Monday, December 22, 2008
Oleh : perawatkuwait@yahoo.com
Kebutuhan Perawat global dari dulu sampai sekarang tetap tinggi, dari waktu ke waktu terus meningkat drastis, Hal ini bisa disimak dari berbagai survey dan penelitian yang tersebar diantara majalah-majalah dan journal kesehatan yang terbit secara periodik.
Namun demikian kebutuhan Perawat dalam jumlah yang besar ini tetap saja diikuti dengan kebutuhan kualifikasi dan kualitas yang tinggi, kompeten dibidangnya dan mempunyai pengalaman kerja yang mumpuni, kemampuan bahasa global yang tinggi serta daya adaptasi survive yang hebat.
Memahami fenomena tersebut tidak aneh bila Negara-negara berkembang dengan sigap dan cekatan mencetak dan menyediakan tenaga-tenaga professional, kompetensi tinggi, dan mampu mengikuti kebutuhan global.
Adalah India dan Fillipina, dua Negara di asia yang sigap menangkap peluang ini, menjadi produsen terdepan dalam pengerahan tenaga Keperawatan ke luar negeri. Lihat saja data statistic Perawat asal India dan Philipina yang bekerja di luar negeri terutama di Eropa dan Amerika sangat-sangat tinggi.
Exspor sumber daya manusia, termasuk tenaga Keperawatan adalah hal yang sangat membantu dan melejitkan perkembangan ekonomi pada suatu Negara, karena exspor manusia berbeda dengan exspor barang.
Mempunyai efek ganda dan berantai, bisa membawa sanak keluarganya dan mencarikan pekerjaan dinegara tersebut.
Contohnya India, banyak sekali mengekspor tenaga keperwatan keluar negeri, tidak terkecuali ke Gulf country, khususnya Kuwait. Mereka mulai mengekspor tenaga Keperwatan ke Kuwait kira-kira dari tahun 1974, bahkan ada yang sebelum itu. Coba bayangkan Negara Indonesia pada tahun tersebut boro – boro mengexspor tenaga Perawat, kebutuhan dalam negeri saja belum bisa terpenuhi.
Mereka yang sudah bekerja dari tahun 1974, kebanyakan masih fit dan masih tetap bekerja sampai hari ini, sehingga kalau dihitung-hitung sudah hampir 34 tahun mereka bekerja disini.
Adapun tujuan akhir Perawat untuk mencapai karir tertingginya sampai saat ini animonya masih dengan USA, ribuan Perawat dari berbagai Negara berlomba-lomba untuk menapaki karirnya di Negara Paman Sam ini.
Memang selain berbagai fasilitas yang tersedia, pendapatan yang menggiurkan dengan gaji kisaran antara 30U$ - 50 U$/ hour, pendidkan yang gratis bagi bagi anak-anak kita, residensi yang tersedia membuat para imigran punya ketetapan dan ketenangan untuk hidup disana dalam rentang waktu yang tidak terbatas.
Namun demikian bukan perkara mudah untuk bekerja dan berkarir di Negara Paman Sam ini, khusunya untuk Perawat. Mereka meminta untuk memenuhi berbagai ketentuan–ketentuan tertentu antara lain kelulusan N-CLEX dan IELTS.
Adapun posisi Perawat Indonesia dalam pemenuhan kebutuhan global, memang sudah mulai tersebar ke berbagai Negara hanya saja masih terbatas di Negara-negara Timur Tengah yang mana proses seleksinya relative masih ringan jika di bandingkan dengan Negara-negara Eropa dan Amerika.
Memang sudah ada beberapa Perawat Indonesia yang bekerja di Amerika dan Negara-negara Eropa, akan tetapi dalam jumlah yang masih sedikit apalagi kalau dibandingkan dengan Perawat asal Philipina dan India.
Jembatan gantung N-CLEX dan IELTS, sepertinya menjadi jembatan panjang yang susah untuk di lalui oleh Perawat-perawat Indonesia untuk menembus kebutuhan – kebutuhan Rumah sakit di Negara-negara tersebut.
Farwaniya City.

Namun demikian kebutuhan Perawat dalam jumlah yang besar ini tetap saja diikuti dengan kebutuhan kualifikasi dan kualitas yang tinggi, kompeten dibidangnya dan mempunyai pengalaman kerja yang mumpuni, kemampuan bahasa global yang tinggi serta daya adaptasi survive yang hebat.
Memahami fenomena tersebut tidak aneh bila Negara-negara berkembang dengan sigap dan cekatan mencetak dan menyediakan tenaga-tenaga professional, kompetensi tinggi, dan mampu mengikuti kebutuhan global.
Adalah India dan Fillipina, dua Negara di asia yang sigap menangkap peluang ini, menjadi produsen terdepan dalam pengerahan tenaga Keperawatan ke luar negeri. Lihat saja data statistic Perawat asal India dan Philipina yang bekerja di luar negeri terutama di Eropa dan Amerika sangat-sangat tinggi.
Exspor sumber daya manusia, termasuk tenaga Keperawatan adalah hal yang sangat membantu dan melejitkan perkembangan ekonomi pada suatu Negara, karena exspor manusia berbeda dengan exspor barang.
Mempunyai efek ganda dan berantai, bisa membawa sanak keluarganya dan mencarikan pekerjaan dinegara tersebut.
Contohnya India, banyak sekali mengekspor tenaga keperwatan keluar negeri, tidak terkecuali ke Gulf country, khususnya Kuwait. Mereka mulai mengekspor tenaga Keperwatan ke Kuwait kira-kira dari tahun 1974, bahkan ada yang sebelum itu. Coba bayangkan Negara Indonesia pada tahun tersebut boro – boro mengexspor tenaga Perawat, kebutuhan dalam negeri saja belum bisa terpenuhi.
Mereka yang sudah bekerja dari tahun 1974, kebanyakan masih fit dan masih tetap bekerja sampai hari ini, sehingga kalau dihitung-hitung sudah hampir 34 tahun mereka bekerja disini.
Adapun tujuan akhir Perawat untuk mencapai karir tertingginya sampai saat ini animonya masih dengan USA, ribuan Perawat dari berbagai Negara berlomba-lomba untuk menapaki karirnya di Negara Paman Sam ini.
Memang selain berbagai fasilitas yang tersedia, pendapatan yang menggiurkan dengan gaji kisaran antara 30U$ - 50 U$/ hour, pendidkan yang gratis bagi bagi anak-anak kita, residensi yang tersedia membuat para imigran punya ketetapan dan ketenangan untuk hidup disana dalam rentang waktu yang tidak terbatas.
Namun demikian bukan perkara mudah untuk bekerja dan berkarir di Negara Paman Sam ini, khusunya untuk Perawat. Mereka meminta untuk memenuhi berbagai ketentuan–ketentuan tertentu antara lain kelulusan N-CLEX dan IELTS.
Adapun posisi Perawat Indonesia dalam pemenuhan kebutuhan global, memang sudah mulai tersebar ke berbagai Negara hanya saja masih terbatas di Negara-negara Timur Tengah yang mana proses seleksinya relative masih ringan jika di bandingkan dengan Negara-negara Eropa dan Amerika.
Memang sudah ada beberapa Perawat Indonesia yang bekerja di Amerika dan Negara-negara Eropa, akan tetapi dalam jumlah yang masih sedikit apalagi kalau dibandingkan dengan Perawat asal Philipina dan India.
Jembatan gantung N-CLEX dan IELTS, sepertinya menjadi jembatan panjang yang susah untuk di lalui oleh Perawat-perawat Indonesia untuk menembus kebutuhan – kebutuhan Rumah sakit di Negara-negara tersebut.
Farwaniya City.
Labels: Keperawatan