Monday, June 1, 2009
Video rekaman salah seorang oknum dosen Akademi Keperawatan (Akper) di Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara, yang melecehkan mahasiswanya baru-baru ini beredar di masyarakat. Merasa dilecehkan, salah seorang mahasiswa Akper korban kejadian tersebut melapor ke polisi.
Video berdurasi 20 menit itu menggambarkan, Asmana, dosen mata kuliah Etika Keperawatan memaksa salah satu mahasiswanya mengeluarkan air seninya sambil direkam menggunakan telepon seluler kamera oleh mahasiswa lainnya. Ironis, aksi itu dilakukan di hadapan 48 mahasiswa Akper lainnya.
Tak hanya itu, sang dosen lantas memaksa mahasiswa lainnya mencium dan menghirup air seni tersebut secara bergiliran. Sedangkan mahasiswa pemilik air seni dipaksa untuk meminum air seninya sendiri. Aslin, mahasiswa Akper kelas 1B yang menjadi korban pelecehan mengaku dipaksa meminum air seninya sendiri karena dituduh mengencingi mobil dinas Direktur Akper.
Menurut Ajun Komisaris Polisi Hendrik Rumbajan, video tersebut mulai beredar pada pertengahan Mei ini. Rencananya, polisi akan segera memanggil dosen yang bersangkutan beserta sejumlah saksi.
Hingga kini pihak akademisi belum bersedia memberikan komentar terkait kejadian tersebut. Kuat dugaan Direktur Akper ikut terlibat dalam kasus ini. Pihak keluarga korban mengancam akan mendesak institusi legislatif untuk mengeluarkan rekomendasi pemecatan terhadap para pelaku dan meneruskan kasus ini secara hukum.(UPI)

Mahasiswa Konawe Kecam Pelecehan Rekan Mereka
Puluhan mahasiswa dari unsur Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dan Majelis Perwakilan Mahasiswa (MPM) Universitas Lakidende dan Akademi Keperawatan (Akper) Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara menggelar unjuk rasa di depan kampus Akper Konawe, Kamis (28/5) pagi. Aksi ini sebagai buntut merebaknya video rekaman kamera telepon seluler berdurasi dua menit yang menggambarkan pelecehan mahasiswa oleh dosen.
Dalam aksinya tersebut, para aktivis mahasiswa membakar atribut akademik. Para demonstran mengecam tindakan tidak terpuji salah seorang dosen mata kuliah etika keperawatan bernama Asmana. Sang dosen memaksa puluhan mahasiswanya mencium air seni, serta memaksa salah seorang di antaranya untuk meminumnya.
Keluarga Korban Pelecehan Datangi Anggota Dewan
Sejumlah aktivis mahasiswa Universitas Lakidende dan Akademi Keperawatan Konawe bersama keluarga korban pelecehan oknum dosen, Kamis (28/5) siang, mendatangi Kantor DPRD Konawe, Sulawesi Tenggara. Massa langsung merangsek ke dalam ruang rapat dan minta dipertemukan dengan anggota Komisi C yang menangani masalah pendidikan.
Melihat massa telah menguasai ruang rapat, anggota Komisi C akhirnya bersedia menerima aspirasi mereka. Para pendemo kemudian menyerahkan barang bukti berupa rekaman video oknum dosen Akper yang memaksa siswanya mencium dan menenggak air seni sendiri. Terkait dengan itu para pendemo minta anggota Dewan segera mengambil tindakan untuk mendesak Akper menonaktifkan oknum dosen tersebut.
Menanggapi tuntutan para pengunjuk rasa, anggota Dewan berjanji akan segera mengambil tindakan terkait permasalahan yang terjadi di institusi keperawatan tersebut. Setelah aspirasinya tersalurkan, massa kemudian mendatangi Markas Kepolisian Resor Konawe. Mereka mendesak agar tersangka dan para saksi dalam kasus ini segera dipanggil dan diperiksa. Rencananya, hari ini polisi akan memeriksa para saksi sebelum melakukan pemanggilan terhadap tersangka.
Dosen Akper Jadi Tersangka
Dosen Akademi Keperawatan Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara, Sabtu (30/5), akhirnya ditetapkan sebagai tersangka. Asmana pun akhirnya ditahan di sel tahanan Polres Konawe. Rencananya, sejumlah saksi juga turut diperiksa terkait masalah pemaksaan mahasiswa Akper untuk meminum air kencing [Baca: Mahasiswa Akper Konawe Diperiksa Lagi].
Asmana yang diperiksa penyidik Reserse Kriminal Kepolisian Resor Konawe tidak menyangkal kebenaran video rekaman yang beredar luas di masyarakat. Menurutnya, tindakan itu merupakan pelajaran etika bagi seorang calon perawat. Namun Ia menepis tudingan telah memaksa salah seorang mahasiswanya menenggak air kencing.
Dalam pemeriksaan itu, Asmana juga melaporkan tindak pemerasan yang menimpa dirinya. Oknum polisi yang mengatasnamakan Kepala Satuan Reskrim Polres Konawe meminta uang Rp 2,5 juta untuk ditrasfer via rekening. Uang itu akhirnya dikirim Asmana.
Sumber : Liputan6.com
Video berdurasi 20 menit itu menggambarkan, Asmana, dosen mata kuliah Etika Keperawatan memaksa salah satu mahasiswanya mengeluarkan air seninya sambil direkam menggunakan telepon seluler kamera oleh mahasiswa lainnya. Ironis, aksi itu dilakukan di hadapan 48 mahasiswa Akper lainnya.
Tak hanya itu, sang dosen lantas memaksa mahasiswa lainnya mencium dan menghirup air seni tersebut secara bergiliran. Sedangkan mahasiswa pemilik air seni dipaksa untuk meminum air seninya sendiri. Aslin, mahasiswa Akper kelas 1B yang menjadi korban pelecehan mengaku dipaksa meminum air seninya sendiri karena dituduh mengencingi mobil dinas Direktur Akper.
Menurut Ajun Komisaris Polisi Hendrik Rumbajan, video tersebut mulai beredar pada pertengahan Mei ini. Rencananya, polisi akan segera memanggil dosen yang bersangkutan beserta sejumlah saksi.
Hingga kini pihak akademisi belum bersedia memberikan komentar terkait kejadian tersebut. Kuat dugaan Direktur Akper ikut terlibat dalam kasus ini. Pihak keluarga korban mengancam akan mendesak institusi legislatif untuk mengeluarkan rekomendasi pemecatan terhadap para pelaku dan meneruskan kasus ini secara hukum.(UPI)

Puluhan mahasiswa dari unsur Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dan Majelis Perwakilan Mahasiswa (MPM) Universitas Lakidende dan Akademi Keperawatan (Akper) Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara menggelar unjuk rasa di depan kampus Akper Konawe, Kamis (28/5) pagi. Aksi ini sebagai buntut merebaknya video rekaman kamera telepon seluler berdurasi dua menit yang menggambarkan pelecehan mahasiswa oleh dosen.
Dalam aksinya tersebut, para aktivis mahasiswa membakar atribut akademik. Para demonstran mengecam tindakan tidak terpuji salah seorang dosen mata kuliah etika keperawatan bernama Asmana. Sang dosen memaksa puluhan mahasiswanya mencium air seni, serta memaksa salah seorang di antaranya untuk meminumnya.
Sejumlah aktivis mahasiswa Universitas Lakidende dan Akademi Keperawatan Konawe bersama keluarga korban pelecehan oknum dosen, Kamis (28/5) siang, mendatangi Kantor DPRD Konawe, Sulawesi Tenggara. Massa langsung merangsek ke dalam ruang rapat dan minta dipertemukan dengan anggota Komisi C yang menangani masalah pendidikan.
Melihat massa telah menguasai ruang rapat, anggota Komisi C akhirnya bersedia menerima aspirasi mereka. Para pendemo kemudian menyerahkan barang bukti berupa rekaman video oknum dosen Akper yang memaksa siswanya mencium dan menenggak air seni sendiri. Terkait dengan itu para pendemo minta anggota Dewan segera mengambil tindakan untuk mendesak Akper menonaktifkan oknum dosen tersebut.
Menanggapi tuntutan para pengunjuk rasa, anggota Dewan berjanji akan segera mengambil tindakan terkait permasalahan yang terjadi di institusi keperawatan tersebut. Setelah aspirasinya tersalurkan, massa kemudian mendatangi Markas Kepolisian Resor Konawe. Mereka mendesak agar tersangka dan para saksi dalam kasus ini segera dipanggil dan diperiksa. Rencananya, hari ini polisi akan memeriksa para saksi sebelum melakukan pemanggilan terhadap tersangka.
Dosen Akademi Keperawatan Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara, Sabtu (30/5), akhirnya ditetapkan sebagai tersangka. Asmana pun akhirnya ditahan di sel tahanan Polres Konawe. Rencananya, sejumlah saksi juga turut diperiksa terkait masalah pemaksaan mahasiswa Akper untuk meminum air kencing [Baca: Mahasiswa Akper Konawe Diperiksa Lagi].
Asmana yang diperiksa penyidik Reserse Kriminal Kepolisian Resor Konawe tidak menyangkal kebenaran video rekaman yang beredar luas di masyarakat. Menurutnya, tindakan itu merupakan pelajaran etika bagi seorang calon perawat. Namun Ia menepis tudingan telah memaksa salah seorang mahasiswanya menenggak air kencing.
Dalam pemeriksaan itu, Asmana juga melaporkan tindak pemerasan yang menimpa dirinya. Oknum polisi yang mengatasnamakan Kepala Satuan Reskrim Polres Konawe meminta uang Rp 2,5 juta untuk ditrasfer via rekening. Uang itu akhirnya dikirim Asmana.
Sumber : Liputan6.com