<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d2107064986175153332\x26blogName\x3dIndonesian+National+Nurses+Associatio...\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLUE\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://inna-k.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttps://inna-k.blogspot.com/\x26vt\x3d-3270315149446403483', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>
Indonesian National Nurses Association in Kuwait (INNA-K)


Sambutan Ketua INNA-K Periode 2012 - 2017
Selamat datang di website Indonesian National Nurses Association in Kuwait (INNA-K).
INNA-K terbentuk pada tanggal 11 Mei 2006 dengan kepengurusan yang tersebar di beberapa region negara Kuwait. Persatuan Perawat Indonesia di Kuwait sebelumnya telah terhimpun dalam satu wadah organisasi yang bernama APIK (Assosiasi Perawat Indonesia di Kuwait) sejak tahun 1994, Berdasarkan musyawarah bersama yang dihadiri oleh kepengurusan organisasi periode 2006 - 2008 dan perwakilan anggota dari masing-masing region, Maka APIK berganti dengan nama INNA-K.

Website ini dibentuk dengan tujuan sebagai media informasi dan komunikasi melalui berbagi informasi dan berkomunikasi sesama Perawat tentang profile Perawat, Keperawatan dan Kesehatan dengan komunitas Keperawatan dan masyarakat luas, baik dalam lingkup Kuwait maupun International. Semoga kunjungan Anda bermanfaat dan dapat mengkomunikasikan informasi yang didapat pada rekan sejawat maupun masyarakat luas nantinya.

Atas nama Ketua Organisasi INNA/PPNI cabang Kuwait periode 2012 - 2017, Saya mengucapkan terima kasih atas kunjungannya. Website ini jauh dari kesempurnaannya, saran dan komentar Anda untuk kesempurnaannya merupakan kontribusi yang berharga bagi kami. Website ini adalah milik kita bersama, untuk itu diharapkan kepada Anda untuk membantu menyebarluaskan website ini kepada rekan sejawat dan masyarakat luas. Selamat bertugas! Semoga menjadi amal ibadah kita semua.

    Hormat Kami,

    Zulkifli Abdullah Usin, SKM
Thursday, July 30, 2009
Sebenarnya masih banyak hal yang belum terungkap seputar manfaat kacang kedelai. Sejauh ini, bukti-bukti yang telah ditemukan kebanyakan memaparkan sisi-sisi positifnya.

Sebagai contoh, para wanita Jepang yang banyak menyantap makanan berbasis kedelai memiliki risiko yang sangat kecil terhadap kanker payudara: 20 persen saja dibanding wanita asal Amerika Serikat.

Selain itu, review terhadap 18 penelitian yang dilakukan di tahun 2006 dan diterbitkan di Journal of the National Cancer Institute memperlihatkan hubungan yang erat antara asupan kacang kedelai dengan menurunnya risiko terhadap kanker payudara.


Kacang kedelai mengandung isoflavon atau estrogen yang berasal dari tumbuhan, yang oleh sebagian peneliti dianggap bisa menurunkan risiko kanker payudara, karena bisa mengikat reseptor estrogen dalam tubuh menurun.

Kacang kedelai terbukti bisa memberikan perlindungan paling besar pada perempuan yang mengonsumsinya secara teratur sejak sebelum masa pubertas.

Jika Anda berkeinginan memperbanyak asupan kedelai dalam menu sehari-hari, pilihlah tahu, susu kedelai, dan edamame dalam bentuk utuh, ketimbang yang berupa makanan olahan. Selain itu, hindari suplemen mengandung kedelai, karena bisa mengandung isoflavon yang bisa berbahaya bagi kesehatan.

Narasumber: Andrew Weil, MD, pelopor di bidang kesehatan holistik, serta pendiri dan direktur dari Program Pengobatan Integratif di College of Medicine, University of Arizona.



Sumber : Kompas.Com

Labels: ,


Baca Selengkapnya...
 
posted by inna-k at 12:53 AM | 0 comments ShareThis
Saturday, July 25, 2009
Washington : Para ilmuwan meyakini telah menemukan rantai yang hilang dalam evolusi virus yang menyebabkan AIDS. Rantai itu adalah virus yang membunuh simpanse di alam bebas, seperti diungkapkan dalam studi yang dipublikasikan pada jurnal Nature, Kamis (23/7).

Simpanse adalah primata pertama selain manusia yang sakit dalam jumlah signifikan karena virus terkait HIV. Sinpanse termasuk primata paling mendekati manusia dan terancam punah.

Penemuan penyakit yang mematikan simpanse ini bisa membantu pengembangan terapi lebih baik atau vaksin bagi manusia. Virus penyebb AIDS versi kera disebut SIV (simian immunodeficiency virus). Mayoritas kera yang terinfeksi virus itu tidak menunjukkan gejala.

"Jika kita tahu mengapa kera tidak sakit, kita bisa mengaplikasikannya kepada manusia," kata Prof Beatrice Hahn dari Fakultas Kedokteran Universitas Alabama di Birmingham, Amerika Serikat.

Studi sembilan tahun mengenai simpanse di alam bebas di Taman Nasional Gombe di Tanzania mendapati sejumlah simpanse terinfeksi SIV memiliki tingkat kematian 10-16 kali lebih tinggi dari pada simpanse tidak terinfeksi. Hasil otopsi mayat sejumlah simpanse terinfeksi memperlihatkan kadar protein sel darah putih T rendah, seperti level pada manusia dengan AIDS.

Itu kemungkinan paling mendekati jenis virus yang pertama kali menginfeksi manusia. "Dari sudut pandang evolusi dan epidemiologi, data ini menunjukkan rantai yang hilang dalam sejarah pandemi HIV," kata peneliti AIDS Dr Daniel Douck dari Institut Alergi dan Penyakit Infeksi Nasional, dalam e-mail-nya. Dia tidak terlibat dalam studi itu.

Hahn menyatakan, simpanse dan manusia tertular virus itu melalui cara sama dengan monyet yang terinfeksi. yaitu melalui aktivitas seksual.(AP/EVY)

Profile Of Professor Beatrice H. Hahn, M.D


Klik gambar untuk memperjelas


Sumber : BKKBN Original : Yahoo.News

Labels: ,


Baca Selengkapnya...
 
posted by inna-k at 8:34 PM | 0 comments ShareThis
Saturday, July 18, 2009
Jakarta, 'Sekarang ini sudah zaman edan. Dokternya edan, rumah sakitnya edan, farmasinya edan, semuanya edan. Kalau nggak edan, bakal kelaparan'. Begitulah salah satu curhat (curahan hati) seorang dokter senior di acara kumpul alumni dokter UI. Dalam acara temu wicara alumni FKUI, di Salemba, Jakarta, Rabu (15/7/2009), meluncur keprihatinan para dokter senior terhadap perilaku dokter-dokter yang arogan dan hanya mengejar materi.

Irjen Pol (Purn) dr. Hadiman SH, MBA, MSc mengakui, banyak sekali dokter yang mulai lupa sumpah dokter yang pernah diucapkan. Alhasil, dokter-dokter arogan dan miskin sopan santunlah yang akhirnya terlahir. Tak heran jika keluhan pasien pun bermunculan.

Menurutnya, kasus-kasus yang menyudutkan pihak dokter maupun rumah sakit memang sudah tidak aneh lagi. Mulai dari malpraktik, pelayanan yang tidak maksimal, pembodohan pasien, sampai kasus Prita yang dipidanakan gara-gara mengkritik pelayanan sebuah rumah sakit.

Munculnya kasus demikian, kata dr Hadiman, sebenarnya merupakan cermin betapa rendahnya kualitas pelayanan kesehatan di Indonesia. Hal inilah yang menjadi keprihatinan dan tantangan yang harus dihadapi dokter-dokter Indonesia.

"Seorang dokter dikatakan bermutu jika mempunyai empat kriteria yaitu kemampuan teknis profesi, komunikasi, human relation dan kode etik. Jika keempat faktor itu sudah dimiliki, barulah disebut dokter beradab dan berbudaya," ujar dr. Hadiman.

Prof. dr. Djoko Widodo, DTM&H, SpPD, KPTI sebagai ketua Iluni pun berharap sikap dan kualitas dokter-dokter Indonesia lebih ditingkatkan. "Salah satu caranya mungkin kita akan memasukkan pendidikan moral di kurikulum perkuliahan," ujarnya.

Acara yang menjadi ajang curhat dan diskusi seputar kualitas dokter saat ini juga seakan ingin menyadarkan para dokter bahwa profesi yang melekat di balik jas putihnya itu bukan semata-mata mencari keuntungan saja, tapi juga sebagai bentuk ibadah.

"Sekarang ini sudah zaman edan. Dokternya edan, rumah sakitnya edan, farmasinya edan, semuanya edan. Kalau nggak edan, bakal kelaparan," celetuk Hadiman.

Maksud ucapan tersebut, mungkin semua orang saat ini berlomba-lomba mencari kekayaan, kepopuleran dan memanfaatkan posisi yang ada, bukan untuk tujuan kemanusiaan, kasih sayang dan ibadah.

"Saya pernah datang ke rumah pasien pada suatu malam dalam keadaan hujan deras, ternyata pasien tersebut adalah seorang tukang becak. Saya pun tidak menarik bayaran. Tapi bila yang memanggil adalah orang kaya, saya akan kenakan tarifnya 5 kali lipat tarif biasa," ujar dr. Kahar Tjandra, SpPK.

Terkadang pelayanan dokter disesuaikan dengan status pasien, apakah orang kecil, pejabat, ras, dan faktor lainnya. Pelanggaran kode etik dalam skala kecil pun sering dilakukan.

"Ada dokter yang memeriksa pasien sambil merokok, menerima telpon di depan pasien, memeriksa pasien beramai-ramai, atau bahkan mencelakakan pasien dengan alat kedokteran yang tidak mereka pahami, serta pelanggaran lainnya," jelas Hadiman.

Akibatnya hubungan pasien dan dokter pun menjadi tidak harmonis dan mencair, karena segala sesuatunya dikomersialisasikan. Padahal kepercayaan pasienlah yang seharusnya dijaga oleh jasa penyediaan medis.

"Kasus Prita pun sebenarnya tidak perlu terjadi jika para dokternya memiliki empat kriteria tadi. Mungkin sebaiknya pendidikan moral untuk mahasiswa kedokteran memang diperlukan," ujar Hadiman.

Iluni FKUI kata Kahar, ditantang untuk mampu mendorong dokter-dokter untuk terus meningkatkan kebersamaan, kesejawatan dan kesantunan.

"Saya menganjurkan agar tiap alumni mengambil satu anak asuh untuk dididik, karena dengan begitu mereka-mereka yang tidak mampu akan tertolong dan dapat melanjutkan pendidikan kedokterannya," ujar Kahar.

"Kita juga dapat menanamkan nilai-nilai moral, kasih sayang, jujur dan kerja keras untuk bekal mereka bekerja nantinya, sehingga sikap dan kualitas dokter-dokter kita tidak akan memalukan," pungkasnya.


Sumber : detik.com

Labels:


Baca Selengkapnya...
 
posted by inna-k at 12:34 PM | 0 comments ShareThis
Wednesday, July 15, 2009
DURBAN, SOUTH AFRIKA 26 JUNI - 4 JULI 2009

Kongres ICN adalah pertemuan setiap 4 tahun yang diselenggarakan sebagai akhir masa kepengurusan ICN, pertanggung jawaban presiden dan terjadi pemilihan Presiden dan ICN Board Members baru untuk periode berikutnya (2009-2013). Kongres ini dihadiri oleh 90 negara dari 133 negara anggota ICN.

Delegasi Indonesia dihadiri oleh Ketua Umum PPNI, Prof Achir Yani S. Hamid, DNSc sebagai representative, Yupi Supartini, SKp MSc, Sekretaris II PP PPNI (Bidang pendidikan dan latihan, pelayanan dan kesejahteraan) sebagai “technical advisor”dan Arthur Lapian ketua PPNI Propinsi Sulawesi Utara sebagai support person. Sesuai konstitusi ICN sebagai “representative” mempunyai hak suara dan hak bicara, “technical advisor” mempunyai hak bicara tapi tidak punya hak suara, sedangkan “support person” tidak mempunyai hak suara dan hak bicara.

Kegiatan terbagi 2 bagian besar yaitu Council of National Representatives (CNR) Meeting yang merupakan sidang sidang organisasi ( 26 Juni sampai 30 Juni 2009) dan Congress atau pertemuan ilmiah dari 1 Juli sampai 4 Juli 2009.

Pengurus PPNI/INNA (Achir Yani, Yupi Supartini dan Arthur Lapian)

I. CNR REPRESENTATIVE MEETING

Intisari pembahasan dari CNR meeting adalah sebagai perikut:

1. Pembukaan sidang organisasi oleh Presiden ICN, DR Hiroko Minami. Yang disampaikan dalam pembukaan adalah memperkenalkan Board Members, representative dari masing masing negara dan sambutan dari tuan rumah DENOSA (Democratic Nursing Organisation of South Africa), menjelaskan tentang agenda business meeting of CNR termasuk tata tertib CNR meeting.

Pada malam hari dilaksanakan Opening Ceremony dimana setiap negara melakukan Parade dengan berpakaian khas masing masing negara yang tampil berdasarkan alfabet nama negara. Setiap negara diwakili maksimal 3 representatives, dihadiri oleh pejabat setempat yaitu wakil Presiden South Afrika dan Deputy Ministry of Internal Affair South Afrika.


2. Sidang Organisasi (business session) dipimpin oleh Presiden ICN bergantian dengan Chief Executive Director (CEO). Untuk hal hal tertentu dibantu oleh Vice President I,II dan III, sesuai dengan tupoksi (tugas pokok fungsi) mereka.

Sidang organisasi membahas Laporan pertanggungjawaban Presiden, Laporan CEO, Laporan Membership dan Keuangan. Setiap laporan yang disampaikan dimintakan masukan, umpan balik dan saran dari semua anggota ICN, serta menampung permasalahan di masing masing negara sesuai isu yang dibahas dalam sidang. Bagian yang sangat lama dibahas adalah tentang keanggotaan (membership), dimana ICN mengajukan model baru dalam sistem keangggotaan yang merupakan follow up dari usulan negara Canada, sewaktu di Yokohama tahun 2007 yang lalu.

Model ini bertujuan untuk menambah jumlah keanggotaan di ICN disebut dengan Inclusiveness Membership Model (IMM) dimana setiap negara diperbolehkan untuk mengajukan lebih dari 1 asosiasi, tetapi untuk voting (hak suara) tetap 1 negara 1 suara. Pembahasan sidang cukup lama dan alot mengingat pertimbangan akan dampak yang akan terjadi secara internal di negara masing masing. Presiden INNA juga memberikan pendapatnya.

Pada akhirnya setelah voting disepakati bahwa untuk keanggotaan setiap negara mengupayakan menambah jumlah anggota individual perawat pada asosiasi yang sudah ada dan diakui secara nasional dengan tetap mempunyai 1 hak suara. Ada beberapa pasal dari Konstitusi yang disepakati untuk diamandemen dan beberapa pasal baru yang ditambahkan, baik menyangkut redaksional yang harus diperbaiki dan secara “content” yaitu tentang “membership”.

PPNI/INNA (Indonesia) sedang voting terkait dengan Inclusive Membership Model of ICN

3. ”CNR forum” merupakan forum representative semua negara anggota ICN yang membahas issue penting tertentu. Kali ini ICN mengagendakan 4 isue yang dibahas yaitu: 1. Policy & Politic, 2. Home Based Care, 3. Environmentall Scan dan 4. Primary Health care. Forum I membahas Politic & Policy dan Environmental Scan. Forum II membahas Home Based care dan Primary Health care.

Kami berbagi untuk mengikuti kedua Forum tersebut dan menyampaikan Isue tersebut sesuai kondisi yang ada di Indonesia. Dari 133 negara Indonesia merupakan salah satu negara dari 11 negara yang memasukkan tulisan/materi untuk keempat issues tersebut sebagai “Background Document”.

Saat mendiskusikan secara terbatas dalam close discussion tentang keanggotaan ICN

  • Hal penting yang dibahas pada Forum I adalah pentingnya dukungan Peraturan dan perundang-undangan serta kebijakan untuk memberdayakan peran dan fungsi keperawatan. Untuk itu, amat penting perawat terlibat dalam penetapan kebijakan dan formulasi peraturan dan perundang-undangan dalam posisi perawat sebagai nurse politician di Parlemen, Pejabat politik dan Birokrat di Pemerintahan serta berbagai posisi dan jabatan strategis lainnya. Selain itu kemampuan dan keterampilan kepemimpinan termasuk melobi, menegosiasi dan berkomunikasi tingkat tinggi menjadi prioritas.

  • Di forum II dibahas: Sharing experience tentang Home Based Carre dan Primary Health care dimasing masing negara. Permasalahan dinegara berkembang hampir sama yaitu communicable disease dan kurangnya sumber daya baik tenaga perawat maupun fasilitas, termasuk teknologi serta pentingnya kompetensi perawat dalam melaksanakan Home Based care dengan aspek legal yang kuat dalam praktek.

  • Di forum III dibahas tentang pentingnya perawat melakukan environmental scan untuk memberikan masukan yang bermakna dalam mengkontribusi optimal pada pelayanan kesehatan. Perawat yang dikenal secara dekat dengan kontak terlama dengan masyarakat berada dalam posisi kunci untuk bisa memberikan informasi yang amat berguna untuk menetapkan kebijakan.

  • Di Forum IV dibahas Primary Health Care yang konsepnya telah bergeser yaitu dari penanganan masalah communicable diseases ke masalah penyakit degeneratif, dengan fokus tetap pada prevensi dan promosi walaupun aspek kuratif tidak dapat dikesampingkan karena Issu tentang medical treatmen banyak dikemukakan oleh peserta sebagai suatu kondisi yang dihadapi perawat.

Achir Yani dan Yupi Supartini bersama Delegasi Negara lain ketika akan parade pembukaan kongres/konferensi

Mewakili PPNI/INNA, tiga orang Pengurus PPNI berpakaian khas Betawi, Kebaya dengan songket Palembang dan batik khas Sulawesi Utara. Arthur Lapian, Achir Yani dan Yupi Supartini menunggu saat dipanggil untuk parade di depan 5000 peserta kongres/konferensi, 29 Juni 2009.

4. Pemilihan Presiden ICN dan Board Members. Yang mempunyai hak suara adalah Presiden dari setiap Asosiasi Perawat (satu negara untuk satu suara) dan berdarkan yang hadir ada 88 orang.
  • Pemilihan Presiden: dari 2 calon yang diajukan terpilih Rosemarry Briant dari Australia

  • Pemilihan Board Members untuk 7 area. Negara negara Asia masuk area VII, dari 5 calon diajukan terpilih 3 yaitu dari Jepang, Taiwan dan New Zeland

Pada penutupan sidang (CNR representative), Presiden ICN memberi kesempatan kepada Presiden of Malta Nursing Association untuk mengundang seluruh peserta untuk hadir di Bieneum (pertemuan 2 tahunan) ICN di tahun 2011 dan President of Royal College of Nursing Australian untuk mengundang peserta hadir di Kongres 4 tahun yang akan datang yaitu 2013 yang akan dilaksanakan di Melbourne, Australia. Kedua nya menyajikan video sekilas pandang tentang negara masing masing.

II. Pertemuan Ilmiah (Kongres)

Pertemuan Ilmiah (Kongres) terdiri dari Plenary session, main session, workshop, network meeting dan pameran (exibition) yang disertai presentasi poster. Karena banyaknya pilihan kegiatan kongres dalam waktu bersamaan, maka kami berbagi untuk memilih kegiatan kongres sebagai berikut:

  1. Plenary Session, yaitu tentang Health and Human Rights; Virginia Henderson Lecture; Globalizatuin and Financing Health System; Motivational Plenary

  2. Main sesssion yang diikuti: Faculty capacity development, Industrial action, and Strengthening National Nursing Association

  3. Workshop : Tuberculosis Project Trainers and managers, Positive Practice Environments

  4. Network : ICN socio economic welfare, ICN Disaster Response Network, dan ICN Leadership for Change Program

Pada Kongres ini dari Indonesia, Ketua Umum PPNI menjadi pembicara pada main session dengan topik Post Traumatic Stress: Causes, Prevention and treatment bersama pembicara lain dari South Afrika dan Croatia, serta menjadi moderator pada topik Pandemic Disaster untuk topik Competency –based Health Human Resources Planning for an Influenza Pandemic (Nova Scotia, Canada), Pandemic Planning: The Role of Scholls of Nursing In Disasters (Canada), HIV Prevention Practices Among African American Immigrants: A Pilot Study (South Afrika) dan Medical History and Nutritional Status of Children Diagnosed with HIV/AIDS (USA)

Ketua PP PPN I, Prof. Achir Yani S. Hamid sebagai Invited Speaker di ICN Congress menyajikan tentang Post Traumatic Stress Disorder/Syndrome

Pada closing ceremony, semua Board Members of ICN yang lama maupun yang baru naik ke atas panggung dan terjadi penyerahan kalung Presiden dari DR Hiroko Minami ke Rosemary Briant dan acara dihadiri pejabat setempat yaitu Walikota di South Afrika.

Pada acara penutupan ini Malta President of Nursing Association dan Australian Nursing Association kembali diberi kesempatan untuk naik keatas panggung dan mengundang seluruh peserta untuk pada hadir di Bineum tahun 2011 dan Kongres di tahun 2013 yang akan datang.

Pengurus PPNI/INNA (Achir Yani, Yupi Supartini dan Arthur Lapian) bersama Presiden ICN 2004-2009: DR. Hiroko Minami dari Jepang


Pengurus PPNI/INNA (Achir Yani, Yupi Supartini dan Arthur Lapian) bersama Presiden ICN Terpilih 2009-2013: Rosemary Bryant dari Australia


South Afrika, 4 Juli 2009
Prof Achir Yani S Hamid,DNSc. Ketua Umum PPNI
Yupi Supartini,SKp MSc, Sekretaris II PP PPNI (Bidang Pendidikan dan Latihan; Pelayanan dan Kesejahteraan)



Sumber : PPNI Pusat Jakarta.

Labels: , ,


Baca Selengkapnya...
 
posted by inna-k at 2:48 PM | 0 comments ShareThis
Sunday, July 12, 2009
Di Indonesia sampai tanggal 12 Juli 2009 secara kumulatif kasus positif influenza A H1N1 atau flu babi mencapai 64 orang, terdiri dari 43 orang laki-laki dan 21 orang perempuan.

Tambahan kasus hari ini, sebanyak 12 orang ( 7 orang laki-laki dan 5 orang perempuan ), masing-masing 8 orang dirawat di RS Penyakit Infeksi Sulianti Saroso (RSPI SS) Jakarta, 2 orang di RS Gatot Subroto Jakarta, dan masing-masing 1 orang di RS Sanglah Denpasar, Bali dan RS Hasan Sadikin Bandung.

Ke-12 kasus baru positif influenza A H1N1 tersebut adalah :Ys (P,12 thn), VP (L, 12 thn), SR (L, 14 thn), .Ks (L, 15 thn), SH (P, 7 thn), IB (L, 25 thn), SA (P, 44 thn), dan MS (P, 30 thn) dirawat di RSPISS, Jakarta, Nk (L, 9 thn) dan Kv (L, 8 thn), dirawat di RSPAD Gatot Subroto, Jakarta., Ev (P, 37 thn), dirawat di RSHS, Bandung, dan RL (L, 40 thn), dirawat di RS Sanglah, Denpasar, Bali.

Dari 12 kasus positif tambahan ini, 5 diantaranya mempunyai riwayat perjalanan ke luar negeri ( Malaysia, Singapura, Turki, Jepang dan New Zeland ). Sedangkan berdasarkan kewarganegaraan, dari 12 kasus tambahan : 2 orang, adalah WNA dan 10 orang WN Indonesia.

Hal itu disampaikan Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama, Sp.P., MARS, Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Depkes di Jakarta tanggal 12 Juli 2009 mengenai perkembangan kasus influenza A H1N1 di Indonesia.

Menurut Prof. Tjandra, data menunjukkan bahwa sebagian dari penyakit ini dapat sembuh sendiri. Bahkan 95% kasus di dunia tidak sampai dibawa ke rumah sakit, dengan angka kematian yang juga relative kecil yaitu 0,4%.

Influenza A H1N1 ditularkan melalui kontak langsung dari manusia ke manusia lewat batuk, bersin atau benda-benda yang pernah bersentuhan dengan penderita. Masyarakat dihimbau agar tetap waspada dan senantiasa membiasakan pola hidup bersih dan sehat diantaranya mencuci tangan dengan sabun.

Melaksanakan etika batuk dan bersin yang benar. Apabila sakit dengan gejala Influenza supaya mengenakan masker dan tidak beraktifitas dan pergi ke dokter apabila sakit flunya tidak membaik, ujar Prof. Tjandra.

Dirjen P2PL Depkes menambahkan, untuk mencegah penyebaran flu babi di Indonesia upaya kesiapsiagaan tetap dijalankan yaitu: penguatan Kantor Kesehatan Pelabuhan (thermal scanner dan Health Alert Card wajib diisi); penyiapan RS rujukan; penyiapan logistik; penguatan pelacakan kontak; penguatan surveilans ILI; penguatan laboratorium, komunikasi, edukasi dan informasi dan mengikuti International Health Regulations (IHR).

Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi melalui nomor telepon/faks: 021-52907416-9 dan 52921669, atau alamat e-mail puskom.publik@yahoo.co.id.



Sumber : Depkes RI.go.id

Labels: ,


Baca Selengkapnya...
 
posted by inna-k at 10:52 PM | 0 comments ShareThis
Friday, July 10, 2009
JAKARTA, KOMPAS.com - Anak-anak yang tuli sejak atau setelah lahir maupun pasien dewasa yang dapat bicara tapi tidak bisa menggunakan alat bantu dengar biasa tak perlu pusing lagi cari rumah sakit untuk perbaiki pendengarannya. Saat ini Rumah Sakit DR. Cipto Mangunkusumo (RSCM) sudah dilengkapi dengan fasilitas implamantasi Koklea.

Implantasi koklea adalah prosedur penanaman alat bantu dengar yang dilakukan melalui tindakan operasi pada tulang temporal untuk menggantikan fungsi koklea (rumah siput) sebagai organ pendengaran. Departemen THT (Telingan Hidung dan Tenggorokan) RSCM/FKUI sendiri telah memulai untuk mengembangkan implantasi Koklea (Rumah siput) sejak tahun 2002.

Menurut Dr. Julianto Witjaksono, Direktur Medik Keperawatan RSCM, operasi penanaman implant koklea ini dapat diterapkan pada anak yang tuli sejak atau setelah lahir, maupun pasien dewasa yang telah dapat bicara, tetapi tidak mendapatkan manfaat dengan pemakaian alat bantu dengar biasa. "Namun pelaksanaan operasi pada pasien anak-anak usia 2-3 tahun dapat memberikan hasil yang lebih optimal" ucapnya di Gedung RSCM, Jumat ( 10/7 ).

Tahapan implantasi koklea meliputi seleksi kandidat yaitu penentuan terhadap pasien yang layak dioperasi, pelaksanaan operasi berupa pemasangan alat, perawatan untuk pemulihan kondisi serta rehabilitasi paska operasi.

Implan koklea butuh biaya sebesar 22.000-26.000 dollar AS. Ini belum termasuk biaya perawatan, operasi, obat-obatan dan pemeriksaan. "Harga kisaran 360 juta untuk keseluruhan dari awal operasi hingga jaminan seterusnya" ungkap dia.

Mahalnya biaya operasi tersebut disebabkan belum adanya bantuan dari pemerintah. "Untuk saat ini operasi tidak masuk dalam jamkesmas dan askes, semoga ke depan ada bantuan dari pemerintah," tandasnya.



RDI, Sumber : Kompas.Com

Baca Selengkapnya...
 
posted by inna-k at 2:59 PM | 0 comments ShareThis
Friday, July 3, 2009
Peralatan makan dan minum berbahan melamin sudah menjadi sesuatu yang umum dimiliki oleh setiap rumah tangga. Selain karena sifatnya yang tahan pecah, peralatan makan dan minum berbahan melamin juga memiliki bentuk, warna, dan motif yang sangat beragam.

Bahan melamin selain digunakan untuk peralatan makan dan minum bagi orang dewasa, juga digunakan untuk peralatan makan bagi bayi. Hal ini sangat penting sekali untuk menjadi perhatian kita semua dimanapun berada, berbahaya bagi kesehatan!

Tentunya kita mengetahui bahwa berbagai peralatan makan dan minum berbahan melamin sangat banyak diminati. Selain karena faktor yang kami sebutkan diatas, peralatan tersebut juga terbilang dijual dengan harga yang tidak begitu mahal.

Dari hasil pengawasan yang dilakukan oleh Badan POM, ditemukan 30 peralatan makanan bermelamin yang berbahaya karena terbukti melepaskan zat formalin. Zat ini bila masuk ke dalam tubuh berpotensi menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan, yaitu penyakit kanker.

Untuk itu, ada baiknya kita semua mengetahui produk-produk peralatan makan dan minum seperti piring, mangkok, sendok dan gelas berbahan melamin apa saja yang berbahaya. Silakan klik pada link yang kami sediakan dari situs Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Republik Indonesia ; klik disini --- > Bahan Bermelamin.

Labels: ,


Baca Selengkapnya...
 
posted by inna-k at 12:12 AM | 0 comments ShareThis



WWW.SMART-PIN-KUWAIT.BEC.BNI

Contact Us at email : admin@inna-k.org or Call: +96560739733