<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d2107064986175153332\x26blogName\x3dIndonesian+National+Nurses+Associatio...\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLUE\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://inna-k.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttps://inna-k.blogspot.com/\x26vt\x3d-3270315149446403483', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>
Indonesian National Nurses Association in Kuwait (INNA-K)


Sambutan Ketua INNA-K Periode 2012 - 2017
Selamat datang di website Indonesian National Nurses Association in Kuwait (INNA-K).
INNA-K terbentuk pada tanggal 11 Mei 2006 dengan kepengurusan yang tersebar di beberapa region negara Kuwait. Persatuan Perawat Indonesia di Kuwait sebelumnya telah terhimpun dalam satu wadah organisasi yang bernama APIK (Assosiasi Perawat Indonesia di Kuwait) sejak tahun 1994, Berdasarkan musyawarah bersama yang dihadiri oleh kepengurusan organisasi periode 2006 - 2008 dan perwakilan anggota dari masing-masing region, Maka APIK berganti dengan nama INNA-K.

Website ini dibentuk dengan tujuan sebagai media informasi dan komunikasi melalui berbagi informasi dan berkomunikasi sesama Perawat tentang profile Perawat, Keperawatan dan Kesehatan dengan komunitas Keperawatan dan masyarakat luas, baik dalam lingkup Kuwait maupun International. Semoga kunjungan Anda bermanfaat dan dapat mengkomunikasikan informasi yang didapat pada rekan sejawat maupun masyarakat luas nantinya.

Atas nama Ketua Organisasi INNA/PPNI cabang Kuwait periode 2012 - 2017, Saya mengucapkan terima kasih atas kunjungannya. Website ini jauh dari kesempurnaannya, saran dan komentar Anda untuk kesempurnaannya merupakan kontribusi yang berharga bagi kami. Website ini adalah milik kita bersama, untuk itu diharapkan kepada Anda untuk membantu menyebarluaskan website ini kepada rekan sejawat dan masyarakat luas. Selamat bertugas! Semoga menjadi amal ibadah kita semua.

    Hormat Kami,

    Zulkifli Abdullah Usin, SKM
Wednesday, September 29, 2010
Berikut adalah nama-nama Perawat Indonesia yang datang di Kuwait untuk bergabung sebagai Staff Perawat Ministry Of Health (M.O.H) Kuwait periode September 2010, Beberapa nama yang belum tercantum segera akan disusulkan.


Saat ini rekan-rekan Perawat baru tersebut sedang melaksanakan proses formalitas dan sampai pada tahapan menunggu hasil medical check-up, mari kita doakan bersama agar semuanya dalam keadaan fit dan dapat segera bergabung dengan kita semua yang telah lebih dulu bekerja di rumahsakit maupun clinic sebagai tenaga Perawat dibawah Kementerian Kesehatan Kuwait (PNS Kuwait).

Labels: ,


Baca Selengkapnya...
 
posted by inna-k at 10:40 PM | 0 comments ShareThis
Tuesday, September 28, 2010
Jakarta, Bagi penderita rabun yang tidak ingin menggunakan kacamata, lasik adalah pilihannya. Sayang karena karena masih agak mahal, prosedur ini menjadi kurang populer dan tidak banyak hal yang bisa diketahui.

Lasik merupakan prosedur bedah mikro yang dilakukan untuk memperbaiki kerusakan pada mata. Prosedur ini tidak dilakukan dengan mata pisau, melainkan dengan tembakan sinar laser dengan kekuatan tertentu. Dikutip dari Medindia, Senin (27/9/2010), berikut ini adalah 10 fakta yang patut diketahui tentang lasik:
  1. Operasi lasik pada mata telah dilakukan sejak 1990. Pada tahun 2007 tercatat 17 juta orang pernah menjalani prosedur ini, 8 juta di antaranya berasal dari Amerika.
  2. Nilai pasar bedah refraktif di seluruh dunia diperkirakan mencapai US$ 3 miliar atau sekitar Rp 26,8 triliun. Jenis operasinya meliputi operasi rabun dekat, rabun jauh, astigmatisme dan presbiopi.
  3. Jenis operasi refraktif untuk memperbaiki mata yang paling populer ada 2, yakni LASIK (Laser-Assisted In Situ Keratomileusis) dan LASEK (Laser Assisted Sub-Epithelial Keratomileusis).
  4. Perbedaan utama LASIK dengan LASEK terletak pada jenis lapisan mata yang diperbaiki. Pada LASIK, epithelium dan jaraingan stroma di kornea ditipiskan sementara pada LASEK hanya jaringan epithelium saja.
  5. Perbandingan pasien lasik pria dan wanita hampir merata. Menurut penelitian, 90 persen di antaranya akan menyarankan lasik ke orang lain.
  6. Operasi lasik di kedua mata hanya memakan waktu 10-12 menit. Tembakan sinar laser yang digunakan cukup kuat untuk menipiskan lapisan kornea yang ketebalannya 200 kali lebih tipis dari helaian rambut.
  7. Masalah paling umum setelah menjalani lasik adalah mata kering yang dialami oleh 20 persen pasien lasik.
  8. Untuk hasil terbaik, pilih dokter bedah yang berpengalaman sedikitnya 700 kali mengoperasi dengan lasik. Hindari mandi uap, riasan wajah, olahraga yang terlalu berat dan jangan mengucek mata selama 1 hingga 2 pekan sesudah operasi.
  9. Dalam lasik, akurasi dan ketepatan sangat penting. Jika lapisan mata masih kurang tipis misalnya, akibatnya lasik harus dilakukan lagi. Sementara jika terlalu tipis, bukan tidak mungkin malah harus mengenakan kacamata atau lensa kontak.
  10. Belum pernah ada laporan seseorang menjadi buta karena lasik.



Sumber : DetikHealth.Com

Labels: ,


Baca Selengkapnya...
 
posted by inna-k at 12:36 AM | 0 comments ShareThis
Sunday, September 26, 2010
Tulisan ini bukan pembelaan Perawat, ini hanya respon atas komentar pembaca pada situs ini dan blog saya (masfuri.wordpress.com), tapi ini hanya bangian kecil dari renungan saya sebagai perawat yang bekerja bersama dokter.

Pertama saya katakana bahwa terima kasih anda para Dokter telah memberi masukan atas kinerja para rekan kami perawat, terutama yang bekerja bersama anda. Banyak dari mereka memeng membutuhkan up-grade atas ilmunya, karena mereka bahkan hingga menjelang pensiun mungkin belum pernah mendapatkan pelatihan atau seminar.

Dana dari atas mungkin ada, tetapi peruntukannya mungkin di ‘pelintir’ untuk kepentingan lain oleh oknum-oknum yang tidak mengerti betapa pentingnya perawat bagi sebuah tim kesehatan yang efektif untuk anak bangsa. Feedback anda sangat membantu saya untuk berkaca dan membuat mata saya berkaca-kaca karena sedih, betapa banyak rekan perawat saya belum bisa secara optimal bekerja.

Perawat telah mencoba memperbaiki kompetensinya dengan salah satu caranya adalah meningkatkan level pendidikan. Pendidikan D3 keperawatan hingga S3 diharapkan bisa menjadi partner untuk menyelesaikan masalah pasien yang semakin kompleks dari sudut pandang yang seorang perawat.

Selama ini, banyak sekali ketimpangan antara dokter dengan pendidikan minimal 6 tahun di tingkat universitas, sementara banyak dari kami yang lulus hanya SPK, kemudian D3 Keperawatan. Sehingga wajar bahwa mereka secara pola pikir dan analisis berbeda atau bahkan ketinggalan dengan dokter.

Sayangnya, pertumbuhan jumlah perawat yang baik dan pintar tidak secepat membalikkan telapak tangan. Dengan tingkat analisa dan berpikir kritis yang setara, namun dari sudut pandang yang berbeda, diharapkan akan terjadi harmoni kerja yang lebih baik dalam menentukan tindakan untuk pasien.

Seperti dinegara Eropa dan Australia dimana saya pernah belajar disana, banyak sekali keputusan untuk pasien adalah hasil diskusi bersama antara perawat, dokter dan profesi lain seperti Farmasi dan Fisioterapi. Kami sangat berterima kasih bila demi kepentingan pasien, anda memotivasi rekan kami perawat untuk belajar lebih baik tentang pekerjaan dan tanggung jawab mereka.

Pengalaman diskusi untuk menentukan tindakan/pengobatan pasien selama saya praktek dengan PPDS termasuk chief-nya sering sekali terjadi. Dokter yang akan visite pasien memanggil saya untuk menjelaskan perkembangan pasien selama dia tidak ditempat. Saya jelaskan perkembangan pasienya dengan mendetail (bukan hanya tekanan darah, nadi dan suhu saja seperti banyak perawat lain melakukan).

Kemudian dokter menyampaikan rencananya ke saya, sebelum ditulis ia meminta pendapat kepada saya apakah ada yang tidak setuju, perlu ditambah atau di kurangi? Kemudian saya memberi pendapat sesuai dengan apa yang saya lihat, analisa sesuai dengan patofisiologi dan pengetahuan tentang obat dan pengalaman merawat pasien. Kadang saya langsung setuju, namun tidak jarang saya meminta dokter untuk menambah atau mengurangi atau mengganti atau menunda program untuk pasien dan itu diterima oleh dia.

Bila pun tidak diterima, dokter yang baik ini akan menjelaskan alasan dari sisi profesinya. Setelah itu, program harian pasien di buat secara tertulis untuk dilaksanakan. Bahkan saat ini, di rumah sakit yang telah maju kerjasaman timnya atau di unit tertentu, pemulangan pasien adalah hasil diskusi bersama antar profesi, sebut saja Dokter, Perawat dan atau Fisioterapi.

Disamping dokter pinter dan baik serta berfokus pada kepentingan pasien, ada juga dokter yang hanya merasa pinter tetapi sejujurnya tidak sepintar yang dia rasakan. Dokter yang merasa bisa, bukan dokter yang bisa merasa kelebihan dan kekuranganya. Banyak pengalaman yang saya rasakan dengan tipe dokter seperti ini.

Misalnya, pada suatu hari terjadi henti nafas/jantung pada seorang pasien, disitu terdapat banyak dokter muda, dokter sedang belajar spesialis dan mahasiswa perawat. Semua yang saya lihat pada saat mendengar ada teman saya minta bantuan untuk membantu RJP, mereka hanya bingung. Saya langsung mengambil langkah penyelamatan untuk menolong pasien tersebut.

Ini adalah kali pertama saya akan menolong RJP setelah saya mendapatkan pelatihan BLS, tidak tangung-tanggung, langsung menjadi leader. Selanjutnya saya bergerak untuk mulai melakukan RJP sambil menginstruksikan teman perawat lain untuk mengambil monitor EKG, Oksigen, Suction, Set intubasi, Pasang infus, dll.

Selama itu, mereka hanya menonton, mengelilingi pasien, tidak terlihat intuisinya untuk mulai menolong tim yang sedang pontang-panting mencoba menyelamatkan kehidupan. Hanya satu orang dokter wanita yang terlihat mengerti apa yang harus mereka lakukan. Dokter tersebut bersama teman saya mencoba memberikan obat-obat via infus bersama teman saya (atrophin, epineprin, dll).

Ketika set intubasi datang, saya langsung menentukan ukuran yang tepat untuk pasien, mencoba mengetes cuf-nya baik apa tidak dan meminta salah satu dokter PPDS untuk melakukan intubasi. Ketika ia terlihat ragu, saya coba menjelaskan caranya sebisa saya (saya merasa bisa melakukanya, tetapi saya tetap menghormati dokter yang ada di sebelah saya).

Ketika selang bisa masuk, saya lihat dokter yang mengalungkan stetoskop di lehernya tidak berusaha membantu dokter yang sedang intubasi untuk menentukan letak selang. Saya secara instink langsung mengambil stetoskop yang dijadikan ’dasi’ bersama jas dokter tersebut. Secepatnya saya auskultasi simetrisitas bunyi nafas, dengan sekali instruksi tarik dan masukan sedikit lagi kepada dokter yang intubasi, posisi terbaik bisa di capai saat itu dan kemudian di fiksasi.

Setelah beres dengan urusan airway, saya minta dokter-dokter muda untuk mulai belajar melakukan kompresi jantung luar dengan arahan saya, juga bagaimana memegang Ambu bag yang benar, karena saya lihat perawat disitu sudah kelelahan. Alkhamdulillah, akhirnya nyawa pasien tersebut dengan izin-Nya dapat diselamatkan hari itu.

Kisah lain adalah saat saya berada di rumah sakit rujukan propinsi, kebetulan saya diminta mejadi trainer di rumah sakit tersebut. Pada saat saya lihat seorang pasien yang sedang sesak dengan oksigen nasal kanul terpasang, posisi tidur datar, saya melihat ada sesuatu yang aneh pada keadaan tersebut. Saya mengambil stetoskop dan saya dengarkan suara paru. Ehm, suara mengi (wheezing). Langsung saya tanya pasienya, apakah punya penyakit asthma? Ia mengangguk.

Sebagai pembimbing saya panggil perawat disitu, saya minta mereka mendengarkan suara yang ada di stetoskop dan meminta pendapat mereka tentang apa yang ia dengar dan apa artinya? Mereka teringat dengan rekaman suara CD yang saya perdengarkan sewaktu dikelas. Dengan kurang yakin perawat tersebut megatakan ”mengi, asthma ya pak?”, saya katakan ”betul!”. Dan kemudian saya ajarkan kepada perawat tersebut cara menyampaikan hasil observasinya dengan baik kepada dokter yang merawat agar dia tidak tersinggung dan perawat itu tidak dianggap sok tahu.

Dokter yang sedang asik ngobrol datang tergopoh-gopoh ke pasien sambil mengatakan ”Akh masa, tadi saya auskultasi tidak terdengar apa-apa kok, masa iya asthma?” Saya pindah ke tempat lain untuk observasi perawat lain. Setengah jam kemudian saya balik ke tempat pasien ’Asthma’ tadi. Ternyata sudah tidak ada, saya tanyakan kepada perawat yang merawat pasien tadi, ia katakan sudah pulang karena sesaknya sudah hilang, dengan ekspresi bahagia. Pada matanya tergambar kepuasan dan kebahagiaan, pasien yang sudah 2 jam tidak terdiagnosa akhirnya pulang. Perawat tadi sepertinya ingin mengatakan kepada saya ”Yes!, sekarang aku sudah bisa asukultasi paru.”

Masih banyak cerita-cerita lain, betapa pasien diuntungkan bila perawatnya pinter. Kenapa ada sebagian dokter tidak bahagia dengan perawat yang pinter? Ingat, kami bukan saingan anda, bersainglah dengan sesama profesinya, kalau itu baik bagi anda. Kami tentu juga bukan musuh anda, musuh kami adalah gizi buruk, TBC, diare, cross infection dan lain lain.

Untuk itu kami pasti tidak akan pernah merasa anda para dokter menjadi musuh yang bisa lebih baik jika hanya dijelek-jelekkan. Pernahkan terbayangkan betapa banyak pasien dikorbankan akibat kelalaian sebuah tim kesehatan yang tidak optimal dalam bekerja? Bukankah tujuan dari ilmu kedokteran, kedokteran apapun dan dari manapun itu adalah untuk kebaikan umat manusia?

Banyak sekali kisah perawat tidak pinter, tidak sedikit pula kisah dokter yang hanya sok pinter saja, apalagi dengan banyaknya fakultas kedokteran swasta. Akh, kenapa kita ribut urusan tersebut? Mari kita perbaiki apa yang bisa kita perbaiki, setuju? Siapa yang berbuat baik, sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya akan menjadi saksi atas amalan tersebut, itulah kata Ustadz yang membuat saya berusaha tidak tengok kanan dan kiri dalam berbuat yang terbaik untuk sesama.

Tulisan ini dibuat untuk merespon beberapa tanggapan tentang beberapa tulisan saya di blog ini. Bila mau jujur, pada saat saya bekerja di ruang gawat darurat, berapa banyak pengalaman saya menerima rujukan dengan diagnosa kurang tepat, tindakan/pengobatan yang kurang memberi manfaat dari para dokter yang merujuk.

Anggapan itu tentunya saya katakan setelah mendapat pembenaran dari rekan mereka sesama dokter. Banyak kisah juga di ruang operasi, bagaimana mereka mencari celah agar ”selamat” dari ”miss or near miss” atas tindakan yang dilakukan mereka. Dilain pihak, saat mereka kuliah, berapa harga yang harus ditanggung masyarakat akibat kesalahan atau percobaan para dokter/calon dokter.

Meminjam istilah judul film Holiwood, bisa dikatakan bahwa "I know what you did last summer" Terlepas dari itu semua, yang saya yakini, mereka telah berbuat dengan kemampuan terbaik mereka, jika masih belum benar, saya berprasangka bahwa lain waktu mereka bisa lebih baik. Marilah kekurangan diri kita dan orang lain diperbaiki, bukan dicemooh.


Lihatlah di luar tempurung, wow..., ternyata bulan itu sangat indah!



Salam dari Netherland


Masfuri S.Kp MN




Sumber : Masfuri.wordpress.com

Labels: ,


Baca Selengkapnya...
 
posted by inna-k at 3:25 PM | 0 comments ShareThis
Friday, September 17, 2010
Cebu City, Filipina, Dokter dan suster kadang bercakap-cakap ketika sedang mengoperasi pasien yang tidur tak sadarkan diri. Tapi jika dokter dan suster sampai menertawakan pasien yang dioperasi bisa kena tudingan pelanggaran privasi pasien.

Maka itu dokter dan suster yang melakukan operasi harus memperhatikan perilakunya, jika tidak hal ini bisa menjadi kasus.

Seperti yang terjadi di Filipina, beberapa dokter dan suster di Vicente Sotto Memorial Medical Center (VSMMC) dalam rekaman kamera terlihat sedang menertawakan pasiennya. Hal ini terjadi ketika dokter dan suster melakukan operasi pengangkatan botol parfum dari lubang anus pasien.

Peristiwa ini sebenarnya terjadi pada tahun 2008. Namun kejadian itu terus menjadi pelajaran bagi tenaga medis bagaimana pentingnya menjaga privasi pasien sebagai privasi yang suci.

Gara-gara peristiwa itu, VSMMC mendapat kecaman luas karena tenaga medisnya dianggap tidak menghormati pasien, ketika pasien tidak sadarkan diri saat dioperasi.

Dalam video yang bisa dilihat di situs YouTube ini terlihat bahwa dokter yang terlibat dalam operasi ini terlihat tertawa penuh semangat selama melakukan operasi terhadap pasien bernama Jan-Jan (39 tahun).

Tawa dokter makin keras ketika botol parfum setinggi 10 cm itu berhasil diangkat dari lubang anus. Bahkan dokter yang memegang botol parfum tersebut masih sempat-sempatnya menyemprotkan parfum itu ditangannya.

Dr Emmanuel Gines, selaku jubir VSMMC dan kepala ruang darurat mengakui kejadian tersebut memang ada di rumah sakitnya. Dia telah meminta maaf ke publik atas kejadian tersebut pada April 2008.

Gines berusaha untuk meyakinkan masyarakat bahwa apa yang terjadi pada pasien Jan-Jan adalah yang terakhir kalinya dan tidak akan terjadi lagi. Salah satunya adalah dengan menetapkan kebijakan yang ketat di dalam ruang operasi.

Dia menuturkan sedikitnya terdapat enam dokter termasuk Dr Ariel Arias yang sedang diselidiki. Namun ia tidak bisa menyebutkan dengan pasti berapa jumlah perawat yang masuk dalam proses penyelidikan ini.

Meski kasus ini sudah berlangsung lama seperti dilansir Sun.Star.com, Jumat (17/9/2010), pihak rumah sakit memang dituntut untuk terus menerus menjaga privasi pasiennya.

Para dokter senior mengingatkan dokter seharusnya terikat janji profesinya untuk menghormati privasi dari pasien, dan privasi itu suci.

Dokter atau perawat juga tidak boleh mengumumkan penyakit yang diderita oleh seseorang termasuk penyakit AIDS.

Saat dokter melakukan operasi terhadap pasiennya, dokter muda dan perawat bisa menyaksikannya selama bertujuan untuk pendidikan. Karena seorang dokter membutuhkan pelatihan dalam prakteknya.

Namun tidak semua dokter bisa menyaksikan proses operasi, seperti dokter non-residen dan perawat yang tidak bertugas tidak diizinkan untuk menyaksikan operasi.



Sumber : DetikHealth.Com

Labels: ,


Baca Selengkapnya...
 
posted by inna-k at 5:39 PM | 0 comments ShareThis
Tuesday, September 14, 2010
Tepat pada Hari Raya Idul Fitri ke-2, Sabtu 11 September 2010 pagi hari pukul 05.20 WK sejumlah 28 orang Perawat Indonesia tiba di Bandara Internasional Kuwait. Kemudian disusul pada pagi hari ini, Selasa 14 September 2010 dengan sejumlah 8 orang Perawat yang juga tiba di Kuwait dengan jenis Pesawat yang sama (Kuwait Airways).



Mereka akan segera bergabung menjadi Staff Perawat Ministry Of Health (M.O.H) Kuwait setelah melelui tahapan formalitas administrasi dan check-up kesehatan tentunya. Semua diperkirakan akan menjalani tahapan formalitas bersamaan, meskipun kelompok yang datang tanggal 11 lalu telah memulai proses tersebut pagi hari tadi.


Seperti biasanya, kehadiran mereka dibandara Kuwait disambut oleh Pengurus INNA-K, perwakilan M.O.H dan para Perawat pendahulu yang datang sebelumnya. Kali ini kedatangan mereka tepat pada suasana Idul Fitri. Meskipun di Indonesia penuh kesedihan meninggalkan tanah air, sanak saudara, istri dan anak, namun pancaran kebahagiaan juga terlihat dari wajah-wajah baru tersebut yang merasa lega akhirnya barada di Kuwait setelah penantian panjang yang membimbangkan.


Dari jumlah 36 orang tersebut, mereka terdiri dari 23 pria dan 13 orang wanita. Selama menjalani proses formalitas, untuk pria ditempatkan di hostel Khaitan sedangkan wanita ditempatkan di hostel Salmiya.


Seperti kita ketahui bahwa sekitar 125 orang Perawat Indonesia yang telah lulus test ujian oleh User dari Kuwait pada tahun 2008 belum juga diberangkatkan setelah kehadiran kelompok terakhir sebelumnya 6 bulan yang lalu. Rangkaian kedatangan mereka di Kuwait dimulai sejak awal oktober 2009, yaitu setelah 1 tahun penantian keberangkatan.

Dengan demikian saat ini masih tersisa sekitar 90 orang lagi yang belum dapat dipastikan kapan keberangkatannya tiba. Kepada rekan-rekan sekalian yang baru tiba di Kuwait, Kami sebagai pengurus INNA-K mengucapkan selamat datang, semoga proses formalitas yang akan dihadapi berjalan lancar. Berusahalah untuk saling membantu satu sama lain sebagai sebuah Tim atau kelompok dalam penyelesaian masalah bersama, meskipun sebelumnya mungkin tidak saling kenal.

Bagi rekan-rekan yang masih berada di Indonesia, tidak bosan-bosannya kami menyampaikan saran untuk bersabar dalam penantian berangkat ke Kuwait. Percayalah bahwa semua ini ada hikmahnya, bisa jadi ketertundaan Anda merupakan hal yang terbaik yang di berikan Allah SWT.

Labels: , ,


Baca Selengkapnya...
 
posted by inna-k at 3:42 PM | 0 comments ShareThis
Sunday, September 5, 2010
Surat Edaran Panitia Zakat INNA-K :

(klik 2x untuk perbesar dan print data)


Berikut adalah Form Pengisian Pembayaran Zakat :

(klik 2x untuk perbesar dan print data)

Labels: , ,


Baca Selengkapnya...
 
posted by inna-k at 4:49 PM | 0 comments ShareThis



WWW.SMART-PIN-KUWAIT.BEC.BNI

Contact Us at email : admin@inna-k.org or Call: +96560739733