<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d2107064986175153332\x26blogName\x3dIndonesian+National+Nurses+Associatio...\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLUE\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://inna-k.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttps://inna-k.blogspot.com/\x26vt\x3d-3270315149446403483', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>
Indonesian National Nurses Association in Kuwait (INNA-K)


Sambutan Ketua INNA-K Periode 2012 - 2017
Selamat datang di website Indonesian National Nurses Association in Kuwait (INNA-K).
INNA-K terbentuk pada tanggal 11 Mei 2006 dengan kepengurusan yang tersebar di beberapa region negara Kuwait. Persatuan Perawat Indonesia di Kuwait sebelumnya telah terhimpun dalam satu wadah organisasi yang bernama APIK (Assosiasi Perawat Indonesia di Kuwait) sejak tahun 1994, Berdasarkan musyawarah bersama yang dihadiri oleh kepengurusan organisasi periode 2006 - 2008 dan perwakilan anggota dari masing-masing region, Maka APIK berganti dengan nama INNA-K.

Website ini dibentuk dengan tujuan sebagai media informasi dan komunikasi melalui berbagi informasi dan berkomunikasi sesama Perawat tentang profile Perawat, Keperawatan dan Kesehatan dengan komunitas Keperawatan dan masyarakat luas, baik dalam lingkup Kuwait maupun International. Semoga kunjungan Anda bermanfaat dan dapat mengkomunikasikan informasi yang didapat pada rekan sejawat maupun masyarakat luas nantinya.

Atas nama Ketua Organisasi INNA/PPNI cabang Kuwait periode 2012 - 2017, Saya mengucapkan terima kasih atas kunjungannya. Website ini jauh dari kesempurnaannya, saran dan komentar Anda untuk kesempurnaannya merupakan kontribusi yang berharga bagi kami. Website ini adalah milik kita bersama, untuk itu diharapkan kepada Anda untuk membantu menyebarluaskan website ini kepada rekan sejawat dan masyarakat luas. Selamat bertugas! Semoga menjadi amal ibadah kita semua.

    Hormat Kami,

    Zulkifli Abdullah Usin, SKM
Monday, September 29, 2008
Dalam rangka Hut RI ke-63 yang telah berlalu 1 bulan lebih tepatnya tanggal 17 Agustus 2008, KBRI Kuwait bekerja sama dengan Perkibar berniat akan memeriahkannya dengan acara dan kegiatan sebagai berikut :

Klik pada gambar untuk memperbesarnya

Labels:


Baca Selengkapnya...
 
posted by inna-k at 12:29 AM | 0 comments ShareThis
Wednesday, September 24, 2008
Beberapa hari lalu, tepatnya tanggal 18 September 2008 suasana di Bandara Kuwait sangat ramai dengan orang-orang Indonesia dari berbagai Region di Kuwait. Mulai dari Region Reggae, Hawally, Farwaniya, Jahra dan juga termasuk mereka yang dari wilayah Adan. Tidak hanya mereka yang berprofesi sebagai Perawat, namun dari profesi tenaga kerja lainnya turut andil bagian meramaikan suasana di bandara Kuwait.

Keramaian itu terkumpul dalam beberapa kelompok, yang kesemuanya bermaksud melepas temannya masing-masing yang berangkat cuti untuk berlibur ketanah air Indonesia tercinta. Menjelang hari raya Idul Fitri seperti tahaun-tahun sebelumnya, banyak orang yang cuti berlibur untuk berkumpul silaturahim dengan keluarga besarnya di tanah air.

Salah satu yang menarik dan menjadi perhatian bagi kami adalah kepulangan rekan Perawat yang bernama I Made Kadek Kurniawan yang akrab dipanggil "Made". Beliau adalah salah seorang Perawat lulusan Akademi Keperawatan Depkes Lampung angkatan tahun 1999, tiba dan join sebagai Staff Perawat MOH Kuwait pada tahun 2004 yang lalu.

Kiri ke kanan ; Eko, Adi, Khomsah, Made dan Iin

Made cukup dikenal sebagai sosok yang aktif dan optimis untuk mendapatkan yang lebih dari apa yang sudah diraihnya. Bekerja di Kuwait dengan gaji yang cukup tinggi tidak menghentikan keinginannya untuk mendapatkan pengalaman bekerja yang lebih, Upayanya mengikuti test untuk ke America yang diadakan salah satu agency tenaga kerja O'Grady Peyton (OGP) telah membuahkan hasil. Penantiannya yang hampir 1 tahun lebih untuk memperoleh Visa akhirnya terjawab, Green Card Visa yang di sponsori OGP telah dimilikinya.

Setelah melalui berbagai proses prosedural dan kesiapan yang cukup matang, Pada tanggal 18 September lalu Made memutuskan untuk pulang ke Indonesia untuk menemui keluarganya di Bali dan bersiap diri berangkat ke America pada tanggal 12 Oktober yang akan datang.

Apa yang disampaikan oleh Made adalah bahwa di America nantinya beliau akan bekerja disalah satu rumah sakit specialist jantung di kawasan Texas. Hal ini sesuai pengalaman yang dimilikinya sewaktu bekerja di Indonesia, yaitu pengalaman bekerja di Rumah Sakit Jantung Harapan Kita di jakarta.

Sebenarnya tidak hanya Made yang berhasil lulus test yang diadakan pihak OGP, masih ada beberapa rekan Perawat lainnya yang juga lulus dan sedang menantikan Visa dan waktu keberangkatan mereka. Terlepas dari mereka yang berniat ke America, satu-persatu rekan Perawat lainnya berniat untuk mengambil langkah resign. Hal ini berdasarkan laporan dari pengurus INNA-K, dimana sejumlah Perawat menanyakan tentang kelangsungan verifikasi Ijazah mereka dikarenakan ingin segera memproses kepulangan secara resmi (Resign) agar tidak tertahan dan bermasalah nantinya dalam penyelesaian administrasi di MOH Kuwait.

Kami mewakili Tim Website mengucapkan selamat berlibur kepada rekan-rekan sekalian yang berniat pulang cuti ke Indonesia, termasuk bagi yang saat ini telah berada disana. Khusus kepada Made, semoga tetap dapat kontak dengan teman-teman di Kuwait untuk saling berbagi informasi dan berita yang bermanfaat untuk kemajuan bersama.

Labels:


Baca Selengkapnya...
 
posted by inna-k at 3:40 PM | 0 comments ShareThis
Sunday, September 21, 2008
Surabaya - Keselamatan berlalu lintas memang selayaknya mendapatkan perhatian dan dukungan dari semua pihak. Hal itu pula yang coba ditunjukkan mahasiswa program studi keperawatan Sidoarjo Poltekkes Depkes Surabaya.

Bersama 4 sukarelawan yang berpura-pura menjadi korban kecelakaan lalu lintas. Para mahasiwa itu mencoba mengingatkan pemakai jalan untuk selalu menjaga keselamatan di jalan jika tidak ingin seperti para sukarelawan tersebut. Mereka melangsungkan aksi teatrikal tersebut di Perempatan Jalan dr Soetomo.

"Kami senang jika semua pihak ikut mendukung program keselamatan berlalu lintas di jalan," ujar Kasat Lantas Polwiltabes Surabaya, AKBP Agus Wijayanto kepada wartawan di lokasi, Minggu (21/9/2008).

Selain membawa peralatan medis seperti botol infus dan alat pengukur tekanan darah, para calon perawat itu juga membawa poster-poster berisi pesan keselamatan di jalan raya yang ditujukan kepada pengguna jalan. Poster itu antara lain bertuliskan: 'Nyawa Anda Tidak Bergaransi', 'Hati-Hati, Ngebut Kami Jemput','Disiplin Atau Rumah Sakit, Silahkan Pilih'.

Tak mau kalah dengan para mahasiswa, 4 polwan juga turut berpartisipasi dalam kegiatan tersebut. Mereka membentangkan 2 poster tentang program responsible riding yang sudah diluncurkan sebelumnya.(iwd/fat)

Sumber : detik.com

Labels:


Baca Selengkapnya...
 
posted by inna-k at 2:58 PM | 0 comments ShareThis
Oleh : kurnia77@gmail.com

Bagi para pekerja di Kuwait baik itu Kuwaiti maupun Expatriot yang bekerja dibawah naungan Pemerintah Kuwait sudah tidak aneh lagi dengan istilah “Uang Excellent “ atau disebut dengan “Fulus Mumtaziyah / Fulus Amal Mumtaz”, yaitu uang yang diterima oleh pekerja sebagai hadiah dari Instansi masing-masing didasarkan pada kinerja yang bagus.

Termasuk Perawat, mereka juga berhak mendapatkan uang excellent yang dibagikan setiap tahunnya apabila memenuhi beberapa kriteria yang menurut Head Nurse dan Matron layak untuk mendapatkannya. Uang ini biasanya diberikan pada bulan Agustus dan September.

Adapun nilainya tiap tahun bervariasi, namun tahun ini merupakan record tertingi dari yang pernah ada karena hampir mencapai 300 KD, padahal tahun lalu tidak sampai seperti itu (hanya 225 kd saja). Jika dilihat dari jumlah uang yang diberikan, Maka uang excellent tahun 2008 ini jauh lebih besar dibandingkan dengan uang excellent yang diberikan beberapa tahun sebelumnya yang hanya berkisar 75 -150 kd saja.

Bagi Perawat yang belum pernah mendapatkannya tidak perlu menimbulkan rasa iri hati ataupun kecil hati, terlebih mempengaruhi kinerja kerja di ruangannnya masing-masing. Jika dilihat dari grafik kenaikan jumlah uang excellent dari tahun ke tahun, bisa jadi tahun depan jumlah uang akan lebih tinggi dibandingkan tahun ini.
Sesuai namanya uang Excellent ini di berikan kepada teman-teman perawat yang mempunyai kinerja excellent juga, paling tidak diatas rata-rata.

Tapi kenyataaanya dilapangan banyak sekali kerancuan dan ketimpangan yang rasanya seseorang individual itu tidak layak menerimanya. Hal ini dapat kita saksikan bersama bahwa yang dapat uang excellent itu belum tentu bagi yang kerjanya excellent, dengan kata lain orang yang kerjanya biasa-biasa saja bahkan selalu menemui kendala dalam menjalankan tugasnya/signmentnya, mereka dapat juga uang excellent bahkan lebih sering hampir tiap tahun mendapatkanya.

Dari hasil cerita beberapa Perawat, kejadian seperti ini banyak terjadi dibeberapa lokasi kerja, baik di rumah sakit maupun klinik. Atas dasar hal tersebut, apakah masih relevan menyebut uang tahunan ini dengan uang Excellent? ketika mereka yang mendapatkanya tiap tahun tidak mempunyai kinerja yang excellent juga.

Yang menjadi pertanyaan, atas dasar apa saja uang excellent ini di di masukan ke rekening seseorang, apakah karena senioritas, karena kesamaan suku bangsa atau hanya karena kedekatan social cultural, mungkinkah ini jawabanya???

Dapatkah kita sebut uang excellent sebagai uang panas? Mengingat uang excellent ini dapat berubah dengan cepat menjadi pembicaraan panas, merambat ke lingkungan kerja sehingga menimbulkan jiwa-jiwa panas/cemburu bermunculan, sinis, bahkan rekan lainnya tampak kurang bersahabat.

Perhatikan saja setiap bulan Agustus dan September disaat uang excellent ini masuk rekening, gemuruh rasa cemburu tersirat jelas di wajah teman-teman kerja lainnya tak terkecuali mereka yang dari negara lain yang kebetulan tidak mendapatkanya.

Bermacam-macam pertanyaan yang akan mereka lontarkan. Baru saja masuk ruangan dan belum sempat endorsement sudah diminta untuk mengecek account bank, ditanya exstra money, di minta men-traktir, padahal belum tentu dapat. Aneh–aneh saja pola orang-orang seperti ini, cukup membuat kita geleng –geleng kepala.

Sikap dan prilaku seperti itu masih bisa ditolerant, tapi bagaimana ketika kita benar-benar mendapat uang excellent yang kemudian mendengar ungkapan teman sambil bisik-bisik seperti ini; “ How can he got excellent money?, He is working like that”, sementara matanya melirik ke kita. Demikian inilah yang menyebabkan uang excellent menjadi hot money, membuat panas di hati.

Terlepas dari itu semua, sebenarnya uang excellent ini sangat bergantung sekali dengan Head Nurse dan Matron. Disamping itu nilai absensi kerja kita juga sangat mempengaruhi, misalnya pernah atau tidak kita mengambil sick leave atau emergency leave. Beberapa rumah sakit tergolong cukup susah untuk diharapkan memberikan uang excelent secara adil dan merata, umumnya hanya di prioritaskan kepada kolega-kolega mereka saja, hal ini tidak fear karena kurang memperhatikan keadilan.

Sebaiknya bagi teman-teman Perawat, terlebih Perawat Indonesia yang kebetulan belum pernah atau jarang sekali mendapatkan uang excellent tidak perlu dihinggapi rasa kecewa, Hal penting yang harus kita tunjukkan adalah kinerja kerja dilokasi atau ruangan masing-masing terus ditingkatkan. Dapat atau tidak dapat uang excellent bukan merupakan tujuan utama bagi kita, mari bekerja dengan ikhlas, bekerja sungguh-sungguh menggunakan kecerdasan dan suka membantu, itulah yang lebih dihargai dan Insya Allah mendapatkan pahala dari Allah SWT.

Percayalah bahwa semua atas kehendak-Nya sebagai pemberi rizki, tidak perlu menimbulkan prilaku yang menyebabkan suasana kerja tidak harmonis antar sesama didalam lingkungan kerja. Pada dasarnya kita hanya menunggu giliran saja, mungkin tahun ini tidak dapat, mudahah-mudahan tahun depan, atau bahkan tahun depanya lagi. Jika belum juga dapat, mungkin rizki kita sudah cukup dengan gaji yang ada.

Pesan terakhir, tentu saja setelah membaca tulisan ini tidak perlu berpikir bahwa penulis sendiri sedang meratapi nasibnya karena tidak pernah dapat uang excellent, sehingga sampai bisa menulis feature ini. Penulis sendiri pernah menikmati uang excellent itu. Apalagi uang excellent itu masuk rekening tanpa ada orang yang tahu, sampai Head Nurse sekalipun tidak tahu Saya dapat excellent.

Dari nama-nama yang diusulkannya tidak terdaftar nama Saya, mungkin dipihak Matron sendiri yang langsung menilai ulang siapa yang sesungguhnya layak dapat nilai dan diberi excellent. Nah, Alhamdulillah rasa syukurlah yang dihati Saya ketika itu. Ini namanya benar-benar EXCELLENT, sungguh kejutan..., tidak ada rasa cemburu, tidak ada acara traktir-traktiran, uang excellent itu mengalir damai ke rekening saya seperti mata air. Allhamdulillah.

By...Kurnia.

Labels:


Baca Selengkapnya...
 
posted by inna-k at 12:31 AM | 0 comments ShareThis
Saturday, September 20, 2008
Perencanaan terjadinya perubahan nomer telephone di Kuwait sebenarnya sudah terdengar sejak bulan Juli yang lalu, namun pelaksanaannya selalu tertunda. Perubahan yang direncanakan dilakukan pertengahan Juli lalu baru terealisasi pada bulan ini, tepatnya tanggal 19 September 2008.

Berita dua hari lalu tertanggal 17 September 2008, Dua perusahaan operator telephone genggam / handphone / mobile di Kuwait yaitu Wataniya Telecom dan Zain secara resmi menyatakan adanya perubahan nomer telephone yang akan dimulai Jum'at 19 September 2008. Ternyata perencanaan itu benar-benar terealisasikan dengan keterangan detail seperti yang dapat Anda saksikan pada Gambar berikut ini :

Klik pada gambar untuk memperbesarnya

Sedangkan untuk nomer lainnya, termasuk nomer telephone rumah/kantor (landlines) rencananya akan mulai terjadi perubahan pada tanggal 17 Oktober yang akan datang. Semua nomer akan berubah menjadi 8 digit, tentunya akan dipandu dengan operator telephone via "pesan otomatis" saat kita menelephone dengan menggunakan nomer lama.

Misalnya tepat tanggal 17 Oktober nanti kita menghubungi nomer berikut 520 0550, maka operator akan memandu kita untuk menambahkan angka 2 didepan nomer yang kita hubungi sehingga menjadi 2520 0550.

Labels:


Baca Selengkapnya...
 
posted by inna-k at 12:09 AM | 0 comments ShareThis
Wednesday, September 17, 2008
Assalamualaikum wr, wb.

Sehubungan dengan proses verifikasi Ijazah yang sudah mencapai beberapa tahap, Tim Verifikasi Ijazah Sebagai bentuk pertangunggawabannya mengundang seluruh anggota INNA-K yang telah mendaftarkan diri untuk peng-kolektifan pengurusan verifikasi Ijazah oleh INNA-K.

Berkaitan dengan hal tersebut, Acara akan disertai dengan penyerahan License Keperawatan dari Depnakes RI sesuai dengan nama-nama yang terdaftar di Tim Verifikasi. Selanjutnya adalah acara berbuka puasa bersama. Kegiatan akan dilangsungkan pada :

Demikian undangan ini kami sampaikan, dengan harapan nantinya kami dapat memberikan penjelasan kepada anggota INNA-K, agar tidak terjadi kesimpangsiuran dan kesalahfahaman informasi.

Wasalamu’alaikum wr.wb


Tim Verifikasi Ijazah

Labels:


Baca Selengkapnya...
 
posted by inna-k at 2:08 AM | 0 comments ShareThis
Setelah kami menyampaikan laporan perkembangan pelaksanaan verifikasi Ijazah oleh Tim Verivikasi dari INNA-K beberapa waktu yang lalu sebegai bentuk serial I dan II, maka kali ini kami menyampaikan laporan tahap ke III yang telah berhasil dilakukan oleh Suli Hamdani (Abu Ridho) selama menjalankan tugasnya di Indonesia selaku perwakilan Tim Verifikasi. Beliau baru beberapa hari yang lalu tiba di Kuwait, berkat lobi, wasta dan tentunya jalan yang diberikan Allah SWT, berita baikpun dapat kita dengar dari keterangannya.

Pada penjelasan pelaporan tahap II yang lalu kita telah sampai pada berita terkirimnya 78 nama-nama Perawat kepihak Higher Education, Kuwait oleh Embassy Kuwait di Jakarta. Selanjutnya pengiriman terus dilakukan bertahap secara kelompok, dengan alasan bahwa pihak Embassy Kuwait pun akan meneliti ulang sebagai procedural tugas yang harus dilakukan mereka sebelum pengiriman berkas ke Kuwait. Berikut adalah keterangan lebih lanjut yang kami terima dari Abu Ridho :

Rasa syukur tak lupa kami panjatkan kepada Allas SWT yang telah memberikan jalan terang atas pengurusan verifikasi Ijazah ini, Tim Verifikasi INNA-K Suli Hamdani (Abu Ridho) berangkat dari Kuwait dengan bekal planning kegiatan kerja sebagai berikut :
  1. Mem-follow Up data-data verifikasi hasil pencapaian anggota Tim Verifikasi sebelumnya
  2. Penyelesaian masalah verifikasi yang berkaitan dengan DIKTI.
    Dalam hal ini terhadap 11 Ijazah yang dikeluarkan oleh Dekdikbud.
  3. Finishing atas penyelesaian License Keperawatan

  • Perkembangan Vertifikasi Ijazah

  • Langkah awal yang dilakukan oleh Abu Ridho adalah mencari penyelesaian terhadap 11 Ijazah yang dikeluarkan oleh Depdikbud dimana sebagian besar adalah rekan Perawat yang berasal dari Medan. Proses akan dimulai dengan menunggu kiriman fax dari kampus USU Medan berupa legalisir Ijazah, yaitu oleh staff yang sudah dilobi sebelumnya oleh rekan Perawat di Kuwait. Setelah fax diterima, proses penyelesaian verifikasi di Pupronakes pun dilaksanakan saat itu juga.

    kiri ke kanan ; dr. Iman H. Dachlan (Direktur Puspronakes) & Suli Hamdani - Dorce, Sugeng (Staff Puspronakes) & Suli Hamdani

    Selanjutnya adalah re-check dengan pelaporan ke kantor DIKTI untuk memastikan segala sesuatunya terselesaikan dengan baik. Namun karena beberapa hal yang menjadi hambatan, diantaranya dikarenakan pejabat yang berwenang untuk menandatangani tidak berada di tempat (keluar negeri) maka proses baru dapat diselesaikan tanggal 25 Agustus 2008. Terselesainya persoalan dengan pihak DIKTI membawa langkah Tim Verifikasi bergerak ke penyelesaian di Department Luar Negeri untuk mem-follow Up Ijazah mereka disana.

    Di Deplu Abu Ridho bertemu dengan Miftah, beliau mengatakan bahwa file ke 11 orang tersebut sudah terselesaikan dan sudah disusulkan ke Embassy Kuwait. Rasa lega dan kebahagian tentu saja tidak lepas dari benak Abbu Ridho meski perjalanan dan tugas tidak cukup sampai disana. Sesuai dengan yang sudah direncakan oleh Tim Verifikasi yaitu pemberian Plakat sebagai ucapan terimaksih dan tanda jasa kepada Direktur pengurusan TKI region Timur Tengah di Deplu (Aidil Chandra Salim), maka Abu Ridho dapat bertemu langsung dan beramah tamah dengan beliau.

    Kiri ke kanan ; Aidil Chandra Salim (Direktur Timur Tengah di Deplu) & Suli Hamdani saat bincang-bincang dan pemberian plakat kenang-kenangan dari INNA-K

    Pada prinsipnya beliau sangat antusia dan akan membantu sedapat mungkin proses penyelesaian verifikasi Ijazah seluruh rekan Perawat yang bekerja di Kuwait, namun secara prosedural tergantung bagaimana pihak embassy Kuwait nantinya dalam menindak lanjuti file-file tersebut. Pihak Deplu akan siap membantu dalam segala upaya untuk melobi Staff dan Duta Besar Kuwait di Jakarta agar proses file verifikasi secepatnya dapat terkirim ke Kuwait, dalam hal ini kepada pihak Higher Education.

    Hari berikutnya langkah yang di lakukan oleh Abu Ridho adalah mem-follow Up file verifikasi di Embassy Kuwait di Jakarta. Sejak pagi hari sebelum jam kantor mulai Abu Ridho sudah berada disana setelah sehari sebelumnya mengadakan appointment dengan salah satu Staff Kedubes Kuwait yang dikenalnya. Setelah mengutarakan maksudnya, pada awalnya pihak Embassy Kuwait menolak untuk lebih jauh membahas persoalan verifikasi Ijazah dengan perseorangan. Mereka mengutarakan bahwa persoalan ini adalah antara Deplu dan pihak mereka, Namun dengan adanya beberapa surat rekomendasi yang dibawa Abu Ridho yaitu dari KBRI Kuwait dan seorang tokoh Kuwait (Wasta) yang tentu saja mereka mengenalnya maka Duta Besar Kuwait mengatakan siap membantu dalam pelaksanaan proses penyelesaian file-file tersebut.

    Meski demikian, pihak embassy Kuwait mengatakan keberatannya untuk mengirimkan sekaligus data-data yang mereka terima dengan alasan bahwa mereka akan meneliti dan mencermati lebih lanjut sebagai langkah prosedur yang semestinya mereka lakukan. Dengan niat memperkuat hasil lobi pembicaraan dan langkah yang sudah ditempuh tersebut, Tim Verifikasi kembali meminta bantuan pihak Deplu yang dalam hal ini diwakilkan Miftah agar dapat mem-follow up perkembangannya dengan bekerja sama dengan staff Kedubes Kuwait (Ibu Ani, yang belakangan diketahui sebagai alumnus pendidikan di Kuwait).

    Suli Hamdani dan Miftah (Staff Deplu)

    Tidak cukup sampai disana upaya yang dilakukan Abu Ridho, permintaan bantuan untuk melobi pihak embassy Kuwait terus dilakukan sebagai upaya mempercepat proses penyelesaian pengecekan dan pengiriman file verifikasi ke Higher Education Kuwait. Salah satunya adalah bantuan yang datang dari tokoh besar politik Indonesia saat ini yang dikenal dengan sebutan Ustad Hidayat. Uluran bantuan lobi yang cukup menenangkan dan melegakan bagi Tim Verifikasi tentunya.

    Perkembangan yang cukup menggembirakan kembali datang dengan adanya informasi yang disampaikan Ibu Ani, bahwa 79 berkas file telah siap dan segera dikirim ke Kuwait. Beliau mengatakan pengiriman akan dilakukan setiap hari kamis, Maka Insya Allah diperkirakan semua berkas yang di urus atas nama Tim Verifikasi INNA-K dalam 1 bulan kedepan akan terselesaikan dan terkirim ke Kuwait.

    Dengan demikian, total yang sudah terkirim 80 + 79 file. Sedangkan perkembangan selanjutnya akan di follow up hari kamis ini oleh Tim Verifikasi, dalam hal ini Abu Ridho. Sebagai informasi lanjutan akan tetap dilaporkan perkembangannya oleh Tim Verifikasi, baik melalui media buletin ataupun situs inna-k.org sebagai media informasi INNA-K saat ini.

  • Penyelesaian Nursing License

  • Terkait dengan rencana pengurusan Nursing License di Depkes RI, dapat kami sampaikan bahwa kesemua berkas telah dan sudah berada di Kuwait yang langsung dibawa oleh Abu Ridho. Insya Allah segera akan dibagikan pada saat pelaksanaan acara buka puasa bersama di KBRI jum'at ini (Undangan menyusul di situs ini).

    Ibu Pur (perwakilan Pusdiknakes) & Suli Hamdani (Abu Ridho)

    Note :
    • Selama Tim Verifikasi berada di Jakarta, banyak laporan dan teguran yang disampaikan baik dari pihak Pronakes maupun pihak Deplu mengenai adanya sekelompok file verifikasi (26 file) yang disusulkan kepada mereka diluar nama-nama yang di urus oleh INNA-K. Terlebih lagi beberapa individual yang hampir tiap hari menelphon mereka, terkesan memaksa dalam penyelesaian berkas-berkas mereka.

    • Menurut pihak Deplu, hal ini justru dapat menghambat pengurusan file yang sudah terlebih dahulu di terima di Embassy Kuwait, Apalagi dengan adanya nama-nama yang sama!

    Tim Verifikasi INNA-K bersedia mengadakan peng-kolektifan kembali bagi rekan-rekan yang belum dan ingin menyelesaikan verifikasi Ijazah bersama INNA-K, akan tetapi setelah proses verifikasi gelombang I terselesaikan secara menyeluruh.

    Demikianlah gambaran yang dapat kami (Tim Website) simpulkan dari penyampaian informasi yang langsung kami dapat dari Abu Ridho selama rapat singkat hari Selasa, pukul 15.00 WK di Sekretariatan INNA-K yang dihadiri beberapa anggota Tim Verifikasi dan Ketua INNA-K.

    Labels:


    Baca Selengkapnya...
     
    posted by inna-k at 12:21 AM | 0 comments ShareThis
    Tuesday, September 16, 2008
    Satu tahun terakhir ini minat rekan-rekan sejawat di Qatar dan Kuwait yang ingin meneruskan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi, sangat terasa. Dari yang memegang ijazah SPK, Diploma Keperawatan (D3) hingga Sarjana Keperawatan (S1).

    Sejumlah strategi ditempuh oleh mereka. Langkah konkrit yang paling menyolok adalah diadakannya beberapa pelatihan, misalnya di Qatar: International English Language Testing System (IELTS) Preparatory Program beberapa waktu lalu. Meski pesertanya hanya 12 orang, itu menunjukkan sebuah permulaan yang baik. Dua di antaranya lolos IELTS, Satu orang kini sedang menempuh jenjang S1 University of Southern Queensland (USQ) dan satu lagi sedang dalam proses enrollment S2 Nursing di Adelaide University. Dua-duanya perguruan tinggi Australia.

    Trend yang sama sedang terjadi pula di Kuwait. Bedanya, Indonesian Nurses Association in Kuwait (INNA-K), mengadakan kerjasama dengan Universitas Pajajaran (UNPAD) Bandung, untuk program S1. Program Distance Learning ini sudah berjalan awal September ini.

    Saya rasa semua setuju dengan pendapat, bahwa Indonesian Nurses yang sedang tinggal dan bekerja di luar negeri adalah Nurses pilihan. Setidaknya dari proses perekrutan pertama saja, boleh dikata bukan untung-untungan karena melalui test tulis dan wawancara dalam Bahasa Inggris. Tanpa memiliki kedua kemampuan tersebut, mustahil mereka bakal dipekerjakan di luar negeri. Belum lagi penyaringan berdasarkan spesialisasi.

    Persoalannya, kalau mereka ingin melanjutkan sekolah lagi sambil bekerja, dalam hal ini di Indonesia, seperti yang ditempuh rekan-rekan INNAK, bagaimana sebenarnya bentuk wajah Universitas yang tepat bagi mereka ini?

    Artikel ini mencoba menganalisa model perguruan tinggi (Educational Provider) yang diharapkan cukup representative bagi Indonesian nurses yang berada di luar negeri. Empat hal yang akan dibahas adalah menyangkut kompetensi Indonesian nurses di luar negeri, online facilities Universitas di Indonesia, jurusan yang tersedia dan sumber daya manusia (kompetensi Dosen).

  • Kompetensi Indonesian Nurses Overseas

  • Ada tiga hal penting yang dimiliki oleh Indonesian Nurses overseas, yang tidak dimiliki oleh sebagian besar Indonesian nurses kita di Tanah Air. Tiga aspek tersebut mencakup aspek Transcultural Nursing, Training dan Multilanguage Skills.

    Menurut Wikipedia, Transcultural Nursing is how professional nursing interacts with the concept of culture. Based in anthropology and nursing, it is supported by nursing theory, research and practice. Indonesian Nurses di luar negeri, berinteraksi dengan kolega, pasien, klien serta masyarakat dari berbagai negara.

    Di Qatar terdapat lebih dari 100 macam kewarganegaraan. Dalam berinteraksi dengan orang-orang yang memiliki watak, karekter serta budaya yang berbeda, tentu dibutuhkan pula pendekatan psikosoial dan budaya yang berbeda pula. Tanpa ketrampilan pendekatan ini, Nurses tidak mungkin mencapai tujuan nursing intervention. Misalnya, tradisi Arab secara general tidak membolehkan klien atau pasien ditangani oleh healthcare profesional yang berbeda jenis kelamin. Karakter dan budaya Arab tidak sama dengan Inggris. Watak orang Indonesia juga tidak sama dengan orang India. Nurses perlu memahami kondisi budaya mereka.

    Strategi Psiko-sosial yang demikian, layak dimiliki oleh lndonesian Nurses yang di luar negeri dalam kaitannya berinteraksi dengan pasien. Meski selama di bangku kuliah mereka tidak mendapatkan materi pembelajaran ini, di lapangan mereka memperoleh pengalaman yang sangat berharga dalam kaitannya dengan transcultural nursing ini.

    Saat ini, materi pembelajaran transcultural nursing menjadi bagian dari kurikulum di Akper Jurusan Internasional di Indonesia. Di Universitas Indonesia, materi ini diajarkan di program S1, dengan bobot SKS 3 (data. FIK). Bedanya, Indonesian Nurses overseas langsung menjalaninya di lapangan internasional yang secara relatif berbeda dengan transcultural nursing di Indonesia.

    Yang kedua, aspek training. Di Qatar, Indonesian Nurses terbagi dalam empat kelompok; Occupational Health Nurses, Primary Health Nurses, Ambulance Nurses dan Hospital Based Nurses. Training yang didapat oleh Indonesian Nurses begitu beragam namun sangat berharga. Mulai dari in-house training tentang supervisory & leadership skills, communication & presentation skills, dealing with difficult people, management, dll. sampai training yang bertaraf internasional, misalnya Emergency Medical Technician-Basic (EMT-B), Immediate Life Support (ILS), Immediate Trauma Life Support (ITLS), Advanced Life Support (ALS), hingga The National Examination Board in Occupational Safety & Health (NEBOSH).

    Semua training tersebut, tentu saja diberikan dalam Bahasa Inggris. Kepemilikan sertifikat training ini menguatkan kompetensi mereka, sebagai anggota profesi sekaligus bagian dari organisasi di international level. Organisasi tempat mereka bekerja umumnya merekomendasikan training-training tersebut. Kompetensi seperti ini sulit didapatkan di Indonesia. Selain mahal, lembaga penyelenggara training serupa masih langka. NEBOSH, training yang terkait dengan occupational health & safety, biayanya tidak kurang dari Rp 12.5 juta. Ukurannya berat apabila dipikul oleh individual Nurses di lndonesia.

    Dan yang ketiga, multilanguage skills. Ketrampilan berbahasa ini merupakan kelayakan. Sebagai anggota profesi yang bergaul di tengah-tengah masyarakat internasional, keberadaan Indonesian nurses di luar negeri sangat diuntungkan dengan kesempatan ini. Indonesian nurses, setelah tinggal dan bekerja dalam kurun waktu tertentu di luar negeri, bukan hanya mampu berkomunikasi Bahasa Inggris (lisan dan tulisan) saja, namun juga bahasa lain, misalnya Arab, Hindi serta Tagalog. Ini semua merupakan additional value. Menguasai bahasa-bahasa besar nyaris tidak gampang diperoleh di negeri sendiri, meskipun kesempatan tersebut bukannya tidak mungkin.

    Kemampuan tersebut belum termasuk manajemen, komputer atau efisiensi serta efektivitas kerja. Dan, yang tak kalah pentingnya adalah kecerdasan emosional mereka. Mengapa kecerdasan emosi juga saya sertakan? Karena stress di luar negeri, jelas lebih berat dibanding di dalam negeri dari berbagai sudut, apakah itu fisik, sosial maupun psiko-spiritual. Indonesian nurses overseas, dipandang dari ketahanan mental, boleh dibilang prima. Jika tidak, mereka berguguran serta balik kandang dalam kurun waktu sekejap.

    Ringkasnya, kompetensi di atas adalah gabungan dari skills, IQ (Intelligence Quotient) dan EQ (Emotional Quotient). Indonesian nurses overseas, nyata dan jelas melebihi rata-rata sejawatnya di Indonesia. Potensi yang demikian besar ini, jika tidak disalurkan ke jalur yang tepat, akan terjadi professional degradation (hilangnya kualitas professional). Penurunan kualitas profesi lantaran tidak tersedianya wahana continuing education yang pas.

  • Online Facilities

  • Tersedianya fasilitas fisik pada sebuah universitas yang memadai amat dibutuhkan, guna mendukung proses belajar mengajar yang efektif. Fasilitas ini bisa mencakup ruang kuliah, dosen, laboratorium praktik, komputer, bahasa, studio, dan sebagainya.

    Kita ketahui bersama bahwa saat ini era informasi, di mana ketersediaan sarana pembelajaran yang mengarah pada penyelenggaraan pendidikan berbasis Information and Communications Technology (ICT) amat vital peranannya. Media internet, menjadi satu-satunya sumber perkembangan ilmu pengetahuan dan terapan yang paling efektif. ICT bisa jadi syarat utama dalam mewujudkan pencapaian tujuan pembelajaran. Melalui ICT diharapkan perguruan tinggi mampu menjawab kebutuhan pasar kerja.

    Di Indonesia, dari sekian ribu perguruan tinggi yang ada, hanya terdapat 123 universitas yang memiliki fasilitas URL (Uniform Resource Locators). URL adalah addresses on the World Wide Web to indicate the virtual location of a website or document (Wikipedia.com).

    Kepemilikan URL ini penting sebagai salah satu sarana kelangsungan belajar mengajar. Terutama online learning. Tanpa URL, calon mahasiswa tidak bakal mengetahui portal perguruan tinggi tempat mereka bakal belajar nanti. URL bisa memberikan informasi tentang berbagai hal utama yang dikehedaki calon mahasiswa, mulai dari alamat, status perguruan tinggi, fasilitas yang dimiliki, jurusan, contact persons, hingga mata kuliah yang bakal dipelajari.

    Dari 123 universitas tersebut, yang menyelenggarakan nursing education terkenal serta memiliki URL di antaranya adalah UI , Unpad, UGM, Unair, Unbra, Undip, Unhas, Unsri, USU, dan Unej. Namun begitu, sarana informasi yang tersedia dari 10 universitas terkenal itu, belum maksimal. Misalnya distribusi materi kuliah. Apalagi yang namanya perpustakaan.

    Universitas Padjadjaran (Unpad), yang bekerjasama dengan INNA-K, meski menawarkan distance learning bagi Indonesian Nurses di Kuwait, informasi yang tersedia di website nya jauh dari kategori memadai. Unpad, yang memiliki 48 dosen bagi program S1 nursing, hanya menyediakan selembar informasi (info Fakultas Keperawatan Unpad).

    Website FIK Unpad (http://fik.unpad.ac.id/), sampai artikel ini saya tulis, tidak bisa diakses. Malah Fakultas Ilmu Keperawatan Undip jauh lebih menarik . Undip menyediakan bukan hanya distribusi mata kuliah saja, tapi juga profile dosen, sarana dan prasarana fakultas. Unpad juga masih kalah dengan Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) Unej, yang mampu menyajikan sistem pendidikan, kurikulum, sumberdaya manusia, hingga kalender akademik. Bandingkan pula dengan UI yang menyajikan informasi lebih banyak.

    Sayangnya, UI, Undip atau Unej, tidak menyediakan informasi apapun bagi program internasional. Itu artinya, universitas ini belum siap menerima program internasional bagi jurusan nursing. Secara tidak langsung, mereka belum siap menerima program pembelajaran bagi mahasiswa yang berada di luar negeri. Dengan kata lain, tidak ada online learning bagi Indonesian nurses di tiga perguruan tinggi ini.

    Guna menampung program khusus (Lulusan D3 Keperawatan), terutama bagi yang sedang bekerja di luar negeri, memang tidak mudah. Online facilities ini mutlak dibutuhkan, baik dari segi software, hardware hingga human resources nya. Indonesian nurses overseas membutuhkan universitas yang mapan online facilities nya. Ini bukan hanya lantaran intranet dan internet sudah menjadi bagian dalam keseharian kerja mereka di luar negeri saja. Sebagai adult learners, fasilitas yang demikian amat mendukung kemandirian studi mereka.

  • Spesialisasi

  • Sebagaimana disebutkan di atas, di Qatar, distribusi kerja Indonesian nurses terbagi atas: ambulance nurses, primary health nurses, occupational health nurses dan hospital based nurses. Spesialisasi nursing ini penting, karena kebutuhan kita ke depan. Masyarakat yang sudah maju pola berpikirnya, membutuhkan orang-orang yang ahli di bidangnya. Tidak terkecuali nursing. Penyaluran pendidikan sesuai dengan minat akan membantu peningkatan kualitas belajar yang pada akhirnya menunjang kualitas kerja mereka. Kita bisa bangga, saat ini sudah ada 6 jurusan spesialisasi di FIK UI.

    Indonesian nurses yang membidangi Occupational Health di Qatar, dituntut memiliki sedikitnya sertifikasi Occupational Health Foundation Training dan ILS, sebagai bagian dari spesialisasi. Ambulance Nurse juga direkomendasikan memiliki sejumlah sertifikat, mulai dari ALS, ITLS serta EMT-B. Hal ini berarti, bahwa penataan kurikulum sesuai dengan peminatan mahasiswa itu diperlukan. Silva & Porell (n.d) menyatakan that specialization facilities are more likely to experience better health outcomes over time compared to facilities that do not specialize in the treatment . Itu berarti, menyediakan program penjurusan bagi lulusan D3, berarti bakal menghasilkan lulusan yang lebih baik dibanding dengan apabila tidak adanya spesialisasi.

    Lulusan D3 Keperawatan memang mengantongi predikat General Nursing education. Akan tetapi sesudah bekerja, mereka rata-rata menekuni satu bidang spesialisasi tertentu yang dari sudut pandang profesi perlu mendapat dukungan dan arahan. Oleh sebab itu, apabila dalam proses belajarnya nanti hanya mengarah kepada yang umum, maka yang terjadi: selain spesialisasinya tidak dipertajam, bisa menambah keengganan minat belajar mereka.

    Sederetan perguruan tinggi di luar negeri telah menyediakan program penjurusan, apakah itu di Eropa, Australia atau USA. Hal tersebut bisa diketahui lewat mata kuliah electives. Di USQ misalnya, lulusan D3 Nursing yang melanjutkan ke Bridging Program, diarahkan memperoleh ketrampilan dan pengetahuan dalam bidang Public and Private General and Psychiatric Hospitals, Community Health, Mental Health, Aged Care, Paediatric and Adolescent Health, Home Health Care, Indigenous Health, Occupational Health, Rural Practice and Overseas Nursing. This program is a pathway to graduate entry Midwifery and Mental Health programs and other specialties within nursing and health care.

  • Sumber Daya Manusia

  • Setiap universitas membutuhkan tenaga dosen (lecturer). Dosen adalah sebutan untuk tenaga pendidik pada perguruan tinggi. A lecturer or senior lecturer has major teaching responsibilities and often research responsibilities in the department. These are the core academic staff in the department.

    Secara umum “dosen” tergolong sebagai “pendidik”. UU RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dalam pasal 39 (2) mengatakan bahwa, “Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi”. Dosen mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjang pendidikan tinggi yang diangkat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

    Dalam UU RI Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, pasal 1, dikatakan bahwa “Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat”.

    Dari pasal 1 ini perlu ditekankan bahwa seorang dosen bukan hanya merupakan seorang pendidik profesional pada perguruan tinggi, tapi juga merupakan seorang ilmuwan. Pada pasal 45, dikatakan bahwa “Dosen wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, dan memenuhi kualifikasi lain yang dipersyaratkan satuan pendidikan tinggi tempat bertugas, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional”.

    Dalam Buku Pedoman Penjaminan Mutu Akademik Universitas Indonesia disebutkan bahwa untuk jenjang pendidikan S1 syarat minimal akademik dosen minimal S2, memiliki karya ilmiah dan Index prestasi kumulatif (IPK) minimum 3,0. Sedangkan untuk S2, minimal pendidikan Doktor (S3), memiliki karya ilmiah, serta IPK minimum 3,0.

    Dunia nursing education di Indonesia, masih ‘miskin’ dengan SDM ini. Di Undip misalnya, dari 27 dosen FKIK yang ada, hanya 2 orang yang mengantongi S2 Nursing. Di Unej, dari 16 dosen tetap yang ada, hanya 1 orang dosen yang bertitel S2, 1 lagi sedang belajar.

    Di website Unpad, hanya tertulis jumlah tenaga dosennya yakni 48 orang, namun berapa orang yang mengantongi S1, S2 atau S3, tidak ada data yang bisa termuat pada website. Sedangkan di UI, satu-satunya universitas yang memiliki Guru Besar Nursing di Indonesia, kecuali struktur organisasi, daftar kualitas akademik tenaga dosen tidak termaktub. Di daerah-daerah propinsi, meski artikel ini tidak dapat menyajikan data statistic jumlah dosen program S1 nursing, sebagian besar masih didominasi oleh penyandang S1.

    Kelangkaan informasi semacam ini menunjukan perguruan tinggi kita kurang terbuka dalam menyajikan SDM nya kepada prospective students. Tanpa informasi seperti ini, calon mahasiswa bisa skeptik terhadap kemampuan universitas dalam hal ekspose kualitas pembelajaran, pembimbingan, pelatihan serta penelitian.

  • Kesimpulan

  • Ada tiga kunci utama yang harus digenggam dalam mengambil keputusan belajar sambil bekerja bagi nurses kita di luar negeri. Pertama, apakah universitas tersebut memiliki fasilitas online yang memadai. Kedua, tersedianya jurusan sesuai minat. Dan yang ketiga, dibimbing oleh dosen-dosen yang berkualitas.

    Berstatus sebagai Indonesian nurses overseas kadang memang dilematis sekali jika harus menempuh online atau distance education. Nurses kita tidak mungkin mengorbankan kerjanya demi pendidikan. Sebaliknya mereka ingin sambil kerja, pendidikan jalan terus. Susahnya, mau belajar di luar negeri biaya mahal. Namun belajar di negeri sendiri, apabila kondisinya seperti di atas, sulit mendapatkan perguruan tinggi yang sesuai selera.

    Pemerintah sebenarnya mendukung program pendidikan jarak jauh lewat Universitas Terbuka. Tapi, kalau kita menjalani online learning di luar negeri, kenapa justru dipertanyakan kredibilitasnya? Sementara di dalam negeri, setidaknya sampai artikel ini ditulis, kecuali Unpad (meskipun dalam rangka ‘uji coba’), tak ada satu pun universitas yang sanggup memenuhi hasrat belajar mereka!

    Saran saya, sebagai international nurses, jika mau melanjutkan pendidikan, pilihlah universitas yang muatannya global, bukan lokal. Dalam arti, universitasnya memiliki URL, perpustakaan online, informasinya memadai di internet, kualifikasi dosennya bertaraf internasional dan minimal pendidikannya satu tingkat di atas jenjang pendidikan yang anda akan tempuh. Tidak harus jebolan USA, UK atau Australia. Tapi seperti kemampuan Bahasa Inggris atau penelitian ilmiahnya, merupakan harga mati.

    Jika hal ini tidak terpenuhi, saya khawatir, anda akan gugur di tengah jalan seperti yang terjadi di INNA-K. Saya juga khawatir, bukannya anda yang bakal menimba ilmu kepada mereka. Jangan-jangan sebaliknya, anda malah ajari dosen anda: bagaimana kiat kerja di luar negeri!

    Doha, 15 September 2008

    Shardy2@hotmail.com

    Labels:


    Baca Selengkapnya...
     
    posted by inna-k at 1:34 PM | 1 comments ShareThis
    Monday, September 8, 2008
    Menindak lanjuti hasil penyelesaian verifikasi ijazah lalu (Laporan Penyelesaian Verifikasi Ijazah I), dimana berita terakhir yang kami sampaikan adalah bahwa berkas Verifikasi Ijazah sudah dikirim dan telah diterima di DEPLU (Bpk. Miftah) dan terakhir tanggal 11 Agustus berada di Bpk. Firman atasan Bpk. Miftah. Maka saat ini dapat kami kabarkan perkembangannya sebagai berikut :

    Melalui perwakilannya tim verifikasi Ijazah Abu Ridho (nama panggilan Suli Hamdani), INNA-K telah melakukan lobi-lobi terhadap Petugas atau Staff Kuwait Embassy di Jakarta dalam upaya mendesak untuk segera dokumen verifikasi yang telah berada disana secepatnya diselesaikan dan diteruskan pengirimannya ke Kuwait – Higher Education. Dalam hal ini, INNA-K selalu memonitor dan mem-follow-up proses pengiriman dokument tersebut ke Higher Education.

    Berbagai cara pendekatan melalui jalur diplomatik telah ditempuh untuk mempercepat proses pengiriman berkas tersebut ke Kuwait. Sampai dengan saat ini Ketua Tim Verifikasi Ijazah, Suli Hamdani masih berada di Indonesia menghabiskan masa liburnya bersama keluarga setelah menghabiskan waktu 2 minggu khusus pengurusan verifikasi Ijazah.

    Info terakhir dari Abu Ridho, bahwa tanggal 4 september 2008 sebanyak 80 berkas verifikasi telah dikirim dari Kuwait Embassy di Jakarta ke Kuwait - Higher Education. Sedangkan sisanya masih dalam proses penyelesaian, dan itu akan terus dimonitor sehingga harapannya keseluruhan dapat terselesaikan dalam waktu dekat ini. Berita selengkapnya yang berkaitan dengan nama dan perkembangannya akan kami sampaikan pada kesempatan selanjutnya.

    Sehubungan dengan adanya permintaan diadakannya/dikoordinasikan kembali verifikasi susulan dari beberapa anggota INNA-K yang karena satu dan lain hal tidak bergabung pada gelombang pertama verifikasi Ijazah secara kolektif oleh INNA-K, Maka INNA-K bersama Tim Verifikasi telah mengambil kesepakatan sebagai berikut:
    1. Akan diadakan pendataan ulang bagi mereka yang akan mengurus dokumen verifikasi ijazah susulan secara kolektif bersama INNA-K.
    2. Waktu pelaksanaan proses pengurusan dokumen verifikasi susulan tersebut belum bisa ditentukan sampai semua dokumen verifikasi awal (yang saat ini masih dalam proses) selesai dan sudah berada di Higher Education, Kuwait.

    Pertimbangan keputusan Tim Verifikasi INNA-K ini adalah berdasarkan pertimbangan bahwa pengurusan dokumen verifikasi susulan tersebut akan memerlukan waktu yang panjang dan bila dilakukan saat ini maka akan menghambat proses pengurusan verifikasi awal yang saat ini sudah berjalan.

    Pertimbangan ini juga diperkuat oleh pernyataan beberapa staff Depkes dan Deplu yang berhubungan langsung dengan pengurusan verifikasi Ijazah ini. Oleh karena itu INNA-K melalui Tim Verifikasi menghimbau kepada rekan-rekan Perawat yang akan mengurus verifikasi susulan agar bersabar sampai proses verfikasi Ijazah yang sedang berjalan terselesaikan keseluruhannya.

    Labels:


    Baca Selengkapnya...
     
    posted by inna-k at 9:29 PM | 0 comments ShareThis
    Sunday, September 7, 2008
    Pada hari Jum’at 5 September 2008, Indonesian Embassy Kuwait mengadakan Iftor atau buka puasa bersama. Acara yang dilaksanakan di gedung kedutaan RI ini dihadiri oleh berbagai lapisan masyrakat Indonesia yang bermukim di Kuwait.

    Terutama para Staff Indonesian Embassy Kuwait dan berbagai perwakilan organisasi kemasyarakatan antara lain dari INNA-K, IATMI, PERKIBAR dan lain-lainnya. Acara Buka puasa bersama ini dimulai tepat pukul 5.30 PM waktu setempat yang diawali dengan pembukaan oleh saudara Saeful dan dilanjutkan dengan pembacaan Shalawat Nabi sambil menunggu adzan magrib.


    Setelah berbuka yang kemudian dilanjutkan shalat magrib, Waktu makan akhirnya tiba dengan berbagai suguhan menu masakan Indonesia. Menu bakso malang dan tahu jamur bandung jadi hidangan favorite. Acara dilanjutkan kembali dengan mendengarkan pesan-pesan ceramah yang disampaikan langsung oleh Bapak Duta besar kita, Prof.H.Faisal Ismail.


    Dalam pesannya, Beliau menyampaikan selamat menunaikan ibadah puasa kepada seluruh masayrakat Indonesia yang sedang berada di perantauan negara Kuwait. Selain itu dibahas pula bahwasanya atas dasar keimanan kita berpuasa, yang mana Iman sendiri berarti kepercayaan yang kuat dan terpatri didalam hati. Adapun Iman sendiri meliputi beriman kepada Allah Swt, kepada malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, Rosul-rosul-Nya, Hari kiamat serta yang terakhir Qodo dan Qodar.

    Dilanjutkan dengan Shalat Isya dan Tarawih bersama, acara ditutup tepat pukul 8.30 malam. Selanjutnya para hadirin membubarkan diri untuk kembali ke rumahnya masing-masing. Berdasarkan rencana program dari Indonesian Embassy, acara buka bersama ini akan dilaksanakan secara periodic setiap hari jum’at sore.

    Jadi kami mengajak pada rekan-rekan yang tertarik menikmati Indonesian food, siap-siap saja untuk merubah jadwal buka bersamanya tiap hari jum’at di Indonesian Embassy..sooo Indonesiaaan......! dan tentunya yang paling penting buat kita adalah memanfaatkan moment buka puasa bersama, kumpul bersama sebagai kesempatan bersilaturahim antar sesama warga Indonesia di Kuwait.


    Pengurus INNA-K

    Labels:


    Baca Selengkapnya...
     
    posted by inna-k at 9:52 AM | 0 comments ShareThis
    Friday, September 5, 2008
    Oleh : Syaifoel Hardy

    Tiga hari sebelum Ramadan, saya balik dari Tanah Air. Seperti halnya orang Indonesia lainnya yang bekerja dan tinggal di luar negeri, cuti di Indonesia selama hampir tiga pekan, padat dengan kegiatan. Bedanya, saya memandangnya dari sisi profesi.

    Ada empat perguruan tinggi yang sempat mengundang saya untuk berbicara tentang berbagai hal sehubungan dengan usaha-usaha peningkatan kualitas profesi kita, nursing. Dua Akademi Perawatan Jurusan Internasional, satu Akademi Perawatan Umum dan Sekolah Tinggi Kesehatan di mana di dalamnya terdapat Fakultas Ilmu Keperawatan.

    Nurses adalah Reflective Practitioner. A ‘reflective practitioner’ is someone who, at regular intervals, looks back at the work they do, and the work process, and considers how they can improve (www.sharpy.dircon.co.uk). Bulan Suci Ramadan ini, merupakan kesempatan yang baik sekali bagi profesi kita untuk menengok kembali apa pekerjaan-pekerjaan yang kita lakukan sebagai profesional, bagaimana prosesnya, serta mempertimbangkan bagaimana kita bisa memperbaikinya. Hal ini penting mengingat tujuan kita kerja pada dasarnya adalah mencari kepuasan kerja (job satisfaction).

    Kita bekerja tidak sebatas pada perolehan materi semata. Benar, bahwa perolehan materi yang seimbang sebagai bagian dari imbalan hasil kerja kita itu penting. Tetapi, besarnya materi yang kita peroleh tidak selalu berjalan seiring dengan kepuasan yang kita peroleh. Kekayaan yang kita peroleh dari hasil kerja dalam bidang materi bukanlah faktor utama yang membuat kita bahagia. Kalau kita bekerja tujuannya hanya perolehan materi, maka betapa sebenarnya banyak anak-anak orang kaya yang pada akhirnya tidak perlu sekolah dan tidak pula kerja, lantaran mereka sudah memiliki harta yang banyak. Apakah mereka bahagia dengan kekayaan yang mereka miliki? Ternyata kenyataan di lapangan amat jauh berbeda.

    Banyak anak-anak pejabat kita yang kaya raya, terjerumus dalam berbagai jurang kenistaan, tindak kekerasan dan kriminalitas lainnya. Mereka gagal bukan hanya dalam bidang studi. Dalam sosial kemasyarakatpun jauh dari keharmonisan. Jika demikian, maka sudah sepatutnyalah kita menerapkan sejumlah strategi demi menghindari hal ini.

    Kerja adalah bagian dari kehidupan yang senantiasa menyertai langkah kita, ke mana pun kita pergi dan di mana pun kita berada. Sebagai contoh, banyak orang yang tidak bisa tidur lantaran beban kerjanya. Namun tidak sedikit pula orang yang bisa tidur nyenyak, karena beban kerja yang sudah terselesaikan. Ini berarti, pengaruh kerja terhadap harmoni kehidupan patut diperhitungkan. Pekerjaan bukan masalah sepele yang begitu saja bisa dikesampingkan posisinya.

    Sayangnya, seringkali di antara kita bingung dengan profesi nursing ini. Kita kurang menyadari apa sebenarnya peran dan fungsi profesi kita ini. Kita kerapkali tidak kuasa menjawab problematika ini. Sebagian kita bahkan tidak mampu membedakan antara profesi ini dengan profesi kesehatan lainnya. Akibatnya, terjadi konflik batin. Bimbang dengan apa yang sudah digelutinya bertahun-tahun.

    Kita tahu, peran terbesar nurses adalah dalam bidang etik. Etika dalam nursing inilah yang mendudukkan perbedaan antara yang benar dan yang salah. Peletakkan kebenaran atau kesalahan sikap kita terhadap klien atau pasien ini bisa dilakukan dengan jalan refleksi. Oleh sebab itu, tidaklah heran jika nurses bisa dijuluki dengan Reflective Practitioner lantaran dalam kerjanya tidak luput dari upaya-upaya melihat diri sendiri. Menengok kembali apa yang sudah dikerjakan dan dilakukan terhadap pasien/kliennya.

    Mengaplikasikan refleksi dalam kehidupan profesi ini, memang tidak gampang. Meski demikian, refleksi juga bukan sesuatu yang mustahil. Sebagaimana ketrampilan lainnya dalam bidang kesehatan, refleksi dalam pelaksanaannya perlu latihan. Refleksi menyangkut perasaan dan emosi. Seperti halnya pisau, perasaan dan emosi yang tidak dilatih, tidak bakal tajam atau peka. Kita tidak mampu menyelami perasaan serta jiwa orang-orang di sekitar kita yang menderita. Kita tidak sanggup ber-empati. Kita tidak mampu memahami kesulitan-kesulitan yang mereka hadapi.

    Di Tanah Air kita, ratusan ribu generasi muda kita sedang belajar di bangku kuliah. Setiap tahunnya, sedikitnya 40.000 lulusan kita membutuhkan lapangan kerja baru. Pendidikan yang mereka tempuh berharga jutaan Rupiah setiap semesternya. Pendidikan abad ini tidak ada yang istilahnya murah. Dari hasil pengamatan saya, nyaris tidak ada orang miskin yang bisa menyentuh apa itu arti pendidikan tinggi. Tidak terkecuali di sektor nursing ini. Kuliah di bangku nursing bukan lagi jaminan bahwa mereka akan mendapatkan pekerjaan nantinya. Keadaan ini masih akan diperpayah lagi apabila kompetensi lulusannya tidak mencapai standard yang diharapkan. Fenomena yang demikian ini adalah tanggungjawab kita bersama.

    Kita tidak bisa hanya cukup menyalahkan kebijakan Pemerintah dalam penanganan masalah lapangan kerja bagi nurses. Kita pula tidak patut menuding ketidak-becusan lembaga pendidikan dalam pengelolaan proses belajar mengajar. Sebaliknya, di tengah begitu kompleksnya permasalahan dunia nursing di Indonesia, sudah selayaknya semua kendala ini tidak membuat kita menutup jendela mata hati kita, yang sudah bekerja dan berkembang ini, untuk berbuat sesuatu. Dengan kondisi kita di luar negeri saat ini yang mapan dan menyenangkan, betapa masa depan mereka perlu kita selamatkan. Inilah hakekat refleksi.

    Tidak kurang dari 400 lembaga pendidikan nursing tersebar di seluruh Indonesia. Penyebaran institusi yang tidak merata ditambah lagi dengan kualitas sumber daya manusia yang masih rendah, khususnya tenaga pengajarnya, membuat posisi lulusan kita sangat dilematik. Di satu pihak, negeri ini amat membutuhkan tenaga kesehatan yang handal dalam jumlah yang memadai. Namun di sisi lain, tujuan tersebut sulit diraih karena sejumlah kendala yang sulit dihindari.

    Nah, peranan Indonesian nurses yang bekerja dan tinggal di luar negeri ini mestinya bisa dimanfaatkan dengan baik. Barangkali upaya melangkah ke sana selama ini belum terpikirkan secara optimal. Akan tetapi, nurses kita yang berada di luar negeri bukan tidak mungkin bersikap proaktif dalam hal ini. Mendekati lembaga pendidikan tertentu dan mengadakan kerjasama sebagai contoh. Banyak hal yang bisa dilakukan guna mendongkrak kualitas kompetensi mahasiswa yang sedang belajar ini dengan mengundang atau melibatkan nurses kita yang di luar negeri.

    Beberapa langkah konkrit yang bisa ditempuh di antaranya adalah, kita bisa saja memberikan kuliah tamu materi-materi pembelajaran yang bersifat internasional. Misalnya Transcultural nursing, nursing ethics, trends & perspective of nursing, health promotion, occupational health, serta sejumlah training yang berkaitan dengan kondisi emergency, penyakit menahun, dan lain-lain. Nurses kita di luar negeri banyak yang mendapatkan training yang kelasnya internasional yang tidak dialami oleh sebagian besar dosen-dosen lembaga pendidikan kita. Kekayaan potensi kita, tidak ternilai harganya bagi masa depan mahasiswa!

    Ketika saya bertemu dengan Direktur STIKES Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) sehari sebelum saya balik ke Qatar, saya sempat menghimbau kepada beliau untuk memanfaatkan kami, Indonesian nurses di luar negeri, semaksimal mungkin. Jika perlu, jangan hanya sebatas sebagai dosen tamu saja, namun dilibatkan dalam proses belajar mengajar secara rutin. Beliau menyambut baik ide tersebut. Dan Alhamdulillah akan segera terealisasi di semester mendatang bagi program S1 Keperawatan di UMM.

    Maka dari itu, saya pribadi mengajak semua rekan-rekan sejawat, khususnya yang bekerja di luar negeri, dalam persoalan menularkan ilmu atau halusnya ‘mengajar’, tidak perlu sebenarnya harus memiliki bakat. Semua nurses hakekatnya adalah educator, setidaknya bagi pasien atau kliennya. Potensi ini harus dikembangkan. Lahan bagi pengembangan potensi kita dalam hal yang satu ini terbentang luas saat ini.

    Lewat momen Ramadan kali ini, saya mengajak kita semua untuk berefleksi. Bahwa puluhan ribu generasi muda kita menanti uluran tangan serta pikiran kita. Mereka tidak membutuhkan bantuan dana dari kita, karena rata-rata mereka dari keluarga mampu. Yang mereka butuhkan adalah realisasi keprihatinan kita terhadap kualitas hasil pendidikan mereka sebagai anggota profesi. Implementasinya akan terwujud jika kita mau meluangkan waktu untuk berefleksi.

    Sekali lagi, mari kita jadikan Ramadan kali ini sebagai momen berefleksi. Dengan berefleksi kita berharap menjadi orang-orang pemurah, yang rela membagi waktu, tenaga dan pikiran (ilmu) bagi orang lain. Luangkan sebagian waktu anda jika balik/cuti ke Tanah Air untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan dengan para mahasiswa atau rekan sejawat.

    Ada banyak yang bisa kita lakukan dari pada hanya sekedar ngobrol. Mulai dari membantu memperkaya Bahasa Inggris profesi, bercerita tentang uniknya pengalaman kerja di luar negeri, hingga memberikan mata kuliah tertentu. Kalau INNA-K bisa bekerjasama dengan Universitas Pajajaran (UNPAD) untuk peningkatan kualitas nurses di Kuwait, kenapa INNA-Q (Qatar) tidak melakukan sebaliknya? Berikan sesuatu kepada mahasiswa di Tasikmalaya! Tujuannya tentu saja bukan uang.

    Amalan seperti itu, begitu tinggi dan mulia kedudukannya di sisi Allah SWT. Bila saja kita mau mengamalkannya, niscaya akan bisa kita hindari kemiskinan kompetensi nursing profesional di negeri ini. Sayidina Ali bin Abu Thalib R.A, keponakan Rasulullah SAW, pernah berucap, sekiranya kemiskinan itu berwujud dalam bentuk manusia, niscaya akan beliau tebas lehernya!

    Kita tahu, ladang amal tidak terbatas hanya di ruang lingkup majelis taklim, di belakang pintu-pintu masjid, atau di dalam kotak-kotak amal.

    Lewat refleksi profesi, kita bisa berbuat banyak kebajikan. Dengan refleksi, kita berbagi ilmu dan pengalaman. Dengan berbagi ilmu dan pengalaman, bukan hanya nama baik dan pahala semata yang kita akan peroleh. Kompetensi akan bertambah, wawasan meningkat, hubungan sosial semakin luas, kesempatan kerja di masa depan terbuka lebar, serta tentu saja, kepuasan kerja jadi semakin lengkap! Ringkasnya, dengan refleksi, kita bisa tebas urat nadi leher kemiskinan kompetensi nursing bagi generasi mendatang di Bumi Pertiwi ini.


    Doha, 04 September 2008

    Shardy2@hotmail.com

    Labels:


    Baca Selengkapnya...
     
    posted by inna-k at 9:01 PM | 0 comments ShareThis
    Monday, September 1, 2008
    Sebuah laporan jurnal bulan Juni 2008 yang dikeluarkan oleh American Association for Cancer Research (AACR) menyatakan bahwa salah satu produk makanan yaitu buah tomat, Apabila dikeringkan dapat menjadi salah satu kunci sebagai upaya pencegahan kanker prostat.

    Seorang asisten peneliti profesor biokimia di Universitas Missouri, Valeri V. Mossine, Ph.D. mengatakan bahwa pengolahan berbagai jenis tumbuhan seperti sayuran dengan cara lewat pemanasan, melindas, mencampur atau mengeringkan secara dramatis dapat menambah nilai gizi bagi manusia. Terutama tomat, sangat berpotensi dalam pencegahan kanker prostat.

    Efek melindungi dari produk tomat dalam hal melawan kanker prostat sudah disarankan dibanyak studi, tetapi penelitian tersebut tetap tak memiliki kepastian mengenai mekanismenya secara persis. Mossine dan koleganya mendemonstrasikan bahwa FruHis, sebagai salah satu karbohidrat organik yang terdapat dalam tomat yang kekurangan air (dikeringkan) merupakan zat pelindung yang kuat dalam pencegahan kanker prostat.

    Penelitian dilakukan dengan mengambil sampel penerapan yang dilakukan terhadap sejumlah hewan Tikus. Tikus dibagi dalam beberapa kelompok masing-masing 20 ekor tikus dengan diberi makanan kontrol diet umum, diet khusus adonan tomat, bedak tomat atau adonan tomat yang ditambah zat extra FruHis. Semua binatang ini kemudian disuntik dengan bahan kimia yang menyebabkan kanker prostat.

    Wal hasil, sekelompok tikus yang diberi diet adonan tomat yang ditambahkan extra
    zat FruHis dapat hidup lebih lama dari kanker yang dideritanya, yaitu 51 minggu dibandingkan dengan 50 minggu pada kelompok bedak tomat, 45 minggu dikelompok adonan tomat dan 40 minggu di kelompok kontrol diet umum.

    Dari hasil uji coba tersebut ditemukan hanya 10% kasus kanker protat pada kelompok tikus yang diberi diet adonan tomat + extra
    zat FruHis, sedangkan pada kelompok tikus (20 ekor) yang diberi diet bedak tomat ditemukan 30% kasus kanker prostat dan sekelompok tikus yang diberi khusus adonan tomat saja ditemukan 25% kasus kanker prostat. Jumlah kasus prostat yang cukup besar adalah ditemukan pada kelompok tikus yang di beri kontrol diet umum, yaitu sebesar 60% dari total 20 ekor hewan tikus.

    Mossine mengakatakan bahwa keefektifan dari pada produk tomat untuk melindungi kanker hanya sebatas kanker prostat, sedangkan keefektifan terhadap pencegahan penyakit kanker lainnya masih sangat kecil dan belum dilakukan pengujiannya.

    In vitro (sebuah experiment yang dilakukan pada sebuah tabung/tube gelas kaca, diluar tubuh makhluk hidup), Mossine dan kolega telah mengevaluasi kandungan anti kanker dari FruHis dan 14 lainnya dari golongan D-fructose asam amino menemukan bahwa FruHis dalam konsentrasi yang pekat dapat melindungi melawan kerusakan DNA yang dikenal sebagai pencetus kanker prostat. Apabila digabungkan dengan lycopene (carotenoid atau zat oranik pewarna merah yang ditemukan pada buah tomat, semangka, pepaya, jambu biji merah dll), FruHis dapat menghentikan pertumbuhan sel kanker prostat lebih dari 98 persen.

    Lebih lanjut Mossine mengatakan, sebaiknya kombinasi antara FruHis dan lycopene dapat terus dikembangkan penelitiannya oleh berbagai cancer research, tidak hanya sebatas pencegahan saja tetapi dapat merupakan terapi nantinya.

    Sumber : (http://www.aacr.org), Topic ; Dehydrated Tomatoes Show Promise for Preventing Prostate Cancer

    Labels:


    Baca Selengkapnya...
     
    posted by inna-k at 9:01 PM | 0 comments ShareThis



    WWW.SMART-PIN-KUWAIT.BEC.BNI

    Contact Us at email : admin@inna-k.org or Call: +96560739733