Monday, January 11, 2010

''Penemuan kami membuka kemungkinan penyelidikan tipe kanker apa yang mungkin sensitif dan obat kanker apa yang efektif untuk dikombinasikan dengan cordycepin,'' tutur Dr Cornelia de Moor, salah seorang peneliti, kepada BBC kemarin (29/12).
Jenis parasit jamur langka yang tumbuh pada ulat bulu itu lebih sering dipakai sebagai obat-obatan Tiongkok untuk memperkuat paru-paru dan ginjal. Jamur yang juga disebut JinShuBao itu mengandung polisakarida konsentrasi tinggi. Polisakarida adalah molekul yang bisa melawan pertumbuhan sel kanker.

Nah, beberapa tipe cordyceps memiliki polisakarida yang mengandung selenium. Yaitu semacam elemen kimia penguat dan bagus untuk kesehatan sel. Selenium juga membentuk pusat aktif enzim tertentu yang bertindak sebagai antioksidan guna mencegah kerusakan sel.
Seberapa jauh kerja obat tersebut masih dalam tahap penelitian. Masalahnya terletak pada keterbatasan kerja ekstrak dari cordyceps. Ketika berada dalam tubuh manusia, fungsinya melawan sel kanker bisa mengalami penurunan.
Hal itu bisa diatasi dengan pemakaian obat lain secara bersamaan, namun menimbulkan efek samping yang bisa mengurangi kegunaan obat cordycepin tersebut.
Karena itulah, peneliti juga mengembangkan metode guna mengetes seberapa efektif obat tersebut melawan kanker. Serta mencari kombinasi obat lain yang mungkin bisa dijadikan obat kedua yang bisa disandingkan dengan cordycepin.
Berkaitan dengan itu, ilmuwan meneliti dua efek pemakaian dosis cordycepin. Secara umum penelitian tersebut mendemonstrasikan mekanisme obat dan dampaknya terhadap perubahan terpenting kesehatan. Pada dosis rendah, cordycepin dapat menghalangi pertumbuhan dan pembelahan sel kanker yang tak terkontrol.
Sedangkan pada dosis tinggi, obat itu dapat menghentikan pembelahan yang juga berarti menghalangi pertumbuhan. Penelitian ini juga bisa sebagai peletak rencana pembuatan obat baru kanker yang bekerja dengan prinsip yang sama dengan BBC.
Berdasar laporan yang dilansir Brighthub.com, cordycepin mulai terkenal saat atlet Tionghoa sukses memakainya sebagai suplemen pada Olimpiade 1992. Salah satu fungsi umumnya adalah mengurangi inflamasi paru-paru pada penderita asma.
Kegunaan jamur cordyceps telah dipelajari ilmuwan sejak beberapa waktu silam. Publikasi pertama mengenai kandungan cordycepin muncul pada 1950.
''Proyek ini menunjukkan bahwa kita bisa selalu berbalik bertanya mengenai asas dasar biologi guna menemukan solusi pertanyaan yang tak terjawab,'' kata Profesor Janet Allen, direktur penelitian di Dewan Penelitian Ilmu Pengetahuan Bioteknologi dan Biologi yang mendanai penelitian tersebut. (war/ami)
Sumber : JawaPos.Com