Thursday, February 5, 2009

Hal tersebut mengemuka dalam paparan yang disampaikan General Manager Kansai Kenshu Center AOTS Hideo Yoshihara di Osaka, Rabu, saat Dubes RI untuk Jepang Jusuf Anwar dan Acting Konsul Jenderal RI Osaka Mozes Tandung Lelating meninjau kondisi para perawat Indonesia.
"Para perawat dari pusat pelatihan Osaka akan ditempatkan di 18 rumah sakit, sedangkan yang dididik di Kobe akan ditempatkan di 22 rumah sakit," kata Yoshihara.
Perawat Indonesia akan ditempatkan di rumah sakit rumah sakit di Provinsi Kanagawa, Kyoto, Nara, Wakayama, Hyogo, Yamaguchi, Fukuoka, Oita, Saga dan Kumamoto.
KBRI Tokyo dan KJRI Osaka sejak awal kedatangan para perawat dan caregivers Indonesia pada Agustus 2008 terus memantau perkembangan mereka, terutama di tahun 2009 saat tenaga profesional itu mengikuti ujian Bahasa Jepang dan ujian keperawatan yang terkenal sulit.
Para caregivers (perawat untuk para jompo) memang sudah mendapatkan sertifikasi Bahasa Jepang pada 27 Januari lalu dan langsung diberangkatkan ke 21 panti jompo yang tersebar di beberapa provinsi Jepang. Kini giliran para "nurses".
Sedangkan para perawat, selain ujian Bahasa Jepang (pada 22 Februari mendatang) juga diharuskan mengikuti ujian keterampilan keperawatan. Kegiatan pelatihan itu sendiri baru akan berakhir pada 12 Februari 2009.
Kesiapan para perawat secara keluruhan dinilai oleh manajemen AOTS (Association for Overseas Technical Scholarship) sangat baik sehingga dalam menghadapi ujian nanti pihaknya optimis bisa melewatinya dengan baik, sama seperti rekan-rekannya yang caregivers.
"Kondisi mental dan kesehatan mereka sangat baik. Mereka juga disiplin, dan penuh semangat," kata Yoshihara menjawab pertanyaan Dubes soal kondisi kesehatan para perawat.
Kunjungan Dubes Jusuf Anwar dan Acting Konjen Osaka Mozes Lelating bertujuan untuk menyemangati para perawat, mengingat mereka menjadi "pintu gerbang" bagi kelanjutan program pengiriman perawat yang berada dalam skema perjanjian kerja sama Economic Partenership Agreement (EPA) Indonesia dan Jepang.
Dubes sendiri menekankan bahwa para perawat mulai akan memasuki kehidupan nyata setelah tanggal 12 Februari nanti, saat dimulainya penempatan kerja di rumah sakit Jepang.
"Berikan yang terbaik dan jagalah citra Indonesia, karena anda-anda sekalian juga merupakan duta bangsa yang membawa nama baik Indonesia," kata mantan menteri keuangan itu yang kedatangannya juga membagi-bagikan alamat KBRI Tokyo, KJRI Osaka dan organisasi kemasyarakatan Indonesia di seluruh Jepang.
Sirnanya Keraguan
Pada kesempatan itu, disampaikan juga bahwa KBRI Tokyo dan KJRI Osaka sudah menyiapkan tim monitoring yang akan memantau perkembangan para perawat Indoensia yang sudah tersebar ke berbagai daerah di seantero Jepang, termassuk sambungan telepon "hotline".
Selain meninjau fasilitas pelatihan AOTS di Osaka, Jusuf Anwar dan Mozes Lelating melanjutkan peninjauan ke pusat pelatihan serupa di Kobe.
"Saya yakin keraguan publik Jepang akan sirna dengan sendirinya begitu melihat kemampuan perawat Indonesia bekerja," kata Lelating di Kobe.
Salah seorang perawat, Suwarti (30) mengakui bahwa dirinya sudah tidak sabar untuk mengikuti ujian, karena sebetulnya materinya sama saja dengan yang pernah diajarkan di Indonesia.
"Tantangannya adalah di penggunaan kanji-nya. Itu sebetulnya bisa kita atasi jika tercantum juga petunjuk soal dalam tulisan hiragana dan katakana yang sudah cukup kami pahami dengan baik," kata perawat yang mengikuti pelatihan di Kobe. Ia sendiri akan ditempatkan di RS Palang Merah Himeji (Himeji Sekijuji Byoin).
Optimisme senada juga disampaikan Hervina Widha (24), perawat yang pernah bekerja di RS Pondok Indah Jakarta. Untuk membuktikan bahwa mereka bisa berbahasa Jepang, baik Suwarti dan Hervina tidak segan-segan menjawab dengan cepat pertanyaan yang diajukan Dubes dan Acting Konjen.
"Coba apa Bahasa Jepangnya silahkan makan," tanya Dubes. "Dozo meshiagatte kudasai," jawab Suwarti cepat yang langsung disambut tepuk tangan rombongan KBRI dan KJRI.
Pelatihan bagi 104 perawat Indonesia tersebar di Tokyo, Osaka dan Kobe. Pihak AOTS dan juga Japan Foundation, dua lembaga yang ditugasi pemerintah Jepang, menargetkan kemampuan dasar yang harus bisa dikuasasi selama enam bulan, yakni penguasaan dasar-dasar Bahasa Jepang, pemahaman budaya, dan peningkatan keterampilan.
"Kemajuan selanjutnya tergantung pada kemampuan perawat Indonesia sendiri serta dukungan lembaga yang menerima mereka," kata Dirut AOTS Kazuo Kaneko.
Sumber : Kompas.com.
Labels: Info, Keperawatan