 orang dan 80 orang memenuhi persyaratan dan lulus tetapi setelah diseleksi lagi di Ministry of Health di Kuwait hanya 41 orang yang dinyatakan diterima dan dari jumlah itu setelah dihubungi yang bisa berangkat hanya 33 orang. Sebagian karena unfit medical Checkup-nya, sebagian lagi karena resign karena sudah berangkat mengambil S2 di Manila dan sebagainya.

    Sehingga ini bagi saya merupakan satu terobosan baru lagi 33 orang bisa masuk kerja di Kuwait setelah sekian lama terhenti. Itulah misi saya ke Kuwait untuk melakukan lobi dan Approach pada MOH Kuwait khususnya sehubungan dengan sudah mendaratnya 33 orang perawat. Dan Alhamdulillah dalam kesempatan pertemuan dengan MOH Kuwait, mereka menyatakan ingin melakukan rekrutmen lagi sebanyak 300 orang Perawat Indonesia. Artinya dibuka kembali kesempatan kerja Perawat Indonesia di Kuwait dengan persyaratan kualifikasi D3 dan S1 seperti sebelumnya.

    Nah itu hasil kunjungan saya ke Kuwait yang saya kira bermanfaat bagi Perawat kita sehubungan dengan terbukanya kembali peluang kesempatan kerja di Timur Tengah, Dimana selama ini banyak Perawat kita yang hanya bisa masuk ke Saudi Arabia yang sayangnya hanya menerima Perawat perempuan sehingga Perawat laki-laki tidak mempunyai kesempatan kerja di Timur Tengah.

    Kali ini MOH Kuwait menegaskan dengan jelas bahwa dari 300 orang mereka mengutamakan laki-laki, sehingga yang akan diluluskan lebih banyak Perawat laki-laki dari pada perempuan. Perawat perempuan akan mereka ambil hanya untuk bagian Maternity, kemudian untuk ICU bayi dan NICU. Sedangkan Kalau PICU masih boleh laki-laki. Selebihnya mereka lebih mengutamakan Perawat laki-laki. Inilah kesempatan bagi Perawat laki-laki untuk bisa berkiprah di Negara Kuwait.

  • Pertanyaan dari pengurus INNA-K

  • "Kabarnya S1 yang ikut dalam rombongan ini tidak diterima S1 nya, benarkah demikian?"

  • Jawaban yang disampaikan Direktur PT. Binawan Group

  • Bukan tidak diterima, Itu keliru. Tetapi dikarenakan proses administrative pengakuan terhadap ijazah Keperawatan di Indonesia yang untuk D3 belum selesai sampai sekarang ini, Maka mereka mengatakan untuk yang S1 akan dilakukan verifikasi setelah yang D3 selesai. Jadi perawat S1 yang kemarin ikut rombongan emergency ambulance, yang S1 nya itu kepada saya dengan jelas mereka katakan biarlah mereka didaftarkan dulu untuk D3 kemudian baru diurus lagi verifikasi untuk S1 nya.

    Jadi bukan ditolak, tetapi strategi mereka begitu untuk menghindari verifikasi dari Ministry Of Higher Education (MOHE). Sebenarnya MOH tidak mempermasalahkan hanya MOHE yang mempermasalahkan ijazah Perawat-perawat Indonesia. Nah untuk menghindari keruwetan atau problem yang akan dihadapi dari Higher Education, MOH mengambil strategi didaftarkan dulu sebagai D3 dan nanti setelah kita mengurus verifikasi ijazah S1 baru diambil persamaannya.

  • Pertanyaan dari pengurus INNA-K

  • Dulu tersebar isu bahwa perekrutan yang ke Kuwait itu tidak akan dilakukan sebelum verifikasi selesai, apakah dengan hal ini sudah terjawab?

  • Jawaban yang disampaikan Direktur PT. Binawan Group

  • Mungkin, saya tidak tahu bagaimana sikap MOH demikian. Tetapi waktu meeting saya dengan Wakil Menteri Kesehatan kemarin, Mereka mengatakan rekrutmen tetap berjalan akan tetapi minta tolong supaya verifikasi tetap diclearkan sebagaimana mestinya


    Demikianlah ringkasan perbincangan Pengurus INNA-K dengan Saleh Alwani selaku Direktur PT. Binawan Inti Utama yang semoga dapat bermanfaat dan dimengerti hikmahnya, baik bagi rekan Perawat yang telah berada di Kuwait maupun yang masih berada di Indonesia.

    Labels:


    Baca Selengkapnya...
     
    posted by inna-k at 4:58 PM | 0 comments ShareThis
    Thursday, August 21, 2008
    Yogyakarta - Dosen adalah pembimbing utama mahasiswa dalam meraih ilmu. Namun dengan pembelajaran berbasis Teknologi Informasi (TI) atau e-learning di perguruan tinggi, mereka diharapkan tidak pongah alias sombong dengan kedudukannya itu.

    Menurut dekan Fakultas Kedokteran (FK) UGM, Prof. Dr. Hardyanto Soebono, adanya TI membuat para dosen tidak boleh jumawa sebagai satu-satunya sumber menuntut ilmu pengetahuan. Pasalnya, mahasiswa bisa memperoleh sebagian ilmu dengan seketika melalui internet.

    "Sumber informasi itu tiap hari ada di internet. Dosen juga tidak boleh ketinggalan (mengikutinya-red)," tutur Hardyanto dalam jumpa pers kompetisi download jurnal kesehatan di gedung FK UGM, Kamis (21/8).

    Dalam rangka penerapan e-learning pula, FK UGM membangun fasilitas dan prasarana TI yang dibutuhkan. Misalnya dengan semakin banyaknya mahasiswa yang punya laptop sendiri, fasilitas hotspot pun digeber di sudut sudut kampus.

    Antusiasme Mahasiswa

    Disinggung mengenai antusiasme mahasiswa dalam memanfaatkan TI di kampus, sang dekan percaya penuh bahwa mahasiswa sudah memakainya dengan optimal. Pasalnya, memang hal itu sudah menjadi tuntutan dalam perkuliahan.

    Akan tetapi lain halnya dengan para dosen. Memang, dosen-dosen muda pada khususnya sebagian besar sudah siap menerapkan e-learning. Namun sebagian dosen yang berusia lanjut diakui masih gagap menerapkan TI.

    "Sebagian dosen yang sudah sepuh memang agak sulit menerapkan TI. Yah mau bagaimana lagi, tunggu mereka pensiun saja," ujar sang dekan berseloroh.
    ( fyk / wsh ).

    Sumber : detikinet.

    Labels:


    Baca Selengkapnya...
     
    posted by inna-k at 3:35 PM | 0 comments ShareThis
    Tuesday, August 19, 2008
    Kedutaan Besar Republik Indonesia di Kuwait (KBRI-Kuwait) memperingati hari kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 agustus 2008 dengan memusatkan kegiatan di Marina Hotel Center Theatre, yang terletak di Salmiya sebagai pusat keramain kota sebelah Timur Kuwait City dekat dengan pinggiran pantai.

    Acara tersebut dihadiri oleh masyarakat Indonesia dan banyak tamu undangan dari berbagai Negara. Kegiatan ini dimulai pada pukul 20.00 waktu setempat sampai dengan 22.00 diisi dengan berbagai kegiatan yang menarik dan menghibur.

    Kemeriahan ini dimulai dengan pemotongan kue oleh Bapak Duta Besar RI untuk Kuwait Bahrain Prof. Faisal Ismail, kemudian dilanjutkan dengan makan malam dan dilanjutkan dengan acara hiburan yang berupa pertunjukan aneka ragam kebudayaan masyarakat Indonesia. Diantaranya berupa peragaan baju-baju tradisional khas daerah–daerah di Indonesia serta diselingi dengan tarian dari berbagai propinsi di Indonesia.

    "Hal ini tidak lain adalah untuk lebih mengenalkan aneka kekayaan dan kebudayaan Indonesia kepada para tamu undangan dari berbagai Negara serta upaya mendukung program pemerintah dalam meningkatkan info dan pelayanan kepariwisataan sehingga mereka tertarik untuk tour ke Negara kita”, kata panitia yang tidak mau disebutkan namanya.


    Salah satu tarian yang menjadi perhatian pengunjung adalah tarian tradisional dari Sumatra Barat, terkesan sangat menarik. Bahkan sebagian undangan dari berbagai negara meminta untuk di foto bersama dengan para penari dan pragawati berbagai baju daerah.

    Selanjutnya acara pun ditutup tepat pada pukul 22.00 WK dengan diakhiri oleh ramah tamah kepada Bapak Dubes dan seluruh Staff Embassy sebelum para tamu undangan satu persatu meninggalkan tempat acara dengan berbagai kesan yang berbeda-beda.

    Labels:


    Baca Selengkapnya...
     
    posted by inna-k at 3:57 PM | 0 comments ShareThis
    Pada tanggal 24 Juli 2008 yang lalu, Eko Priyanto selaku anggota Tim Verifikasi berangkat ke Indonesia untuk menjalankan proses penyelesaian verifikasi Ijazah. Sebenarnya sebelum Eko Priyanto melangkah ke DepKes RI, Pengurus INNA-K lainnya yang juga terlibat sebagai Tim Verifikasi Ijazah INNA-K (Supriyanto Suhadi Pawiro) sudah melakukan langkah awal di Indonesia.

    Supriyanto Suhadi Pawiro kebetulan sedang berada di tanah air mengisi liburan tahunan bersama keluarganya, Beliau mengupayakan mencari contact person yang akan dihubungi di DEPKES guna mempermudah dan mempelancar langkah Verifikasi ijazah selesai. Walhasil informasi yang didapatkan adalah bahwa pengurusan verifikasi Ijazah dilakukan di PUSPRONAKES (Pusat Pemberdayaan Profesi dan Tenaga Kesehatan), informasi ini didapatkan setelah kunjungan ke PUSDIKNAKES yang disampaikan oleh Bpk. Herman.

  • Proses Pencapaian Penyelesaian Tim Verifikasi

  • Sebelum penguraian lebih lanjut, atas nama Ketua dan segenap pengurus INNA-K 2008 khususnya Tim Verifikasi mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu selama Eko Priyanto selaku utusan pengurusan permasalahan verifikasi Ijazah di Jakarta. Terutama kepada Samsul Arifin selaku petugas Badan Hubungan Luar Negeri (BHLN) dari PKS, Lutfi Hasan Ishak, Lc, MA. selaku anggota DPR dari Fraksi PKS, Rantala dan Haekal selaku petugas Administarsi BHLN dimana telah memberikan pandangan dan langkah-langkah yang akan ditempuh apabila mendapatkan kendala di DEPKES Pusat Jakarta.

    PUSPRONAKES melalui Ibu Herawanti (beliau salah seorang utusan DepKes RI yang pernah datang ke Kuwait pada bulan April 2007 untuk menyelesaikan Verfikasi Ijazah), mengatakan bahwa beliau sudah mendengar adanya rencana perihal pengurusan verifikasi perindividu. Namun demikian beliau sangat simpati dengan langkah yang diambil Tim verifikasi dari INNA-K, untuk itu beliau berusaha sebisa mungkin membantu proses penyelesaian verifikasi tersebut. Maka, melalui rekomendasi beliau Tim verifikasi mencoba menghubungi Dr. Iman H. Dachlan (Direktur Puspronakes) via telpon dan diminta menemui staffnya Ibu Dorce, selaku pelaksana pembuatan verifikasi.

    Permasalahan verifikasi disampaikan secara detail kronologisnya, berikut adanya dua versi verifikasi yang ada. Pada akhirnya pihak PUSPRONAKES memutuskan untuk memilih dan membuatkan format verifikasi Ijazah yang diajukan oleh INNA-K setelah dikoreksi oleh Dr. Iman H. Dachlan. MHA, dengan beberapa perubahan yang disesuaikan. Form ini merupakan gabungan dari kedua form verifikasi tersbut. Sebagaimana harapan, form tersebut mampu menjawab pertanyaan Higher Education Kuwait seperti yang pernah ditanyakan oleh KBRI Kuwait ke Higher Education Kuwait (Document, Institusi dan lama pendidikan).

    Pencapaian hasil dari PUSPRONAKES tersebut dilaporkan langsung ke PPNI, yaitu kepada via telpon Prof. Ackhir Yani S. Hamid, M.N., D.N.Sc. selaku Ketua Umum PPNI dan ketemu langsung dengan SEKJEN PPNI Dra. Yunarsih dan Tim Verifikasi di kantor pusat. Hal ini mengingat bahwa telah dibentuknya Tim Verifikasi Ijazah di tingkat PPNI pusat untuk membantu INNA-K dalam penyelesaian masalah yang ada.

    Form Verifikasi yang sudah diterima pihak PUSPRONAKES yang selayaknya siap untuk di lakukan penge-print-an pada hari selanjutnya, ternyata mengalami sedikit perubahan setelah diadakannya rapat oleh Dr. Iman H. Dachlan selaku Direktur Puspronakes. Perubahan tersebut menyangkut kop surat maupun yang berhak bertandatangan di form verifikasi yang disepakati tersebut.

    Tidak sampai disitu saja, untuk kedua kalinya terjadi perubahan kop surat maupun yang berhak bertandatangan di form verifikasi. Hal tersebut setelah diadakannya rapat oleh Ka-BADAN dengan PUDIKNAKES serta PUSPRONAKES menyepakati format dirubah kembali, bahwa kop dan tanda tangan haruslah dari PUSPRONAKES. Alhamdulillah di hari selanjutnya upaya Tim verifikasi membuahkan hasil, verifikasi ditingkat PUSPRONAKES selesai dengan ditandatanganinya form atau lembaran verifikasi oleh Direktur PUSPRONAKES.

    "Perihal penting yang perlu dipahami adalah bahwa Verifikasi Ijazah yang melakukan adalah tetap dari PUSDIKNAKES dan DIKTI kemudian harus dilengkapi dengan Lisence, atas dasar tersebut baru kemudian surat Verifikasi dan Registrasi Profesi dikeluarkan adalah PUSPRONAKES."

    Langkah selanjutnya yang dilakukan Tim Verifikasi adalah membawa surat pengantar dari pihak PUSPRONAKES menuju kantor lembaga DIKTI, hal ini berkaitan dengan adanya 8 orang Perawat anggota INNA-K yang terdaftar di Tim Verifikasi INNA-K untuk meminta surat keterangan bahwa nama 8 orang yang Ijazahnya dikeluarkan oleh Institusi dibawah ijin dari DIKTI terdaftar dan sah di departemen tersebut.

    Informasi yang didapat dari pihak DIKTI melalui Ibu Ati Sugiati salah satu staff di DIKTI, bahwa sebenarnya pihak Institusi tempat perkuliahanlah yang berwenang memberikan keterangan sah atau tidaknya Ijazah tersebu, jika lembaga pendidikan tersebut swasta maka legalisasi ijazah lebih kuat dikeluarkan oleh kopertis. Jika lembaga pendidikan tersebut dibawah pemerintah atau negeri cukup dari instistusi tersebut. Apabila Institusi tempat perkuliahan sudah mendapatkan ijin dari DIKTI dalam mengadakan program perkuliahan terkait, maka Ijazah yang mereka keluarkan adalah sah.

    Untuk itu setelah di konfirmasi kembali secara langsung oleh pihak DIKTI kepada pihak PUSPRONAKES, disepakati verifikasi terhadap kedelapan tenaga Perawat yang bersangkutan akan dilakukan apabila mereka menyerahkan legalisir ijazah (asli/bukan copy-an) kepada pihak PUSPRONAKES. Sebelum Tim Verifikasi meninggalkan tanah air, berita terakhir yang diterima dari Ibu Dorce (staff PUSPRONAKES) adalah bahwa berkas Verifikasi Ijazah sudah dikirim dan telah diterima di DEPLU (Bpk. Miftah) dan terakhir tanggal 11 Agustus berada di Bpk. Firman atasan Bpk. Miftah.

    Demikianlah laporan dari Tim Verifikasi untuk sementara waktu, selanjutnya pengurusan verifikasi Ijazah akan ditindak lanjuti oleh Suli Hamdani, AMD. Kep. yang akan berangkat ke Indonesia pada tanggal 22 Agustus 2008. Rencananya Abu Ridho (nama panggilan Suli Hamdani) akan melakukan berbagai agenda yang diamanatkan Tim Verifikasi yaitu mengirimkan berkas legalisasi 8 orang perawat ke PUSPRONAKES, hingga berhasil dibuatkan dan dikirimkan ke DEPLU RI, memastikan dikirim ke Embassy Kuwait di Indonesia dan kemudian dari sini melobi dan mengusahakan agar bisa terkirim ke Ministry Foraign Affair Kuwait.

    Kepada seluruh rekan Perawat selaku anggota INNA-K dimohon untuk turut serta mendo’akanya semoga beliau di beri kemudahan dan kelancaran dalam menjalankan tugasnya, sehingga semua permasalahan verifikasi Ijazah dapat terselesaikan dengan baik, Amiien.

    Berikut adalah nama-nama Perawat yang telah berhasil pengurusan verifikasinya di PUSPRONAKES, Download disini : List Verifikasi.


    Tim Verifikasi INNA-K

    Labels:


    Baca Selengkapnya...
     
    posted by inna-k at 12:23 AM | 4 comments ShareThis
    A. Keberadaan Perawat Indonesia Di Kuwait

    Sejak tahun 1993 tenaga Perawat Indonesia mulai berdatangan ke kawasan Timur Tengah, hal ini termasuk mereka yang mendapatkan kesempatan kerja di negara Kuwait. Namun baru pada tahun 2000, sebagai bentuk kerja sama antara Pemerintah Indonesia dan Kementerian Kesehatan Kuwait membuahkan kesepakatan dengan diberangkatkannya kembali tenaga Perawat Indonesia untuk bekerja di rumahsakit dan klinik yang tersebar diseluruh region Kuwait yang tentunya melalui tahapan test baik fisik maupun kemampuan pengetahuan dibidang Keperawatan. Lebih dari 300 tenaga Perawat Indonesia akhirnya pada tahun tersebut resmi bekerja dibawah Kementerian Kesehatan Kuwait.

    Tidak cukup sampai disitu, pengiriman tenaga Perawat melalui program G to G (G : Government) tersebut diikuti dengan pengiriman sejumlah Perawat (280 orang) pada tahun 2001 dengan perantara beberapa agency tenaga kerja seperti PT. Binawan Inti Utama, PT. RIM dan PT. Banu Nusa. Jumlah tenaga Perawat Indonesia yang bekerja di Kuwait terus bertambah seiring kedatangan sekitar total >100 orang tenaga Perawat pada tahun 2003 dan 2004. Alhamdulillah, tenaga kesehatan Indonesia semakin bertambah dengan datangnya rekan-rekan Perawat yang bekerja sebagai tenaga ambulance pada bulan Mei 2008 yang mana mereka saat telah mencapai 32 orang.

    Terus meningkatnya kedatangan tenaga kesehatan Indonesia ini khususnya Perawat, adalah membuktikan bahwa Negara-negara Arab senang dengan pelayanan keperawatan orang Indonesia yang ulet, sabar, ramah, sopan dan yang paling disukai yaitu penurut alias tidak suka membantah.

    B. Kendala Administrasi Perawat Indonesia

    Sebagai tenaga profesional yang bekerja di Pemerintahan Kuwait, kita diwajibkan menjalankan proses Administrasi. Diantaranya yaitu pendataan kembali sertifikat ijazah yang kita miliki, hal ini dalam upaya membuktikan keabsahan atau legalitas sertifikat ijazah tersebut.

    Proses pembuktian keaslian ijazah tersebut dilakukan langsung oleh Dinas Pendidikan Pemerintah Kuwait secara rahasia dengan bekerja sama kepada Pemerintah Indonesia khususnya Departemen Kesehatan dan ditembuskan kebadan-badan terkait lainnya yang dikenal dengan sebutan Verifikasi Ijazah. Proses kerja sama yang diharapkan ternyata berjalan tidak lancar, Pihak Kuwait tidak segera mendapatkan jawaban maupun klarifikasi dari Pemerintah Indonesia. Akhirnya, langkah pemutusan kerja sementara pun dilakukan terhadap >5 orang tenaga Perawat Indonesia. Mereka adalah rekan-rekan Perawat yang didapati memiliki sertifikat Ijazah tidak dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan RI, melainkan langsung dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan RI.

    Setelah melalui beberapa proses yang memakan waktu sekitar 6 bulan, baru kemudian mereka dapat bekerja kembali. Namun hal itu bukan berarti varifikasi Ijazah telah selesai dilaksanakan, Ini terbukti setelah periode kedatangan sejumlah tenaga Perawat pada tahun 2001 dimana mereka harus menandatangani sebuah perjanjian siap menerima keputusan sepihak apabila proses verifikasi Ijazah tidak terselesaikan dalam batas waktu yang mereka tentukan.

    Sebagai wadah profesi Perawat di Kuwait, INNA-K telah mengupayakan berbagai jalan keluar permasalahan untuk membantu proses verifikasi baik dengan bantuan pihak KBRI maupun pihak PT agency tenaga kerja yang memberangkatkan ke Kuwait. Akan tetapi upaya tersebut belum membuahkan hasil, Sehingga dengan tekat dan semangat kepengurusan INNA-K periode 2008 dibentuklah TIM Verifikasi Ijazah yang akan membantu penyelesaian proses verifikasi Ijazah di Indonesia khususnya di Departemen Kesehatan RI.

    Ide dari para pengurus INNA-K baik ketua umum maupun Tim Verifikasi pada khususnya, disambut antusias oleh rekan-rekan Perawat Indonesia terutama mereka yang akan resign dalam waktu dekat ini. Proses pelaksanaan verifikasi tentunya membutuhkan biaya, dengan anggaran yang disetujui dan bisa diterima oleh masing-masing Perawat yang mendaftarkan diri akhirnya salah satu Tim Verifikasi INNA-K (Eko Priyanto) berangkat ke Indonesia pada tanggal 24 Juli 2008 selama 2 minggu disana.

    Labels:


    Baca Selengkapnya...
     
    posted by inna-k at 12:19 AM | 0 comments ShareThis
    Friday, August 15, 2008
    Sehubungan dengan kelangsungan pengurusan verifikasi Ijazah oleh Tim Verifikasi INNA-K yang segera akan berangkat kembali ke Jakarta, maka diharapkan kepada seluruh anggota INNA-K yang telah mendaftarkan diri untuk di kolektifkan pengurusannya agar dapat secepatnya mengumpulkan phas photo (bagi yang belum) ukuran 4x6 sebanyak 2 lembar dengan pakaian bebas rapih, baju berkerah, paling lambat tanggal 20 Agustus 2008.

    Adapun pengumpulan photo tersebut bisa diserahkan langsung kepada Eko Priyanto, telphon : 4887687 atau ke Sekretariat INNA-K 2008 : Al-Eyyes Building 28A - 1st Floor, Flat No.2 Male Nurse Hostel, Reggae - Kuwait.

    Sebagai info terkini dari Tim Verifikasi Ijazah yang baru saja pulang dari Indonesia mengenai tahapan kelangsungan pengurusan varifikasi Ijazah di Indonesia, Insya Allah segera dapat Anda baca di website ini.

    Tim Verifikasi INNA-K

    Labels:


    Baca Selengkapnya...
     
    posted by inna-k at 1:37 PM | 0 comments ShareThis
    Kapan Kau Pulang Abangku Sayang?
    Oleh : dedi_hasan@yahoo.com

    Tak terduga sebelumnya, ternyata tinggal di negara orang bisa bertahan bertahun-tahun lamanya. Hari-hari terus terlewati, musim panas dan dingin juga silih berganti dari tahun ketahun hingga 7 tahun kini telah berlalu sejak aku dan rekan-rekan seperjuanganku menginjakkan kaki di Kuwait.

    Mulai dari mengikuti pelatihan bersama-sama di Indonesia sampai pada waktunya harus menunaikan tugas sebagai tenaga kesehatan yaitu Perawat di Rumah Sakit ataupun pelayanan kesehatan seperti Puskesmas maupun spesialis Poli klinik yang tersebar diwilayah region Kuwait. Semua itu dilakukan dengan satu niat dan tekat untuk memperbaiki atau merubah nasib agar mendapatkan penghidupan yang lebih layak di tanah air nantinya, walaupun harus meninggalkan sanak saudara bahkan anak dan istri tercinta.

    Aneh memang atau mungkin karena kebutuhan hidup yang tidak kunjung tercukupi, bahkan kelihatanya kebutuhan yang cenderung terus meningkat dari waktu ke waktu hingga 7 tahun kulalui saat ini. Itikad untuk pulang itu bukan tidak ada bahkan boleh dibilang sangat menggebu dan besar sekali, hanya masih saja ada halangan dan pertimbangan yang menghalangi dan menguatkan untuk tetap tinggal disini.

    Aku yakin dan peraya, bahwasanya semua teman-teman disini secara naluri ingin segera pulang dan mengakhiri pekerjaan disini apalagi bagi teman-teman yang keluarganya tinggal di indonesia. Keinginan pulang dan menetap ditanah air itu sudah sangat besar, Namun pasca kepulangan itu yang masih menjadi persoalan besar. Apa yang akan kita kerjakan disana apabila sesuatunya belum disiapkan dengan matang.

    Kecintaan terhadap tanah air dan kampung halaman adalah sesuatu yang wajar, naluriah dan sunnatullah. Bukan hanya kita, tetapi semua bangsa dan manusia mempunyai perasaan seperti itu. Bukankah sahabat Rosulullah SAW juga "Bilal bin Rabbah" pernah menyanyikan sebuah syair tentang kecintaanya pada tanah air makkah al mukaromah, sehingga sampai-sampai di tegur oleh Rosulullah SAW supaya berhenti bersenandung karena beliau sendiri merasa tidak kuat untuk mendengarnya, mengiris hati, mengingatkan beliau akan kota makah pada waktu itu. Berikut syair yang dinyanyikan Bilal bin Rabbah :

    Oh angan …………..mungkinkah semalam saja aku dapat tidur
    Disuatu lembah,dan rumput idhkir serta teman disekitarku
    Mungkinkah sehari saja, aku mendtangi mata air mijannah
    Mungkinkah syamah dan thafil


    billal

    Mengapa kita tetap bertahan di Kuwait? Persoalan adalah seperti dikatakan diawal bukan tidak ada keinginan untuk segera pulang, namun pasca kepulangan untuk memulai kehidupan disana yang masih buram dan belum siap terutama secara kerapihan financial dan itu yang menjadi persoalan utama.

    Kepulangan ke tanah air sebetulnya bukan sesuatu yang sulit, bahkan bisa dibilang mudah untuk kita. Hanya dengan menandatangani pernyataan resign (diluar permasalahan verifikasi saat ini), maka dalam waktu tiga bulan kita sudah bisa melenggang meninggalkan Negara ini. Akan tetapi ketika persiapan dan kehidupan disana yang belum direncanakan secara matang sangat boleh jadi beberapa tahun kedepan kita akan kembali lagi kesini atau ke negera lain untuk mencari pekerjaan yang sama, terus apa gunanya kita pulang ketanah air tergesa-gesa kalau diakhirnya harus pergi lagi?.

    Dalam hal ini ada beberapa hal yang setidaknya dapat kita jadikan perencanaan sebelum mengambil keuptusan untuk resign dan menetap di tanah air Indonesia, sehingga kepulangan kita benar-benar berkah bisa berkumpul hidup bersama keluarga selamanya secara makmur dan sejahtera. Bahkan selayaknya kita hanya berduduk santai menikmati hasil jerih payah kita bekerja diluar negeri selama ini. Perencanaan itu antara lain adalah :
    1. Perencanaan yang baik dan matang. Hal ini menyangkut untuk diri kita, istri dan anak serta sanak saudara. Apa yang akan kita lakukan setibanya ditanah air, Akankah kita bekerja lagi bergelut mencari lowongan kerja yang sepertinya masih sulit di Indonesia? Apakah berniat meneruskan karier dengan kuliah lagi? Ataukah menjadi seorang bisnis dengan pengalaman yang belum matang dan tidak menguasai situasi pasar? Jangan sampai ketika tiba disana kebingungan dan tidak tahu apa yang akan kita kerjakan.

      Pemikiran untuk bekerja lagi dengan posisi yang sama seperti dulu sebelum berangkat ke Kuwait sepertinya merupakan suatu kemunduran, Lihat saja teman-teman seangakatan kita dulu di bangku kuliah yang meniti karier di indonesia, Mereka kebanyakan sudah melanjutkan sekolah kejenjang yang lebih tinggi. Rata–rata mereka sudah bertitel Sarjana Keperawatan, banyak yang sudah jadi Dosen dan Pembimbing. Sementara yang berkarier di Rumah Sakit/Praktisi sudah menjadi kepala ruangan bahkan sebagian sudah menduduki Direktur Keperawatan, jadi bagaimana dengan kita yang masih tetap saja denga lulusan D3 nya.

    2. Mempunyai pendapatan tetap yang memadai dari investasi yang ditanam selama bekerja disini. Ini adalah alternative yang mesti atau keharusan, sehingga walaupun tidak bekerja masih ada yang bisa diharapkan untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Banyak hal yang dapat menjanjikan dari investasi yang kita lakukan, misalnya dengan menyediakan kost-kostan, ruko, rumah yang disewakan, minimarket, SPBU jika mungkin. Kesemua itu tentu dengan kapasitas dan jumlah yang memadai dan sebagainya.
    Jadi, sudah siapkah kita untuk ke tanah air dan kampung halaman tercinta dengan membawa senyuman yang lebar, menjadi bos di kampung sendiri…?!

    Seandainya hal-hal tersebut diatas belum tergambar dalam benak kita, alangkah baiknya apabila rencana kepulangan kita dipertimbangkan sebaik-baiknya atau jika perlu diundur dan di reset ulang.

    Adapun bagi teman-teman yang masih mempunyai kepentingan untuk tetap tinggal disini, jangan bersedih apalagi berkecil hati. Banyak kelebihan dan nilai-nilai positif yang bisa didapatkan disini yang sulit didapatkan di Indonesia, misalnya kenyamanan dalam beribadah relative lebih baik, waktu yang tepat untuk mempelajari bahasa arab. Juga tidak kalah penting adalah pengalaman berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain adalah modal yang hebat untuk bekal kita kelak di Indonesia, Selain itu tentu saja pendapatan finance yang sulit didapatkan jka kita bekerja di Indonesia sebagai status dan profesi yang kita sandang sekarang ini.

    Bumi diinjak langit dijunjung, dimanapun kita berada kita masih tetap tinggal di bumi Allah. Jadi ketika istriku nan jauh disana bertanya, "kapan Kau pulang Abangku sayank..??" Aku hanya mampu menjawab Insya Allah sudah dekat, ya sudah dekat…?

    Wallahu'alam bishowab.

    Labels:


    Baca Selengkapnya...
     
    posted by inna-k at 9:35 AM | 1 comments ShareThis
    Sunday, August 10, 2008
    Sebatang rokok saja terkandung 4 ribu jenis bahan kimia bersifat toksik atau berbahaya bagi tubuh. Zat itu memicu kanker paru, otak, dan liver.

    Siapa yang tidak kenal rokok. Dalam sejarahnya, rokok telah diisap warga asli benua Amerika yaitu suku Maya, Aztec, dan Indian sejak 1.000 tahun sebelum Masehi. Kemudian Colombus memperkenalkan rokok ke Inggris dan perdagangan tembakau dimulai sejak tahun 1500-an, terutama tembakau Virginia dan masih eksis hingga detik ini.

    Industri rokok mulai redup sejak 1964, karena Persatuan Dokter Bedah Amerika mengeluarkan pernyataan bahwa rokok mengakibatkan kanker paru. Iklan rokok di televisi mulai haram ditayangkan sejak 1965 di Inggris dan 1970 di Amerika (di Indonesia iklan rokok di TV selalu ada). Peringatan kesehatan di kemasan rokok mulai muncul sejak 1970, dan makin diperkuat dengan peringatan melalui gambar.

    Walaupun mulai meredup, faktanya sebanyak 4 juta orang meninggal akibat rokok dan diperkirakan pada 2020 mendatang, korban meninggal akibat rokok mencapai 10 juta orang. Sayang 70 persen di antara korban berada di negara berkembang. Setidaknya hal itu terungkap dalam seminar bertajuk "Merokok dan Kanker Paru" di Ruang Serba Guna lantai 2, Rumah Sakit Kanker Dharmais, Jalan Let Jen S Parman, Slipi, Jakarta Barat, beberapa waktu lalu.

    Di dunia internasional terdapat 1,26 miliar perokok dan di negara berkembang sekitar 800 juta perokok. Sedangkan Indonesia menduduki peringkat ke lima dengan jumlah perokok terbanyak setelah China, Amerika, Jepang, dan Rusia. "Dalam satu batang rokok terdapat 4 ribu jenis kimia, termasuk 400 jenis toksik atau zat racun dan 40 jenis karsinogen yaitu zat beracun yang menyebabkan kanker," kata Staf Medik Fungsional Rumah Sakit Kanker Dharmais Dr Eddy Soeratman.

    Kanker paru, menurut Dr Eddy, adalah penyakit yang tidak bisa dideteksi sejak dini. Inilah kemudian yang membuat para penderita kanker paru, baru datang ke rumah sakit selalu dengan kanker stadium lanjut atau empat. "Penderita kanker paru baru akan ke dokter ketika muntah darah atau sesak dan merasa sakit ketika bernapas," tambah Eddy.

    Rasa sakit ataupun muntah darah yang dialami oleh penderita kanker paru diakibatkan pembuluh pernapasan di paru-paru terdesak oleh benjolan kanker atau tumor di paru-paru. "Itulah yang kemudian membuat penderita sulit bernapas. Jika terlambat ditindaklanjuti, paru-paru pasien akan tergenang oleh cairan yang dibawa oleh sel kanker dan itu bisa berakibat kematian," ujarnya.

    Ketika sudah parah, kanker paru menjadi penyebab kematian utama dan 85-95 persen berhubungan dengan kebiasaan merokok. Golongan risiko tinggi terkena kanker paru adalah pria dan wanita berusia 40 tahun ke atas, perokok berat dan orang-orang yang berada di lingkungan yang tercemar oleh polutan atau limbah pabrik.

    Jika sel kanker telah menyerang paru, Dr Eddy mengatakan, sel kanker akan mudah menyebar ke tiga bagian utama tubuh, yaitu otak dan liver. "Sel kanker akan terbawa darah dan kelenjar getah bening ke seluruh tubuh, yang paling sering kena itu adalah otak dan liver," tambah dokter yang turun langsung ke sekolah untuk penyuluhan antirokok.

    Selain tiga anggota tubuh utama yang rawan terkena kanker setelah terkena kanker paru, bagian tubuh lainnya yang juga rawan, menurut Dr Eddy, adalah ginjal dan tulang. "Kanker tulang menyebabkan tulang mudah patah bahkan bisa menyebabkan kelumpuhan karena kanker menekan saraf tulang belakang atau mematahkan tulang," tutur Dr Eddy.

    Bagi pasien yang terdeteksi menderita kanker paru, rumah sakit terlebih dahulu akan melakukan empat jenis diagnosis. Pertama, melalui keluhan yang dirasakan pasien, pemeriksaan fisik, rontgen toraks, CT Scan toraks dan patalogi anatomi. "Semakin cepat kanker diketahui, semakin mudah penyebaran sel kanker dicegah," katanya lagi.

    Kesakitan akibat menderita kanker paru, ternyata juga dirasakan oleh Willy. Pria paruh baya itu mengaku terkena kanker paru dan sekarang telah dinyatakan bebas oleh dokter.

    Sumber : Okezone.com

    Labels:


    Baca Selengkapnya...
     
    posted by inna-k at 10:25 AM | 0 comments ShareThis
    Saturday, August 9, 2008
    Oleh : nurvy_kw@yahoo.com

    Tiga tahun fokus pada perawatan Lanjut Usia (Lansia) di Jepang memberikan inspirasi pada saya untuk menuangkannya dalam bentuk tulisan. Dalam tulisan kali ini saya akan memaparkan pengalaman, pengamatan dan pembelajaran yang saya telah dapatkan tentang perawatan lansia dan sistem pengaturannya di Jepang. Saya mengharapkan tulisan ini dapat memberikan wacana bagi semua kalangan pada umumnya terutama bagi profesi kesehatan di Indonesia untuk mulai lebih serius mengolah perawatan Lansia.

  • Pendahuluan

  • Sejak awal November 2004, saya menjalani pelatihan/ magang di Houei Group Nursing Centre Miyakonojo, Miyazaki, Jepang selama sembilan bulan. Saya melanjutkannya dengan mengikuti program pasca sarjana, sekolah Ilmu Kesehatan di Kagoshima University pada jurusan komunitas keperawatan (program master selama dua tahun).

    Houei Group Nursing Center menyediakan perawatan lengkap untuk menunjang Lansia dalam berbagai kondisi yang tujuan akhirnya adalah untuk meningkatkan kualitas hidup Lansia. Selain untuk Lansia dengan gangguan kesehatan, disini disiapkan pula jenis pelayanan untuk Lansia yang masih aktif dan tinggal di masyarakat. Beberapa jenis fasilitas juga dikhususkan untuk Lansia dengan gangguan kognitif seperti demensia. Seluruh fasilitas yang ada dapat dijangkau oleh Lansia dengan jaminan kesehatan yang disebut dengan "Long-Term Care Insurance System".

    Saya fokus pada penanggulangan jatuh dan cedera yang kerap dialami oleh Lansia dengan demensia untuk penelitian program master saya. Untuk menunjang penelitian tersebut saya mengunjungi dan mengumpulkan data dari sembilan pusat perawatan Lansia (Panti Jompo, pusat rehabilitasi dan rumah sakit khusus Lansia) di sekitar Tokyo. Inilah yang membuat saya lebih memahami permasalahan "Aged Society" yang saat ini dihadapi oleh pemerintah Jepang.

  • Populasi Lansia

  • Saat ini jepang berada pada pintu menuju masyarakat dengan jumlah Lansia yang besar (Super Aged Society). Berdasarkan sensus nasional Jepang tahun 2003, jumlah total Lansia saat ini adalah 127.690.000 atau 19% (Japan Statistic Bureau) dari jumlah total penduduk Jepang, sebagai tambahan jumlah total anak usia dibawah 14 tahun adalah 13%. Kondisi ini terbalik jika dibandingkan dengan Indonesia dengan jumlah anak-anaknya yang berada jauh diatas jumlah populasi Lansia. Usia harapan hidup yang dicapai Lansia di Jepang untuk pria adalah 78,32 tahun dan 85,23 tahun untuk wanita (Yoshida, 2003)

    Suatu hari ketika berbelanja di Supermarket di Miyakonojo saya dengan sengaja memperhatikan para pengunjung yang dating. Pada tiap pandangan mata, saya dapatkan sosok Lansia yang sedang berbelanja. Awalnya saya berpikir hari ini adalah hari khusus untuk Lansia, tapi seiring dengan waktu, fenomena seperti ini menjadi pemandangan yang biasa. Dapat kita temukan Lansia dengan mudahnya hampir disetiap fasilitas umum di Jepang, mulai dari pusat perbelanjaan, pameran lukisan, tempat wisata bahkan perpustakaan umum.

    Jepang memang menyediakan fasilitas khusus untuk para Lansia dan orang cacat untuk memudahkan mereka menggunakan fasilitas tersebut, sebagai contoh adalah pada sarana transportasi umum seperti bus dan kereta, dapat kita lihat adanya tempat duduk yang diprioritaskan untuk Lansia dan orang cacat yang digunakan sebagaimana mestinya. Lansia di Jepang dapat beraktifitas layaknya semua orang, mereka tetap bersosialisasi satu sama lain dan terlihat enerjik.

    Nenek saya saat ini berusia 70 tahun, beliau sangat jarang keluar rumah, sebagian besar waktunya dihabiskannya di dalam rumah. Demikian juga kondisi yang dialami oleh sebagian besar Lansia di Indonesia. Aktifitas Lansia lebih banyak dipusatkan pada kegiatan spiritual keagamaan, mereka mengharapkan ketenangan suasana di hari tua mereka. Tentu saja hal ini sangat positif dan perlu untuk dilanjutkan, namun yang ingin saya sampaikan adalah jangan sampai Lansia tidak dapat beraktifitas keluar rumah karena memang tidak disiapkan fasilitas yang dapat membantu mereka.

    Saat ini saya berdiri pada dua kasus yang ada. Terdapat perbedaan latar belakang, budaya, perkembangan sosial ekonomi dan paradigma tentang "age and aging" dari dua negara ini. Jepang adalah negara berkembang yang sudah mengatur dengan baik pelayanan kesehatan untuk Lansia. Indonesia masih jauh tertinggal karena memang saat ini prioritas pelayanan kesehatan Indonesia masih fokus pada pelayanan kesehatan Ibu dan anak juga penyakit infeksi, namun demikian tidaklah salah bila kita melihat jauh ke depan dan belajar dari yang telah dipraktekkan Jepang dalam memgembangkan program pelayanan kesehatan untuk Lansia.

  • System Perawatan Lansia

  • "Long-Term Care Insurance System" yang diluncurkan Departemen Kesehatan, Tenaga Kerja dan Kesejahteraan Jepang pada tahun 2000 adalah jawaban untuk mengatasi masalah peningkatan jumlah Lansia. Memberikan support bagi penduduk dalam menghadapai hari tua adalah salah satu dari tujuan sistem ini (Ministry of Health, Labour and Welfare). Walaupun panjang umur adalah sesuatu yang seharusnya patut untuk disyukuri, namun hal tersebut ternyata diikuti oleh masalah sosial seperti peningkatan jumlah pensiun dan biaya kesehatan. Hal ini tentunya akan meningkatkan beban ekonomi yang harus ditanggung pemerintah. 

    Rumah Jompo (Nursing Home), Layanan harian untuk Lansia (Day Service), pusat rehabilitasi dan Rumah sakit khusus Lansia adalah pelayanan Lansia yang banyak ditemui di Jepang. Rumah Jompo adalah pelayanan untuk Lansia dengan tingkat ketergantungan perawatan yang tinggi (fisik lemah), mereka tinggal di fasilitas tersebut sampai waktu yang tidak ditentukan. Pada umumnya mereka berada di Panti Jompo sampai akhir hidupnya.

    Layanan harian Lansia adalah jenis pelayanan untuk Lansia yang masih aktif dan tinggal di masyarakat. Lansia mendatangi pelayanan ini pada pagi hari dan pulang kembali pada sore hari. Layanan harian yang disediakan adalah perawatan dasar (pengukuran tanda-tanda vital, perawatan diri, eliminasi) dan juga sosialisasi berupa olah raga, permainan, keterampilan dan hiburan. Rumah sakit dan rehabilitasi Lansia adalah jenis pelayanan perawatan akut dengan tingkat ketergantungan medis yang tinggi.

    Fasilitas pelayanan kesehatan untuk Lansia di tunjang oleh tim kesehatan yang bekerja secara professional. Tim kesehatan terdiri dari dokter, perawat, care manager, care worker, physical therapy, occupational therapy, pharmacist dan nutritionist. Tim kesehatan bekerja sama dalam setiap fasilitas untuk memberikan pelayanan kesehatan yang paripurna untuk Lansia.

    Selama lima bulan menjalani training di Panti Jompo (Houbuen Nursing Home), saya berhasil menghafal dengan baik nama, kebiasaan, ruangan dan barang-barang milik pribadi dari semua Lansia (60 orang) yang menetap disana. Hal ini tidaklah mudah, butuh waktu untuk dapat menghafalnya, ini adalah salah satu point penting dalam merawat Lansia dengan gangguan kognitif. Aktifitas Lansia di Nursing home adalah sebuah rutinitas, karena aktifitas yang berulang lebih mudah dipahami oleh Lansia.

  • Penutup

  • Menjadi tua dan lemah adalah siklus hidup yang akan di lalui oleh semua manusia, pada fase ini kondisi fisik dan akal bisa dikatakan kembali seperti anak-anak. Memberikan perawatan untuk Lansia selain harus telaten, sabar dan penuh kasih sayang, hal yang membuat berbeda dengan perawatan lain adalah rasa hormat yang harus kita tunjukkan, karena orang yang kita rawat memiliki pengalaman dan usia yang jauh diatas kita.

    Perawatan Lansia bukanlah hal baru di Indonesia, saat ini dapat kita temui beberapa fasilitas panti jompo yang dikelola oleh Departemen Sosial atau swasta. Kualitas pelayanan, jenis pelayanan dan jangkauan oleh Lansia adalah hal penting yang harus kita tingkatkan, agar tujuan meningkatnya kualitas hidup Lansia (Quality of Live/ QOL) dapat dicapai.

    Penulis : Dwi Nurviyandari Kusuma Wati, Mahasiswa program Community Nursing, School of Health Sciences, Medicine Faculty, Kagoshima University.

    Professor Kobayashi Nami dan Yamamoto Mariko (assistant lecture) sebagai reviewer/resensi.(Berita Iptek Online)

    Labels:


    Baca Selengkapnya...
     
    posted by inna-k at 12:55 PM | 1 comments ShareThis
    Oleh : Aprisah@hotmail.com

    Jakarta - Perjanjian EPA antara Indonesia dan Jepang atau Indonesia Japan Economic Partnership Agreement (IJ-EPA) baru saja ditandatangani setelah melewati masa perdebatan yang alot. MoU yang ditanda tangani pada tanggal 19 Mei 2008 tersebut menyepakati beberapa poin perdebatan yaitu tentang jumlah gaji yang akan dibayarkan kepada para perawat dan pengasuh orang tua jompo serta prosedur penerimaan calon perawat.

    Para perawat yang akan dikirimkan ke Jepang pada bulan Agustus ini dipilih dan diseleksi oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia melalui Pusat Pemberdayaan Profesi dan Tenaga Kesehatan Luar Negeri (puspronakes). Tercatat untuk tahun 2008 akan dikirimkan 200 perawat dan pada tahun selanjutnya akan dikirimkan sebanyak 200 lainnya.

    Untuk memenuhi standar yang diterapkan di Jepang, Indonesia harus memilih setidaknya perawat yang berkualitas dan melalui tes-tes yang akan dilakukan dalam rentang waktu dua bulan. Para perawat yang akan terpilih nantinya merupakan 400 dari perawat terbaik dan berkualitas yang ada di Indonesia yang telah melalui uji seleksi psikotes dan tes-tes lainnya.

    Menelaah perjanjian tersebut pihak Jepang mengharuskan perawat yang dikirimkan memenuhi standar kualitas perawat di sana yaitu minimal telah lulus diploma 3 keperawatan dan mampu serta berkualitas untuk ditempatkan di rumah-rumah sakit di Jepang. Tercatat gaji yang akan dibayarkan untuk para perawat dan pengasuh dari Indonesia adalah sejumlah sekitar 15 juta sampai dengan 17 juta rupiah.

    Benar-benar jumlah yang menggiurkan bila dibandingkan dengan jumlah gaji yang diterima oleh para perawat dan pengasuh di Indonesia yang kurang lebih sekitar 2 juta rupiah. Lalu apa artinya bagi Indonesia?

    Itu berarti bahwa Indonesia akan kehilangan sekitar 400 perawat terbaik bangsa dan 600 pengasuh berkualitas. Ironisnya itu terjadi pada saat negara kita sangat membutuhkan perawat yang handal. Begitu banyak rakyat di negara kita yang memerlukan perawat yang berkualitas. Tak terhitung jumlah penduduk kita yang terkena bermacam penyakit, gizi buruk, flu burung, karena kurangnya pendidikan kesehatan dan kurangnya tenaga kesehatan yang berkualitas di negara ini.

    Lalu haruskah kita mengorbankan sejumlah kekayaan kualitas perawat kita untuk mengabdikan diri pada Negara Jepang yang notabene kaya raya dan sangat maju hanya karena gaji yang ditawarkan lebih tinggi dari standar gaji kita? Lalu apa arti dari kata-kata Wakil Presiden Jusuf Kalla yang menyindir rakyat indonesia bahwa 'untuk operasi kutil saja harus ke Singapura'.

    Sementara pemerintah sendiri berkebijakan mengirim perawat-perawat berkualitas dari bangsa ini ke luar negeri untuk melayani bangsa lain. Bahkan saat ini Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia mencatat lebih kurang 10.000 perawat dan pengasuh terbaik bangsa menjejak karir di negara-negara maju.

    Sangat bijaksana apabila Wapres Jusuf Kalla melihat alasan di balik berbondong-bondongnya masyarakat berobat ke luar negeri. Bahkan rakyat di Pulau Sumatera sekarang lebih memilih berobat ke Penang Malaysia dibandingkan ke Jakarta.

    Tidak dapat disalahkan apabila rakyat yang mampu lebih memilih berobat di negara lain bahkan untuk operasi kutil, karena sangat sering kita membaca di blog-blog, di opini pembaca di surat kabar kita tentang perlakuan buruk tenaga medis kita terhadap para pasien yang bahkan untuk operasi kutil saja rentan risiko kegagalan dan kekecewaan di pihak pasien.

    Lalu haruskah rakyat kita menanggung risiko sebesar itu hanya karena menjunjung rasa nasionalisme? Di mana tanggung jawab pemerintah untuk menjamin penyediaan tenaga medis dan fasilitas medis yang memadai bagi rakyat di negara ini?

    Sungguh sangat bijak apabila pemerintah mengganti perjanjian pengiriman perawat tersebut dengan perjanjian pemberian bea siswa kepada perawat dan tenaga medis kita. Inilah Dilema Tenaga Medis Indonesia untuk memperdalam ilmunya di luar negeri dan kemudian pulang lalu mengabdi bagi bangsa sendiri. Sudah saatnya apabila dana APBN untuk kesehatan lebih ditingkatkan dan diawasi penggunaannya dengan ketat agar tumbuh kepercayaan dari dalam masyarakat kita sendiri.

    Sudah saatnya pula pemerintah memperhatikan kesejahteraan para perawat dan tenaga medis negeri ini. Agar kita tidak lagi ditinggalkan oleh putra putri bangsa yang berkualitas hanya karena apresiasi yang rendah, biaya hidup yang terus melambung, dan kurangnya fasilitas kesehatan di negara sendiri. Harus diakui bahwa faktor gaji yang tinggi dan fasilitas yang memadai menjadi faktor pendorong bagi para perawat dan tenaga medis kita untuk melayani bangsa lain.

    Sumber : Aprisah Banun (suara Pembaca detik.com), Penulis adalah wartawan media asing di Indonesia

    Labels:


    Baca Selengkapnya...
     
    posted by inna-k at 12:15 PM | 0 comments ShareThis
    Friday, August 8, 2008
    Kualitas Perawat Indonesia kini menjadi pembicaraan hangat di Jepang, baik sebelum maupun setelah para Tenaga Medis itu tiba di Negeri Matahari Terbit awal Agustus 2008. Sebelumnya, Ihwal rencana kedatangan Perawat itu disampaikan oleh Atase Perdagangan KBRI Tokyo Tulus Budhianto kepada Antara di Tokyo, Sabtu (26/7). Kedatangan tersebut tidak saja menyangkut tenaga Perawat, tetapi juga Caregivers, yaitu Perawat untuk orang lanjut usia (Lansia).

    Tulus Budhianto yang juga Koordinator EPA Indonesia di Tokyo mengatakan bahwa sebanyak 220 Perawat dan Caregivers diberangkatkan ke Tokyo pada 5 Agustus kemarin. Mereka merupakan gelombang pertama dari seribu tenaga Perawat yang diakui dalam perjanjian EPA antara Indonesia dan Jepang.

    Perjanjian EPA (Economic Partnership Agreement) berlaku efektif 1 Juli 2008, setahun setelah ditandatangani oleh masing-masing kepala pemerintahan di Jakarta Agutus 2007. Memang pengiriman tenaga perawat ke luar negeri, bukanlah pertama kali dilakukan. Sejak 1980-an pemerintah sudah "mengekspor" ribuan Perawat ke luar negeri, terutama ke negara-negara di kawasan teluk, seperti Kuwait, Uni Emirat Arab, bahkan ke Taiwan.

    Sejalan dengan perkembangan global, Indonesia juga mulai merambah ke negara-negara maju, termasuk Jepang. Saat ini perjanjian kerjasama juga terus diupayakan baik dengan Amerika Serikat (AS), maupun negara negara Eropa lainnya.

    Mengirim Perawat tentu saja berbeda dengan mengirimkan tenaga kerja informal, seperti pembantu rumah tangga, ataupun "komoditas" lainnya. Tenaga Perawat dan Caregivers merupakan tenaga kerja yang terdidik, yang di Jepang harus memiliki standar kemampuan profesi yang tinggi. Apalagi pasar kerja Jepang terkenal sangat menuntut ketelitian dan hasil akhir yang sempurna.

    Simak saja undang-undang tenaga kerja dan persyaratan imigrasinya yang mengharuskan pekerja di Jepang dan pekerja asing memiliki keahllian. Berbagai pihak memang menyebutkan Perawat Indonesia banyak disukai dan diminati rumah sakit-rumah sakit di luar negeri, karena mereka rela mengerjakan tugas-tugas yang semestinya menjadi porsi Dokter yang dilaksanakan dengan baik.

    Sekjen Depnakertrans Besar Setyoko dalam perbincangan dengan Antara di Tokyo, beberapa waktu lalu mengemukakan bahwa negara-negara seperti AS dan Eropa menyatakan minatnya merekrut perawat Indonesia.

  • Sejumlah kekhawatiran

  • Kendati demikian, sejumlah kekhawatiran masih membayangi pengiriman tenaga Perawat Indonesia ke Negeri Sakura, terutama dalam masalah bahasa dan kultur sosial masyarakatnya. Masalah sosial yang cukup peka adalah soal kesan orang asing yang tidak begitu bagus di mata sebagian warga Jepang. Pekerja asing dianggap mengambil lahan pekerjaan warga Jepang.

    Soal bahasa tampak lebih krusial, seperti yang terungkap dalam dialog rutin yang diselenggarakan Konsulat Jenderal (Konjen) RI di Osaka bersama warga Indonesia di Jepang awal Juli lalu. Diskusi juga melibatkan kalangan Akademisi Jepang, guna memperoleh perspektif yang lebih luas dalam mengkaji suatu fenomena persoalan yang menyangkut hubungan Indonesia-Jepang.

    Menurut Elsi Dwi Hapsari, mahasiswa program Doktor bidang Keperawatan di Universitas Kobe, sekedar berbahasa Jepang bisa saja dicapai dalam waktu singkat, namun untuk membahas suatu penyakit yang sarat dengan istilah teknis memerlukan waktu yang lebih lama, minimal dua tahun.

    Pandangan Elsi juga diakui oleh "sensei"-nya Profesor Dr. Hiroya Matsuo. Keduanya memandang perlu dilakukannya pemantauan serius terhadap program Perawat Indonesia di Jepang agar bisa berjalan lancar, meski diakui sebagian rumah sakit Jepang mengakui kompetensi Perawat Indonesia.

    Saran melakukan tindakan monitoring nampaknya menjadi penting mengingat hasil sebuah survai yang digelar tim riset dari Asia Center Universitas Kyushu, Fukuoka, Maret lalu, sebagaimana diberitakan harian Asahi Shimbun.

    Riset yang dipimpin Profesor Yoshichika Kawaguchi itu menyebutkan, belum seluruh rumah sakit di Jepang berkenan menerima Perawat asing. Dari 1.600 rumah sakit yang disurvai (522 di antaranya memberikan respon), dan hanya 46 persen saja yang bersedia menerima. Artinya sebagian masih meragukan keahlian Perawat asing.

    Penelitian itu juga menyebutkan rumah sakit Jepang tampaknya "kecapaian" kalau diberikan tugas tambahan memberikan pelatihan sesuai standar Jepang kepada para Perawat asing. Namun yang lainnya, sebanyak 38 persen, justru bersemangat untuk menyediakan fasilitas pelatihan. Menurut Profesor Kawaguchi, masih enggannya sebagian rumah sakit di Jepang, karena kurang lengkapnya informasi mengenai sistem penerimaan itu sendiri.

    "Pemerintah Jepang harus memberikan informasi serinci mungkin dan sesegera mungkin, serta melakukannya secara aktif," kata Kawaguchi lagi. Pelatihan itu penting agar masyarakat Jepang juga mengetahui bahwa tenaga terampil itu sudah berlinsensi Jepang, sesuai standar keahlian Jepang.

    Sebelum menjalankan pekerjaannya, Perawat Indonesia nantinya harus belajar bahasa Jepang selama enam bulan. Setelah itu diharuskan mengikuti ujian nasional untuk mendapatan lisensi Keperawatan. Jika lulus, barulah mereka diperkenankan tinggal dan bekerja di Jepang.

    Perawat Indonesia yang bekerja di Jepang akan mendapat gaji sedikitnya 200.000 yen, atau sekitar Rp17,9 juta per bulan, dan dikontrak untuk tiga tahun. Sementara itu, gaji pengasuh sedikitnya 175.000 yen, atau sekitar Rp 15,6 juta per bulan dan dikontrak empat tahun.

  • Momentum tepat

  • Fenomena masuknya Perawat Indonesia ke Jepang dalam payung perjanjian kerjasama EPA (Economic Partnership Agreement) menurut Dubes RI untuk Jepang Jusuf Anwar merupakan momentum yang tepat.

    Apalagi dalam kondisi Jepang yang sedang mengalami persoalan "aging society", yaitu bertambahnya kelompok masyarakat lanjut usia. "Jepang membutuhkan tenaga kerja asing untuk tetap bisa menjaga agar mesin-mesin industri ekonominya tetap berproduksi," kata Jusuf Anwar.

    Bertambahnya usia harapan hidup di Jepang (rata-rata mencapai 82 tahun, tertinggi di dunia) ternyata tidak dibarengi oleh bertambahnya angkatan produktif. Jumlah angka kelahiran di Jepang justru menurun. Saat ini populasi Jepang sebanyak 127 juta orang, lebih dari 15 persen adalah kelompok lanjut usia.

    Jepang memang mencoba mengatasinya dengan menggenjot produksi robot humanoid (yang berfungsi seperti manusia), namun tetap tidak bisa mengatasi ketergantungannya pada tenaga manusia, khususnya di bidang pelayanan kesehatan. Kekurangan tenaga kesehatan bisa membuat sistem pelayanan kesehatan Jepang lumpuh.

    "Ekonomi yang mandeg, produktifitas yang turun, serta besarnya biaya layanan kesehatan bagi lansia yang harus dikeluarkan pemerintah, membuat Jepang mau tidak mau harus mengubah kebijakan imigrasi dan ketenagakerjaaannya," kata Dubes lagi.

    Bagi Indonesia, banyak hal yang bisa diperoleh dari pengiriman Perawat dan Caregivers ke Jepang. Paling tidak membuat kualitas keperawatan Indonesia semakin diakui secara internasional. Pengaruh lainnya adalah pembenahan dalam masalah kepastian hukum, perlindungan tenaga kerja di luar negeri, dan standar upah yang layak.

    "Pembenahan harus juga menyangkut lembaga-lembaga pendidikan Keperawatan di Tanah Air, yang merupakan mesin pencetak bagi tenaga perawat berkualitas," ujar Dubes.

    Sumber : kompas

    Labels:


    Baca Selengkapnya...
     
    posted by inna-k at 2:05 AM | 3 comments ShareThis



    WWW.SMART-PIN-KUWAIT.BEC.BNI

    Contact Us at email : admin@inna-k.org or Call: +96560739733